Sebagai pengguna media digital, kita perlu ketahui bahwa ada efek negatif dari internet, antara lain bisa kecanduan internet, perkembangan kognitif buruk, informasi terlalu banyak/overload, serta melanggar ranah privasi. Lalu apa saja gejala kecanduan internet?

Gejala secara fisik meliputi sakit punggung, sindrom carpal tunnel, sakit kepala, insomnia, nutrisi buruk, kebersihan pribadi buruk, sakit leher, mata kering, dan maslahah penglihatan lainnya. Untuk gejala emosionalnya meliputi stres, mudah marah, antisosial, konflik keluarga, dan lain sebagainya.

Kecanduan internet telah dianggap sebagai gangguan mental, meski tidak diakui secara resmi. Namun, kecanduan internet telah memengaruhi 38 persen penduduk di dunia. Terjadi gangguan kontrol impuls, yang tidak melibatkan penggunaan obat yang memabukkan, dan sangat mirip dengan gangguan pengendalian diri.

Menyikapi hal itu, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital menggelar webinar dengan tajuk “Kecanduan Internet: Ubah Konsumtif Menjadi Produktif”. Webinar yang digelar pada Kamis, 28 Oktober 2021, diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.

Dalam forum tersebut hadir Rizky Ayu Febriana (Kaizen Room), Vitri Tundjungsari (Mekar Pribadi, Praktisi Pendidikan, dan Dosen), Antonius Galih Prasetyo (Sosiolog dan Penulis), Akhmad Nasir (Direktur DOT Studio), dan Dimas Sakti Nugraha (Entrepreneur) selaku narasumber.

Dalam pemaparannya, Vitri Tundjungsari menyampaikan bahwa beberapa bukti menunjukkan susunan otak penderita kecanduan internet mirip dengan mereka yang ketergantungan bahan kimia, seperti obat-obatan atau alkohol. Menariknya, beberapa penelitian mengaitkan gangguan kecanduan internet dengan perubahan struktur otak secara fisik, khususnya yang memengaruhi jumlah materi abu-abu dan putih di wilayah otak prefrontal.

“Agar terhindari darinya, kita perlu budayakan agar produktif dengan internet yang dapat dilakukan dengan cara belajar hal yang baru dan sesuaikan dengan hobi, memilah dan memilih app yang produktif, menggunakan internet secara terorganisasi, dan juga mulai beraksi membuat konten yang bermanfaat dan positif bagi sesama. Pastinya, kuncinya adalah selalu atur prioritas dalam berkegiatan di ranah online,” jelasnya.

Dimas Sakti Nugraha selaku narasumber Key Opinion Leader juga menyampaikan bahwa kini kita bisa mencari informasi apapun di internet; mau belanja bisa lewat internet, mau makan juga, bahkan sekarang kita mau belajar dengan mengikuti webinar melalui internet.

Semua menjadi begitu mudah dan cepat. Namun, sisi negatifnya semakin mudah akses internet membuat orang-orang jadi kecanduan. Jika kita tidak menggunakannya dengan bijak kita bisa menjadi kecanduan misalnya game online atau kecanduan belanja online. Semua ada batasannya. Main game boleh saja sesekali, tetapi jangan sampai kecanduan.

Kita bisa membuat konten-konten yang menarik dan bermanfaat seperti review makanan, konten tips and trick. Menurutnya literasi digital ini sangat penting dan bisa membuat kita menjadi lebih cakap dan bijak dengan berdasar pada 4 pilar yang dibutuhkan dalam berliterasi digital.

Salah satu peserta bernama Fahmi Arrauf menyampaikan, “Bagaimana cara mengajak anak remaja zaman sekarang untuk bergabung memperluaskan wawasannya dengan cara online? Sedangkan anak zaman sekarang kemungkinan wawasannya kurang karena mereka lebih mementingkan gadget yang belum tentu menambah wawasan positif. Mereka juga banyak yang beropini bahwa sekolah online itu hanya membuang-buang kuota dan uang saja.”

Antonius Galih Prasetyo menjawab, “Ketika ada pendapat seperti itu berarti ada kecenderungan kalau sekolah online itu kurang efektif. Kuncinya adalah selang-seling; jangan semua kegiatan dilakukan secara online. Perlu dicoba untuk kembali offline, dengan mendorong aktivitas fisik seperti pembatasan jam dalam sehari dalam menggunakan internet.”

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Pusat. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat. [*]