Dunia digital mengandaikan keterhubungan antar-individu dan umat manusia menyatu dalam desa adibesar yang sering disebut global village. Perkembangan teknologi digital yang sangat pesat memengaruhi tatanan perilaku masyarakat, kala pola lama dalam interaksi sosial kini turut terdisrupsi, mengaburkan beragam batasan dan norma-norma sosial.

Perlu dipahami bahwa media yang digunakan adalah pesan, dan di dunia digital terkadang media yang digunakan lebih penting dari pesan itu sendiri. Maka sebelum kita menggunakan suatu media, kenali, pahami, dan kuasai dulu media tersebut, supaya pesan kita tersampaikan dengan tepat.

Menyikapi hal itu, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital menggelar webinar dengan tajuk “Saring Sebelum Sharing”. Webinar yang digelar pada Rabu, 7 Juli 2021, ini diikuti oleh puluhan peserta secara daring.

Dalam forum tersebut tampil Daniel J Mandagie (Kaizen Room), Luqman Hakim (content writer), Zulfan Arief, A Zulchaidir Ashari (Dosen Universitas Ngurah Rai dan IAPA), dan Cintia Karani (influencer) selaku narasumber.

Dalam pemaparannya, Zulfan Arief menyampaikan, perkembangan komunikasi digital memiliki karakteristik komunikasi global yang melintasi batas-batas geografis dan budaya. Ruang digital dengan berbagai perbedaan kultural dan pertemuan secara global tersebut sangat mungkin menciptakan standar baru tentang etika.

Orang, kata Zulfan, terkadang membuat kesalahan saat mengetik alamat web. Ini kadang dimanfaatkan para scammers dengan membuat situs web palsu yang terlihat seperti asli. Oleh karena itu, jika menemukan hyperlink di media sosial, arahkan kursor ke hyperlink sebelum mengkliknya untuk melihat seluruh alamat. Lalu periksa apakah domain tersebut benar asli atau bukan.

“Harus memiliki ketelitian, karena biasanya perbedaannya sangat kecil. Domain-domain seperti ini biasanya berisi informasi palsu atau menyesatkan. Ingat juga bahwa bila kita membagikan hyperlink atau isinya, bisa meninggalkan rekam jejak digital yang kurang baik bagi diri kita sendiri,” jelas Zulfan.

Salah satu peserta bernama Tri Anggoro menyampaikan, saat sebuah media memutuskan untuk menyebarkan berita tentang kehidupan dari seorang public figure, hal ini memicu pertanyaan bagi pihak yang mengkritisi kenapa berita seperti itu dipublikasikan.

“Apakah karena masyarakat kita punya minat membaca berita yang berkualitas sangat rendah atau karena rasa ingin tahu masyarakat terhadap kehidupan public figure sangat tinggi?” tanyanya.

Pertanyaan tersebut dijawab oleh Luqman Hakim. “Harus disadari bahwa semua orang memiliki potensi untuk membicarakan sesuatu hal tentang orang lain. Terkait itu, kita harus dapat mengelola dan mengontrolnya dengan baik dan juga harus bisa jadi pengendali yang baik di ruang media digital. Jangan sampai menjadi bumerang dan kembali merugikan diri kita dengan menghasilkan jejak digital yang negatif.”

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kabupaten Lebak. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat. [*]