Anak-anak masih harus beradaptasi dengan mekanisme pembelajaran jarak jauh yang sedang diterapkan kini. Banyak risiko kejahatan digital yang anak hadapi, tentunya salah satunya adalah cyber bullying. Langkah pencegahan harus diambil agar anak tetap aman meskipun seharian menggunakan gawai secara luring.

Hal yang harus diutamakan adalah pendidikan karakter; bagaimana kita harus menahan diri ketika berinteraksi melalui media sosial, dan mengenali apa saja bentuk-bentuk cyberbullying dan lelucon yang berlebihan. Sebagai orang tua tetap harus memberikan pendampingan kepada anak agar terbuka terkait apa yang dirasakan dan jangan dipendam sendiri.

Menyikapi hal itu, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital dalam menggelar webinar dengan tajuk “Tantangan dan Peluang Pembelajaran Jarak Jauh di Saat Pandemi Covid-19”. Webinar yang digelar pada Selasa (21/9/2021), pukul 13:00-15:30 diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.

Dalam forum tersebut hadir Mathelda Christy (Praktisi Pendidikan dan Training), Drs. H. Idris Jamroni, M.Si. (Kepala Kemenag Kota Cilegon), Sugiyono, M.I.P. (Akademisi & Pemerhati Pendidikan, Sosial dan Keagamaan), Zusdi F. Arianto (Ketua Yayasan Quranesia Amrina Rasyada), dan Astira Vern (Miss Eco International 1st RU 2018) selaku narasumber.

 

Etika digital

Dalam pemaparannya, Drs. H. Idris Jamroni, M.Si. menyampaikan, “Penguatan etika digital pada siswa dalam perencanaan pembelajaran dilakukan dengan cara menyisipkan atau mengintegrasikan nilai-nilai etika digital dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Tentu saja ada saja hambatan maupun solusi penerapan etika digital dalam penurunan moral dan etika pada siswa, maka perlunya internalisasi penguatan nilai-nilai karakter yang diselipkan atau diintegrasikan pada saat proses pembelajaran, sehingga guru tidak hanya fokus pada segi kognitif siswa saja, namun juga merambah ke aspek afektif siswa.”

Menurut Idris, pembelajaran daring merupakan salah satu solusi yang ditempuh untuk menaungi keadaan yang ada terutama daerah dengan kluster zona merah dan oranye Covid-19. Contoh permasalahan yang paling sering terjadi dalam berkomunikasi digital adalah penggunaan tata bahasa yang baik dan beretika selain hal tersebut waktu ideal dalam berkomunikasi haruslah dicermati.

“Solusinya adalah pertama dengan penentuan jadwal komunikasi digital didistribusikan kepada seluruh siswa agar mudah dipahami, dan dengan memberikan penjelasan seperlunya dengan tujuan agar informasi yang diberikan mudah dipahami sesuai dengan konten atau maksud dan tujuan pembelajaran,” urainya.

 

Mempermudah

Astira Vern selaku narasumber Key Opinion Leader menyampaikan, pastinya keberadaan internet memudahkan untuk kita beraktivitas sehari-hari asal kita bisa menggunakannya secara bijak. Salah satunya dampak yang dirasakan adalah transaksi bisnis online sangat dimudahkan terlebih karena sebagai business owner tidak dituntut untuk memiliki toko offline. Jadi, kehadiran internet ini mempermudah proses menjual atau membeli barang di internet. Bahkan, pembayarannya pun sudah menggunakan metode digital.

Selain itu, internet memudahkan komunikasi di era pandemi karena tidak bisa bertemu tatap muka secara langsung, tentunya dampak lainnya bisa digunakan untuk pembelajaran jarak jauh untuk menimba ilmu lebih luas lagi. Dampak negatifnya adalah penyebaran hoaks, karena masih banyak orang yang tidak berpikir panjang ketika mendapatkan berita yang tidak disaring terlebih dahulu sehingga banyak informasi yang tersebar tidak sesuai faktanya.

Lalu juga, kita bisa kecanduan karena gadget menjadi teman kita selama di rumah saja, sehingga kita menjadi susah untuk bersosialisasi dengan orang sekitar. Cyberbullying pun masih seringkali terjadi, dengan banyak pengguna yang memberikan komentar negatif pada postingan seseorang.

Peran orang tua

Para partisipan yang hadir juga dipersilakan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Rika Farikhah menyampaikan pertanyaan, “Bagaimana memberikan pengertian kepada orang tua bahwa pembelajaran daring itu harus ada kolaborasi antara orang tua dengan anak? Ada beberapa orang tua yang kurang paham atau gaptek, ada orang tua yang sibuk dengan pekerjaan di tempat kerja atau pekerjaan di rumah.”

Pertanyaan tersebut pun dijawab dengan lugas oleh Mathelda Christy. “Kalau tentang orang tua memang dilematis; di satu sisi sekolah sudah bertanggung jawab tapi kemudian orang tua tetap harus mendampingi. Hal yang paling bisa kita lakukan adalah membuatkan video untuk orang tua sebagai panduan apa saja yang akan mereka lakukan dalam menggunakan teknologi, seperti pengenalan aplikasi baru yang dipakai dan menggunakan website tertentu.”

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kabupaten Pandeglang. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten. Juga, bagi yang ingin mengetahui tentang Gerakan Nasional Literasi Digital secara keseluruhan bisa ikuti akun Instagram @siberkreasi.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat.