Tak dapat dimungkiri, perkembangan dunia digital telah menyasar ke segala sisi kehidupan. Saat ini, rasanya hampir tidak ada sisi kehidupan manusia yang tidak terpengaruh proses digitalisasi. 

Namun, masih banyak pengguna internet yang hanya mampu menerima informasi tanpa kemampuan memahami dan mengolah informasi tersebut secara baik, sehingga masih banyak masyarakat terpapar oleh informasi yang tidak benar.

Menyikapi hal itu, maka baru-baru ini Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menggelar seri webinar literasi digital #MakinCakapDigital dengan tema “Pilih – Pilih Informasi Di Ruang Digital”. Webinar yang digelar pada Selasa (21/9/2021) di Kabupaten Serang, diikuti oleh puluhan peserta secara daring. 

Webinar ini mengundang narasumber dari berbagai bidang keahlian dan profesi, yakni Muhammad Yunus Anis, S.S., M.A. – Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret, Dr. Delly Maulana, MPA – Dosen Universitas Serang Raya, Wulan Tri Astuti, S.S., M.A – Dosen Ilmu Budaya UGM dan Anggun Puspitasari,S.IP., M.Si – Dosen Hubungan Internasional Univ. Budi Luhur Jakarta.

Digitalisasi

Tema yang dibahas oleh masing-masing narasumber meliputi digital skills, digital ethics, digital culture, dan digital safety. Muhammad Yunus membuka webinar dengan mengatakan, ada beberapa strategi memilih dan memilah informasi.

“Memilih menentukan sesuatu yang dianggap sesuai dan memilah data ke dalam susunan tertentu, pengguna internet selalu berusaha mempertahankan kearifan lokal, pengguna internet mengendapkan kepentingan publik, pengguna internet berusaha mengemas informasi publik, jadikan budaya daerah sebagai identitas dan bukti kecintaan kita pada bangsa dan negara indonesia,” tuturnya.

Menurutnya, bersosial media adalah hak setiap orang, namun menjaga sikap adalah hal yang utama. Karena semua berasal dari diri sendiri, maka dari itu kelola diri agar tidak merugi. 

“Indonesia dengan potensi keragaman budayanya harus terus dijaga dan dilestarikan khususnya di ranah digital, dengan memperkuat karakter nilai-nilai pancasila maka akan lahir budaya digital yang kreatif, aman dan nyaman, khususnya dilengkapi dengan implementasi 4 kurikulum literasi digital yang optimal,” katanya.

Dr. Delly Maulana menambahkan, perkembangan dunia digital saat ini sudah mencapai pada semua aspek kehidupan masyarakat, seperti aktivitas bisnis, ekonomi, pendidikan, pemerintahan hiburan, transportasi, dan lain-lain.

Tren positif digitalisasi yakni menghubungkan orang di seluruh dunia, penyebaran informasi cepat, munculnya media sosial, sarana bagi file, memajukan dunia pendidikan, meningkatkan geliat ekonomi. 

“Masyarakat pintar adalah masyarakat yang melakukan pilah pilih informasi, validasi, verifikasi, dan obyektif. Mari bijak bermedia sosial, tanamkan sikap saling menghargai, selalu berpikir positif, berpikir sebelum memposting, menyaring sebelum membagikan, membuat dan ikut membanjiri dengan konten-konten positif,” katanya.

Netiket

Wulan Tri Astuti turut menjelaskan, etiket didefinisikan sebagai tata cara individu berinteraksi dengan individu lain atau dalam masyarakat, netiket yaitu tata krama dalam menggunakan internet. 

“Kita berinteraksi dengan manusia nyata di jaringan yang lain, bukan sekedar dengan deretan karakter huruf di layar monitor, namun dengan karakter manusia sesungguhnya,” ujarnya.

Netiket bukanlah hal yang kompleks asalkan logika dan common sense kita berjalan lancar, netiket berasal dari hal yang umum dan biasa yang layaknya kita lakukan dalam kehidupan bermasyarakat. 

Sebagai pembicara terakhir, Anggun Puspitasari mengatakan, digital safety adalah kemampuan individu dalam mengenali, menganalisis dan meningkatkan tingkat keamanan digital dalam kehidupan sehari-hari untuk kegiatan positif dan tidak merugikan diri sendiri atau orang lain, serta lebih bijak dalam menggunakan fasilitas tersebut. 

“Selain membantu memudahkan pekerjaan di dunia kerja, mencari hiburan, pun transaksi secara daring mulai menjadi kebiasaan baru. Karena kebiasaan baru tersebut menimbulkan banyaknya kejahatan di dunia digital, teknologi menjadi incaran upaya peretasan,” ungkapnya.

Beberapa cara aman dalam berinternet yakni selalu logout setelah masuk ke jejaring media sosial manapun, aktifkan pengaturan privasi di akun pribadi, buatlah susunan password yang rumit dan kuat, menjelajahi informasi di internet dengan aman, hapus history penelusuran internet, dan meminimalisasi penggunaan free wifi.

Dalam sesi KOL, Sony Ismail mengatakan, generasi alpha adalah generasi yang paling tahu tentang bermedia sosial dan tidak bisa dipisahkan dari internet apalagi sekarang sedang bersekolah daring. “Akan tetapi anak-anak tetap harus dibimbing dan didampingi oleh orang tua dalam berinternet,” tuturnya.

Dalam webinar ini, para partisipan yang hadir juga dipersilakan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Nurlaila menanyakan, bagaimana caranya kita membedakan informasi yang kredibel dan hoaks di dalam ruang digital?

“Secara umum, hoaks disebarkan dengan bahasa yang bombastis, bersifat ajakan, kadang diselipkan opini, tidak memiliki sumber kredibel, dan tidak dapat dilakukan verifikasi dengan sumber informasi yang terpercaya. Sedangkan fakta pada umumnya dapat ditelusuri kebenaran informasi dari sumber yang kredibel,” jawab Yunus.

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kabupaten Serang. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui Instagram @siberkreasi.dkibanten dan @siberkreasi.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, terutama kepada Kominfo. Mengingat program literasi digital ini hanya akan berjalan dengan baik dan mencapai target 12,5 juta partisipan, jika turut didukung oleh semua pihak.