Dunia kian terkoneksi. Tren pergaulan global mengarah pada peleburan sekat-sekat negara, termasuk dalam hal ekonomi dan lapangan pekerjaan. Semua orang kini bisa mengembangkan sayap lebih lebar untuk berkarya atau berkarier, dengan syarat punya kemampuan yang mumpuni untuk berkompetisi.
Bekerja di luar negeri menawarkan lingkungan kerja yang lebih dinamis dan berwarna, dengan segala perbedaan bahasa, sosial, dan kulturnya. Hal itu memberikan kesempatan besar bagi kita untuk belajar dan memiliki perspektif baru. Sebaliknya, kita sekaligus bisa menjadi semacam duta untuk mengenalkan Indonesia kepada orang-orang asing.
Pengalaman itu dicecap Maret Yudianto, Group Country Manager Enerlife Pte Ltd. Ia telah hampir 13 tahun bekerja di luar negeri. Dalam masa itu, ia mengelola bisnis perusahaannya untuk lingkup Filipina, Vietnam, Myanmar, Thailand, Malaysia, Brunei, dan Singapura.
“Tentu saya harus bisa bekerja sama dengan tim saya yang mayoritas adalah orang lokal,” ujar Maret dalam surat elektroniknya, Jumat (11/8). Saat itu, ada banyak sekali pengalaman berharga yang bisa dipelajari. Masing-masing negara memiliki karakteristik, struktur, kondisi ekonomi, dan iklim persaingan yang berbeda-beda sehingga memerlukan pendekatan berbeda untuk menyikapinya. Ini akan sangat mengasah kemampuan memimpin.
Kemampuan untuk berkomunikasi, menurut Maret, juga menjadi salah satu kunci yang mendukung keberhasilan dalam berkarya di ranah global. “Keterampilan kita berkomunikasi dalam menyampaikan gagasan sangat menolong kita sukses dalam karier. Keterampilan ini banyak saya dapatkan ketika kuliah di program Magister Manajemen di Prasetiya Mulya,” kata Maret.
Diakui Maret, tantangan dan peluang untuk bekerja di luar Indonesia datang bersamaan, terutama karena persaingan bebas dibuka selebar-lebarnya. Kita tak hanya harus bersiap untuk menyambut tamu asing dan bersaing dengan mereka di negeri sendiri, tetapi juga keluar untuk menjawab tantangan zaman.
Sebagai orang Asia, kita juga punya keuntungan tersendiri karena Asia adalah pasar yang paling besar di dunia. Banyak perusahaan global membidik Asia sebagai target pasarnya. “Apabila kita siapkan diri menjadi talent terbaik di region Asia, atau paling tidak ASEAN, karier di tingkat region maupun global akan sangat terbuka,” tutur Maret.
Siapkan lulusan
Jeli membaca pergerakan zaman, Universitas Prasetiya Mulya terus berkomitmen untuk secara aktif mengambil bagian dalam komunitas global dengan berkolaborasi dengan institusi internasional bergengsi. Salah satu bentuk kolaborasi itu adalah pendirian Global Executive MM (GEMM) Program bersama Rotterdam School of Management (RSM), Erasmus University Belanda.
RSM dipilih sebagai partner karena reputasi dan pengalamannya. RSM masuk pada daftar 10 sekolah bisnis terbaik di Eropa menurut Financial Times. Institusi ini juga memiliki triple-crown accreditation, yaitu AACSB, AMBA, dan Equis.
Kurikulum program ini berfokus pada fondasi dan praktik manajemen serta kepemimpinan dalam lingkup global. Director of Graduate Program Prasetiya Mulya School of Business & Economy Indria Handoko Phd mengatakan, kurikulum GEMM dikembangkan berdasarkan kombinasi antara kekuatan dan pengalaman Prasetiya Mulya yang sudah lebih dari 30 tahun menyelenggarakan program MM atau MBA. Ini juga diperkaya dengan konsep program Executive MBA dari RSM dan riset yang dilakukan Prasetiya Mulya tentang kebutuhan industri menyikapi tantangan bisnis global.
“Dari kombinasi tersebut, di dalam kurikulum GEMM ada beberapa mata kuliah unggulan yang memberikan kesempatan kepada setiap mahasiswa untuk mengalami eksposure langsung dengan bisnis global, antara lain proyek global sebagai tugas akhir, kasus bisnis global dengan trip studi internasional, termasuk personal leadership development yang membantu mahasiswa meningkatkan kemampuannya sebagai pemimpin berwawasan global,” terang Indria.
Dalam membantu mahasiswa memiliki wawasan global, pengalaman pengajar di GEMM juga menjadi kunci. Program GEMM akan diampu oleh pengajar Prasetiya Mulya yang sudah teruji ikut membantu “melahirkan” lulusan-lulusan Magister Manajemen yang unggul dalam dunia bisnis dan pengajar-pengajar dari RSM pada beberapa mata kuliah GEMM. Program GEMM juga akan menggunakan pengantar berbahasa Inggris untuk seluruh proses perkuliahan.
Visi yang jelas membuat Prasetiya Mulya tajam memetakan arah. Universitas ini ingin menjadikan anak bangsa makin kompetitif untuk berkarya di lingkup dunia. [IKLAN/NOV]
Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 13 Agustus 2017