Masyarakat Indonesia masih menghadapi beragam masalah kesehatan. Persoalan ini kian menantang ketika terjadi pandemi Covid-19. Perpustakaan Nasional pun mengambil peran dalam peningkatan kesehatan masyarakat.

Kamalia Ena, seorang ibu yang tinggal di Desa Air Nanang, Kabupaten Seram Bagian Timur, Provinsi Maluku, bergelut dengan persoalan gizi buruk yang dialami anaknya. Ia tidak sendirian, ada sejumlah warga lain yang punya masalah yang sama. Penyebabnya antara lain, rendahnya pengetahuan tentang kebutuhan gizi anak dan ketidakmampuan secara ekonomi.

Kondisi ini menggugah Perpustakaan Desa Air Nanang untuk bergerak. Perpustakaan kemudian bekerja sama dengan BKKBN, Dinas Kesehatan, dan puskesmas untuk mengadakan sosialisasi kesehatan ibu dan anak.

Kamalia dan para ibu lain pun lantas mendapat pemahaman tentang kecukupan gizi untuk anak serta sumber-sumber pangan terjangkau yang bisa dimanfaatkan dari desanya. Pasca sosialisasi, perpustakaan desa juga berkoordinasi dengan puskesmas untuk memberikan pendampingan khusus untuk perkembangan anak-anak dengan gizi buruk.

Kasus itu adalah salah satu contoh nyata dari sekian banyak implementasi program transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial. Paradigma perpustakaan telah berubah. Bukan sekadar tempat penyimpanan koleksi, perpustakaan juga merupakan katalis untuk transfer pengetahuan demi perbaikan kualitas hidup masyarakat. Dijalankan sejak 2018, program ini telah mendorong transformasi ekonomi dan peningkatan kesejahteraan, termasuk juga dalam hal kesehatan masyarakat.

Pemeriksaan kesehatan

Dijelaskan Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Nasional Deni Kurniadi, pada masa pandemi ini perpustakaan berkontribusi antara lain dalam menyosialisasikan perilaku hidup sehat, protokol kesehatan, serta edukasi mengenai Covid-19. Penguatan literasi masyarakat ini bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat akan kesehatan, yang berperan penting dalam mengurangi penyebaran Covid-19.

Peran perpustakaan ini mencakup beragam jenis kegiatan, antara lain memberikan pelayanan pemeriksaan kesehatan lansia, memberikan penyuluhan kesehatan ibu dan balita, melakukan sosialisasi tentang bahaya Covid-19 dan pentingnya vaksinasi, mengadakan senam bersama, serta memberi pelatihan membuat sabun cuci tangan dan hand sanitizer.

“Bahkan, beberapa perpustakaan menjadi tempat pelaksanaan vaksinasi Covid-19,” tambah Deni. Fasilitasi vaksinasi ini dilakukan 49 perpustakaan desa mitra yang tersebar di 19 provinsi, bekerja sama dengan dinas kesehatan, satgas Covid-19, puskesmas, dan relawan.

 

Pentingnya kolaborasi

Sampai dengan saat ini, sudah ada 1.250 desa di Indonesia yang merasakan manfaat program transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial. Kolaborasi adalah kunci untuk mewujudkan program yang berdampak dan berkelanjutan, baik dengan kementerian/lembaga, sektor privat, maupun kelompok-kelompok masyarakat. Transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial telah menjadi salah satu program prioritas nasional yang disokong juga oleh sejumlah regulasi, salah satunya Permendesa PDTT Nomor 7 Tahun 2021 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2022.

Program-program perpustakaan perlu didukung karena fungsinya yang strategis dalam membangun masyarakat. “Perpustakaan adalah pusat ilmu pengetahuan, yang mampu mendorong inovasi dan kreativitas. Perpustakaan juga pusat pemberdayaan masyarakat, yang mengembangkan potensi berbasis literasi. Selain itu, perpustakaan merupakan pusat kebudayaan, yang punya fungsi untuk kemajuan dan pelestarian kebudayaan,” papar Deni.

Deni mengajak semua pihak untuk bersinergi mendorong kemajuan masyarakat. “Kolaborasi ini perlu percepatan. Kalau kolaborasi ini kita jalin, ini akan sangat luar biasa. Indonesia akan cepat maju,” pungkasnya. [NOV]