Di era digital saat ini terjadi perubahan kehidupan masyarakat yang semakin erat dengan pemanfaatan perangkat digital dan ruang digital. Pengguna internet aktif Indonesia kini mencapai 202,6 juta orang atau sebesar 73,7 persen penetrasi internet dengan menggunakan berbagai platform digital untuk berinteraksi. Perubahan kehidupan dengan masuknya digitalisasi membuat tiap orang harus beradaptasi.

Di tahun 2021 ini tren media sosial yang harus diperhatikan antara lain melejitnya popularitas TikTok, semakin tumbuhnya sektor e-commerce, media video masih menjadi konten nomor satu dan masih akan terus berkembang, dan peralihan ke media sosial sebagai wadah berkomunikasi utama. Di kondisi pandemi seharusnya dihabiskan sebagai peluang untuk mengembangkan diri atas hal-hal produktif, dengan pintar melihat peluang dan memanfaatkannya, serta untuk hal-hal kreatif dalam menghasilkan atau memodifikasi sesuatu untuk bisa berinovasi.

Menyikapi hal itu, maka lembaga Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital dalam menggelar webinar dengan tajuk “Fitur-Fitur Dalam Aplikasi dan Trend di Dunia Digital”. Webinar yang digelar pada Jumat, 19 November 2021, pukul 14:00-16:30 diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.

Dalam forum tersebut hadir Annisa Choiriya (Social Media Communication), Lisa Esti Puji Hartanti, S.Sos, M.Si. (Dosen UNIKA Atma Jaya Jakarta & Japelidi), Ahmad Maulana, S.Mat., M.Sc. (Peneliti UGM & Wiraswasta Bidang Digital Travel dan Edukasi), Anggun Puspitasari, S.I.P., M.Si. (Dosen Hubungan Internasional Universitas Budi Luhur Jakarta), dan Neshia Sylvia (TV Host) selaku narasumber.

Konten positif

Dalam pemaparannya, Annisa Choiriya menyampaikan, “Saat ini, banyak peluang muncul dari berbagai kegiatan digital, seperti bisnis e-commerce, pialang saham, programmer, pengajar (secara virtual), konsultan, gamer, SEO dan social media specialist, content creator, dan semakin banyaknya pekerjaan freelance. UMKM juga kini memanfaatkan ruang digital untuk mempertahankan bisnis. Tiap pengguna internet pada dasarnya merupakan content creator yang dapat ikut membuat konten, menyebarkannya, hingga menjadi sukses.”

“Dalam menjadi produktif dan kreatif di ruang digital kita harus ikut mengenal potensi audiens, dengan kaum pengguna internet terbanyak saat ini adalah generasi milenial. Generasi milenial sebagai generasi paling aktif di internet menghabiskan sebagian besar waktunya hingga cenderung kecanduan (7 jam sehari). Dalam membuat konten, untuk menarik perhatian lebih efektif pastikan jenis konten yang menarik dan sesuai dengan mengetahui atau mengikuti trend, memastikan waktu posting yang tepat, melalui media storytelling, dan konsisten dalam posting. Konten yang diciptakan dapat berisi mengenai hal-hal edukatif, informatif, inspiratif, dan hiburan. Walaupun begitu, jangan hanya terpaku untuk mengikuti trend saja, dan jangan lupa untuk memanusiakan manusia.”

Neshia Sylvia selaku narasumber Key Opinion Leader juga menyampaikan bahwa penggunaan aplikasi dalam gadget itu perlu dipilih dulu sesuai porsi dan kebutuhan kita. Langkah awal yang bisa kita terapkan adalah dengan cara bisa menghapus aplikasi yang tidak penting dalam artian dapat membuat kita terdistraksi untuk hal-hal yang tidak bermanfaat dan negatif dalam kehidupan.

Seiring dengan pesatnya kemajuan teknologi, kita harus tidak tertinggal dengan memperluas pengetahuan kita dalam menggunakan internet untuk menjadi hal yang produktif, jadi tidak hanya untuk berbelanja online atau bersosial media, namun dapat berkreasi yang positif dan bermanfaat. Kita dapat mengoptimalkan platform digital untuk mengasah kemampuan dan keahlian kita, serta harus menghadapi masuknya era industri digital saat ini dengan kemampuan diri untuk dapat beradaptasi dan bertahan hidup.

Ia berharap dengan adanya literasi digital ini dapat menjadikan para pengguna internet bertanggung jawab dalam menerima, menciptakan, maupun membagikan informasi, serta menjaga keamanan digital demi menciptakan warga digital yang cakap digital dan terliterasi.

Para partisipan yang hadir juga dipersilahkan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Yulia Andriana menyampaikan pertanyaan “Bagaimana agar tren budaya digital ini tidak menggerus perilaku dan rasa toleransi generasi muda dengan budaya sendiri terhadap perbedaan budaya lain, dan agar semakin mencintai budaya sendiri dan tidak ikut-ikutan budaya luar yang mungkin mengandung hal buruk dan tidak sejalan dengan budaya Timur?”

Pertanyaan tersebut pun dijawab dengan lugas oleh Ahmad Maulana, S.Mat., M.Sc. bahwa “Terkait dengan bagaimana agar trend budaya digital ini tidak mengkerut perilaku, kata-kata menggerus di sini berarti mendegradasi sesuatu yang sudah ada. Sebenarnya kalau dilihat dari trend, ada beberapa cara yang efektif, yaitu terkait dengan jumlah banyaknya orang untuk share sesuatu bisa misalnya dengan menyebarkan informasi mengenai suatu kegiatan lokal yang membanggakan, seperti Jember Fashion Festival. Untuk toleransi budaya lain, jika tidak bertentangan dengan hukum, sikap, dan kepercayaan yang kita anut, maka tidak akan masalah.”

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Timur. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten. Juga, bagi yang ingin mengetahui tentang Gerakan Nasional Literasi Digital secara keseluruhan bisa ikuti akun Instagram @siberkreasi.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat.