Berbicara soal belajar agama sangat luas jangkauannya. Pada era digital sekarang, seseorang bisa lebih mudah mendapatkan pengetahuan baru tentang agamanya dan juga agama lain melalui internet.

Di Indonesia sendiri banyak sekali orang yang membagikan pengetahuan tentang agama mereka di Internet. Namun, karena jangkauan internet sangat luas, hal itu bisa tiba-tiba muncul di beranda sosial media orang yang bukan seagama dengannya. Sayangnya, hal tersebut cenderung berujung pada saling membandingkan dan bahkan menjelekkan agama dan kepercayaan, sehingga banyak menghasilkan konten negatif.

Hal itu sangat jelas menjadi bukti kurangnya toleransi beragama di Indonesia. Padahal, pandangan hidup masyarakat Indonesia berdasarkan Pancasila, yang mengajarkan untuk saling menghormati dan menghargai pemeluk agama lain.

Menyikapi hal itu, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital dalam menggelar webinar dengan tajuk “Belajar Agama di Dunia Maya”. Webinar yang digelar pada Rabu (28/7/2021) pukul 09:00-11:30 diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.

Dalam forum tersebut hadir Aina Masrurin (Media Planner Ceritasantri.id), Mustaghfiroh Rahayu, Ph.D. (Dosen Sosiologi Universitas Gadjah Mada), Luqman Hakim (Content Writer), Sultan Takdir Ali Sabana, M. Sos. (STAIINDO Jakarta), dan Bella Ashari (Presenter TV) selaku narasumber.

Perlunya batasan

Dalam pemaparannya, Sultan Takdir Ali Sabana, M. Sos. menyampaikan, “Kita mampu mendapatkan ilmu dan informasi dari media sosial sebagai wadah untuk menyebarkan dan mengartikulasikan pikiran-pikiran. Walau begitu, perlu ada batasan-batasannya agar tidak mengganggu keharmonisan di ranah online.”

“Anda berhak untuk merasa berharga, dihargai dan hidup dalam rasa aman. Jadikan media sosial sebagai alat penangkal radikalisme serta ‘ladang pahala’ dengan menyebarkan dakwah secara positif. Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, Pak Rudiantara, tidak menolerir penyebar konten terorisme dan radikalisme dan juga berharap peran aktif masyarakat untuk melaporkan akun-akun media sosial yang terkait dengan radikalisme. Kita dapat menangkal radikalisme dengan tidak menyebarluaskan pesan yang mengandung konten radikal, lakukan flagging terhadap akun yang memuat konten radikalisme dan terorisme dengan tanggap, serta adukan atau laporkan akun tersebut melalui aduankonten.id,” papar Sultan.

Bella Ashari selaku narasumber Key Opinion Leader menyampaikan, ia dulu pernah belajar di sebuah pesantren selama 6 tahun, dengan sistem yang konvensional (menggunakan buku-buku yang tebal). Berbeda dengan zaman sekarang, di mana banyak pembelajaran pesantren yang dapat dilihat di media sosial. Ia juga melihat banyak pemuda-pemudi yang mengikuti organisasi keagamaan yang diisi dengan pendakwah muda.

Menurut Bella, dengan sosialisasi konten agama yang baik maka akan menarik generasi millennial yang ingin berhijrah. Walau menurutnya belajar agama di dunia maya memang perlu, masih tetap membutuhkan guru pembimbing dalam bidang agama karena pembelajaran agama di dunia maya ini akan berhasil jika didampingi dengan hal-hal yang jelas (terutama pendidik).

Para partisipan yang hadir juga dipersilahkan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Halimah menyampaikan pertanyaan, “Bagaimana tips dan trik cara kita membuat konten keagaaman atau toleransi agama agar diminati banyak orang dari semua kalangan, supaya budaya toleransi agama ini banyak diikuti? Hal ini dibutuhkan agar konten soal agama tidak melulu tentang konten negatif di ruang digital, mengingat terkadang konten agama menjadi hal yang paling sensitif.”

Pertanyaan tersebut pun dijawab dengan lugas oleh Luqman Hakim, “Di sinilah pentingnya menguasai literasi digital. Pertama kita harus menguasai media media atau platform yang akan kita gunakan untuk membuat konten keagamaan tersebut. Kedua, kita harus pelajari kecenderungan penggunaan media tersebut. Ketiga, tentunya kita harus membuat konten positif dengan niat, baik hati, dan tulus.”

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kabupaten Pandeglang. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten. Juga, bagi yang ingin mengetahui tentang Gerakan Nasional Literasi Digital secara keseluruhan bisa ikuti akun Instagram @siberkreasi.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat.