Pengendalian pandemi COVID-19 di Provinsi DKI Jakarta, terutama setelah gelombang kedua yang lalu, menampakkan hasil yang diharapkan. Cakupan vaksinasi berkontribusi besar.
DKI Jakarta sempat disebut sebagai episentrum pandemi di Indonesia. Namun, sekarang provinsi ini justru menjadi salah satu yang paling sukses mengendalikan pandemi. Hasil riset Litbang Kompas pada 6 September 2021 menunjukkan, skor DKI Jakarta dalam pengendalian COVID-19 sebesar 91, menjadikannya provinsi dengan pengendalian COVID-19 terbaik di Indonesia.
Keberhasilan itu bisa dilihat dari antara lain menurunnya jumlah kasus positif, tingkat positif, dan tingkat keterisian tempat tidur (bed occupancy rate/BOR). Tingkat positif ketika gelombang tinggi hampir selalu di atas 10 persen, bahkan pernah mencapai lebih dari 40 persen. Saat ini, tingkat positif mingguan dapat ditekan sampai ke angka di bawah 1 persen. Sementara itu, BOR yang sempat menembus 90 persen kini berada pada kisaran 10 persen.
Dorong vaksinasi
Baik manajemen infeksi maupun manajemen pengobatan berkontribusi besar terhadap pengendalian COVID-19 di Jakarta. Pada sisi manajemen infeksi, vaksinasi menjadi salah satu kuncinya. Per akhir September 2021, cakupan vaksinasi sudah mencapai lebih dari 93 persen. Ini juga menjadikan DKI Jakarta sebagai provinsi dengan capaian vaksinasi tertinggi.
Program vaksinasi telah dilakukan di seluruh Kabupaten/Kota di DKI Jakarta. Hingga September 2021, jenis atau merek vaksin yang digunakan adalah Sinovac, AstraZeneca, Moderna, dan Pfizer. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Widyastuti mengungkapkan, seluruh vaksin yang disediakan oleh pemerintah ini telah melewati serangkaian uji klinis, telah dinyatakan aman dan berkualitas, disetujui oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), serta mendapatkan Emergency Use Authorization (EUA) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). “Terkait efektivitasnya, hasil studi menunjukkan semua vaksin yang dipakai ini efektif untuk menurunkan kesakitan dan kematian akibat COVID-19,” ujar Widyastuti.
Strategi percepatan pemberian vaksinasi gencar diupayakan. Caranya, lanjut Widyastuti, antara lain dengan mempermudah akses, pendaftaran vaksinasi daring, dan menambah tim vaksinator. Sentra vaksinasi didekatkan kepada masyarakat melalui vaksinasi mobile, mobil vaksinasi keliling, serta menggencarkan vaksinasi berbasis komunitas dan tempat umum. Selain itu, pendaftaran vaksinasi dipermudah dengan sistem daring terpadu melalui aplikasi Jakarta Kini (JAKI).
“Vaksinator juga diperbanyak melalui kolaborasi dengan Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Provinsi DKI Jakarta untuk memberdayakan CPNS dari Organisasi Perangkat Daerah di luar Dinas Kesehatan, serta perbantuan tenaga kesehatan melalui kolaborasi dengan organisasi profesi dan sejumlah perusahaan,” jelas Widyastuti.
Saat ini, pengendalian pandemi COVID-19 di DKI Jakarta secara umum sudah cukup baik. “Terkait pengendalian COVID-19 di DKI Jakarta, faktor yang terutama saya lihat berkontribusi besar adalah konsistensi dan komitmen Pemerintah Provinsi dalam melakukan pendekatan berbasis sains,” ungkap Dicky Budiman, epidemiolog dari Griffith University di Australia.
Hal ini mesti dijaga karena DKI Jakarta adalah etalase Indonesia dan secara nasional, Jakarta juga menjadi barometer untuk daerah lain. Meski begitu, Dicky terus-menerus mengingatkan, pandemi belum berakhir.
“Selain kita apresiasi pencapaian DKI Jakarta, harus diingat ‘pertempuran’ masih panjang. Banyak terjadi dalam sejarah terdahulu, hal yang bisa menjadikan pandemi memburuk kembali adalah percaya diri yang berlebihan, merasa sudah menang dan selesai. Kita harus tetap punya kewaspadaan dan penilaian risiko individu. Sebab, sebagus apa pun strategi pemerintah, tidak akan berdampak kalau tidak didukung publik,” pungkas Dicky. [ADV/NOV]