Literasi menjadi bekal penting bagi individu untuk bisa mandiri dan berdaya. Pemerataan akses terhadap sumber-sumber pengetahuan pun menjadi kunci untuk mencapai keberdayaan ini.
Literasi berkaitan erat dengan kemandirian dan kesejahteraan individu. Riset National Literacy Institute di AS menyebutkan, 43 persen orang dewasa dengan literasi rendah hidup tidak berkecukupan. Pola ini dapat dikatakan berlaku secara umum, semakin tinggi literasi, semakin tinggi kesempatan seseorang untuk menjadi berdaya.
Hal senada ditekankan pula oleh Direktur Agama, Pendidikan, dan Kebudayaan Badan Perencana Pembangunan Nasional (Bappenas) Amich Alhumami. “Saya ingin menegaskan betapa kaitan antara literasi dan kesejahteraan sangat kuat. Semakin baik literasi dan pendidikan, semakin baik pula kesejahteraan seseorang. Studi-studi ilmiah mengonfirmasinya dengan sangat jelas.”
Sayangnya, literasi masyarakat Indonesia belum menggembirakan. Nilai Programme for International Student Assessment (PISA) Indonesia masih di bawah rerata negara-negara lain yang disurvei. Pada 2018, nilai PISA pada kompetensi membaca adalah 371,0. Artinya, 7 dari 10 siswa tingkat literasi membacanya masih di bawah kompetensi minimal.
Daya jangkau perpustakaan
Perbaikan literasi mendesak dilakukan. Cara yang bisa ditempuh, memperluas dan memperdalam pengalaman belajar seseorang. “Literasi bisa dihubungkan langsung dengan pengalaman belajar, seberapa luas seseorang mendapatkan layanan pendidikan dan seberapa tinggi menamatkan pendidikan,” ujar Amich.
Di Indonesia, ada banyak orang dewasa yang karena berbagai alasan punya keterbatasan mengakses pendidikan pada usia kanak-kanak dan remaja. Perpustakaan menjadi pilihan dan tawaran solusi bagi penduduk usia dewasa untuk bisa mengakses pengetahuan. Ketika keterampilan kognitifnya terasah, seseorang dapat mengeksplorasi kemampuan yang lain, mengembangkan diri, dan menjadi mandiri.
“Penting bagi kita untuk memastikan setiap orang mendapatkan peluang yang sama untuk mengakses dan mengeksplorasi sumber-sumber pengetahuan,” Amich menegaskan.
Baca juga:
Peran Nyata Perpustakaan untuk Peningkatan Kesehatan Masyarakat
Dampak Luas Program Literasi Perpusnas di Tengah Pandemi
Penguatan literasi masyarakat menjadi salah satu program prioritas nasional yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020–2024. Salah satu implementasi penguatan literasi masyarakat adalah Program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial yang dijalankan Perpustakaan Nasional sejak 2018. Lewat program ini, perpustakaan meningkatkan daya jangkaunya.
Tujuan utama program ini adalah terciptanya masyarakat yang sejahtera melalui upaya peningkatan kualitas layanan perpustakaan, peningkatan penggunaan layanan perpustakaan oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dan membangun komitmen dan dukungan para pemangku kepentingan untuk transformasi perpustakaan yang berkelanjutan.
“Kami di Bappenas berkomitmen betul menjaga DAK agar dimanfaatkan dengan baik, misalnya untuk penyediaan sarana dan prasarana. Yang kami tekankan, setelah fasilitas sudah relatif merata, harus lebih banyak dibuat kegiatan untuk memandirikan masyarakat, misalnya pelatihan atau pendampingan. Ini akan membuka peluang usaha, mula-mula di skala yang paling rendah, lantas meningkat sehingga masyarakat bisa mandiri, bahkan sejahtera,” tutur Amich.
Saat ini, perpustakaan di penjuru Indonesia telah menjadi katalisator untuk beragam bentuk perubahan dalam masyarakat. Sudah begitu banyak warga yang menjadi lebih berdaya. Kita berharap beragam pengetahuan ini terus dapat diakses dengan lebih merata agar penduduk Indonesia.