Berbagai macam kemudahan kita rasakan pada era perkembangan digital ini, salah satunya transaksi online. Di masa pandemi ini, karena keterbatasan mobilitas setiap orang, hampir semua aktivitas dilakukan secara jarak jauh.

Transaksi digital dapat dipergunakan setiap hari non-stop untuk membantu kehidupan sehari-hari. Juga dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, seperti membeli bahan pangan. Pembayaran kebutuhan listrik, air, pulsa, hingga tagihan juga dapat dilakukan melalui online. Sudah banyak aplikasi yang dapat digunakan, seperti untuk transportasi, e-payment, serta berbelanja.

Apapun aplikasi yang digunakan, kita sebagai penggunanya harus menyesuaikan dengan kebutuhan dan memakainya secara wajar. Jangan hanya untuk pemenuhan tekanan sosial, sehingga dapat pula mengurangi beredarnya data pribadi kita kepada pihak ketiga.

Menyikapi hal itu, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital menggelar webinar dengan tajuk “Aturan Berinteraksi dan Bertransaksi di Dunia Digital”. Webinar yang digelar pada Rabu, 7 Juli 2021, ini diikuti oleh ratusan peserta secara daring.

Dalam forum tersebut hadir Rizki Ayu Febriana (Kaizen Room), Amalia Firdriani Shaliha (Kaizen Room), Alviko Ibnugroho (financologist, motivator keuangan dan kejiwaan keluarga serta IAPA), Zusdi F Arianto (Ketua Yayasan Quranesia Amrina Rasyada), dan Adit Suryo (aktor) selaku narasumber.

Dalam pemaparannya, Zusdi F Arianto menjelaskan, transaksi digital adalah pembayaran nontunai (cashless) seperti mobile banking atau perangkat transaksi virtual lainnya, mulai dari transaksi jual beli, perbankan, hingga fintech. Era digital ini tidak bisa dilepaskan dari transaksi digital karena ada konsekuensi logis ketika teknologi semakin maju, pola komunikasi dan transaksi akan ikut berubah, sehingga topik ini kompleks.

Contoh transaksi digital yang paling umum dilakukan saat ini, lanjut Zusdi, dapat berupa ojol, food delivery online, dan e-commerce. Di samping itu, teknik kejahatan siber semakin sering terjadi seiring dengan berkembangnya aktivitas jual beli online. Kini, transaksi jual beli dapat dilakukan di luar e-commerce tapi bisa melalui grup Whatsapp, Instagram, Facebook Marketplace dengan melakukan promosi oleh diri sendiri, seperti mouth-to-mouth. Hal ini dapat dimanfaatkan untuk kejahatan online, seperti spamming iklan atau promosi yang dapat mengirimkan virus atau malware ke gawai.

“Jika dikirimkan melalui pesan singkat, pastikan dikirim oleh nomor yang resmi, dengan nama perusahaannya tercantum sebagai pengirim (contoh Lazada atau Telkom), dan bukan dari nomor ponsel biasa. Masyarakat bisa juga mengecek rekening calon penjual di situs Cekrekening.id, untuk bisa melihat apakah penjual pernah memiliki riwayat pengaduan akan penipuan. Kita bisa mengadukan aksi penipuan yang dialami ke patrolisiber.id beserta bukti-bukti yang sudah didokumentasi,” ujar Zusdi.

Salah satu peserta bernama Titin menyampaikan, “Sering terjadi kasus paket COD atas nama saya yang datang ke rumah dan saya merasa tidak memesan. Karena di rumah hanya ada ibu karena saya kerja, akhirnya ia bayar dengan nominal ratusan ribu. Bagaimana cara para penipu ini mengirim barang ke alamat saya dan kalau ingin komplain harus ke mana?”

Zusdi menjawab, ini merupakan bentuk kejahatan siber, saat identitas digunakan untuk transaksi palsu. Kalau memang terjadi lagi, dokumentasikan saat menerima paket COD tersebut lagi supaya bisa diteruskan ke polisi siber dan ke platform Lokapasar atau toko tempat paket itu berasal.

“Kurir tersebut juga bisa menjadi salah satu bagian dari aksi penipuan tersebut. Jadi, pastikan meminta identitas kurir dan pastikan dulu apakah mereka berasal dari perusahaan kurir yang resmi, jadi jangan langsung menerima paket tersebut,” jelas Zusdi.

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Timur. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat. [*]