Tak dapat dipungkiri, perkembangan dunia digital telah menyasar ke segala sisi kehidupan. Saat ini, rasanya hampir tidak ada sisi kehidupan manusia yang tidak terpengaruh proses digitalisasi. Namun, masih banyak pengguna internet yang hanya mampu menerima informasi tanpa kemampuan memahami dan mengolah informasi tersebut secara baik, sehingga masih banyak masyarakat terpapar oleh informasi yang tidak benar.

Menyikapi hal itu, maka baru-baru ini Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menggelar seri webinar literasi digital #MakinCakapDigital dengan tajuk “Meningkatkan Produktivitas dengan Literasi Digital”. Webinar yang digelar pada Kamis (8/7) di Kabupaten Tangerang itu, diikuti oleh puluhan peserta secara daring.

Webinar ini mengundang narasumber dari berbagai bidang keahlian dan profesi, yakni Adetya Ilham – Kaizen Room, Tutik Racmawati, PhD – Director of Center for Public Policy & Management Studies Parahyangan Catholic University, Fransiska Desiana Setyaningsih, MSi – Dosen Unika Widya Mandira Kupang Japelidi dan Puji F Susanti – Kaizen Room.

Tema yang dibahas oleh masing-masing narasumber meliputi digital skills, digital ethics, digital culture, dan digital safety. Adetya Ilham membuka webinar dengan mengatakan bahwa ada beberapa rangkuman perubahan.

Pada era digital ini, masyarakat semakin mudah mendapatkan informasi secara online dan real time. Media yang bervariasi dan saling terhubung/terkoneksi satu sama lain. Harapan dari pengguna internet untuk mendapatkan benefit lebih dari hasil pencarian (konten yang mudah dibagikan).

“Namun ada beberapa hambatan perubahan, yakni tidak mengetahui dan kesulitan menggunakan teknologi. Tidak merasa bahwa teknologi adalah sesuatu yang penting. Anggapan bahwa internet adalah sesuatu yang mahal,” paparnya.

Selain itu, kemudahan informasi membuat munculnya budaya konsumtif. Dampak konsumtif di media digital antara lain boros atau sering belanja online, berperilaku agresif, menarik diri dari kehidupan sosial, dan lain sebagainya.

“Sebaiknya, kita harus produktif mendatangkan (memberi hasil, manfaat, dan sebagainya) dan menguntungkan. Dampak produktif di media digital adalah menambah karya, transaksi bisnis menjadi mudah dan menambah income, serta menambah dan mengembangkan pengetahuan,” jelasnya.

S Tutik Racmawati menambahkan, bahwa masyarakat harus memiliki sikap produktif. “Produktivitas bisa terpengaruh pada budaya, serta tergantung pekerjaan. Mari kita memproduksi sesuatu di era digital plus masa pandemi ini,” katanya.

Sementara Fransiska Desiana memaparkan, total pengguna internet di Indonesia tahun 2021, bila dibandingkan dengan jumlah pengguna internet pada tahun 2020, ada kenaikan 15,5 persen atau lebih dari 274 juta.

Dari segi usia pengguna, data di atas memperlihatkan bahwa kelompok usia 25-34 tahun mendominasi penggunaan media sosial, disusul kelompok usia 18-24 tahun. Produktif dapat diartikan sebagai kemampuan menghasilkan sesuatu (keuntungan).

“Di era digital ini, kita bisa mendapatkan semua itu. Namun, yang perlu diingat, meski produktif, kita tidak boleh mengabaikan unsur keamanan saat berinternet,” jelas Fransiska.

Ia menambakan, agar aman & produktif saat berinternet, hendaknya memproteksi perangkat digital, apalagi bila dalam perangkat digital kita tersimpan beragam informasi penting.

Baik berupa identitas yang terlihat seperti nama, foto profil, nomor telepon, alamat email dan sebagainya, hingga identitas yang tidak terlihat seperti alamat IP, password, PIN dan lainnya.

Itu lah perlunya memahami jejak digital baik jejak digital pasif dan aktif. Jejak digital pasif adalah jejak data yang tertinggal secara daring dengan tidak sengaja dan tanpa sepengetahuan kita.

“Jejak itu tercipta saat mengunjungi situs web tertentu, server web mungkin mencatat alamat IP, yang mengidentifikasi penyedia layanan Internet dan perkiraan lokasi,” jelasnya.

Sementara jejak digital aktif mencakup data yang dengan sengaja kita kirimkan di internet atau di platform digital. Ini terjadi ketika kita mengunggah foto, video dan status di platform digital serta email yang kita kirim.

“Distribusi mengajarkan untuk tidak gegabah menyebarkan informasi terutama yang sifatnya pribadi. Lalu kolaborasi bekerja sama dengan banyak pihak, untuk menghasilkan konten yang sifatnya positif,” tuturnya.

Sebagai pembicara terakhir, Puji F Susanti memaparkan mengenai kemampuan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk menemukan, mengevaluasi, memanfaatkan, membuat, dan mengomunikasikan konten/informasi, dengan kecakapan kognitif maupun teknikal.

“Untuk itu diperlukan digital skills, yakni kemampuan dalam mengetahui, memahami, dan menggunakan perangkat keras dan piranti lunak TIK serta sistem operasi digital dalam kehidupan sehari-hari,” jelasnya.

Adapun pengetahuan dasar yakni mengenai mesin pencari informasi, cara penggunaan, dan pemilahan data Gunakan search tools Google. “Internet adalah pintu akses perpustakaan digital tak terbatas,” pungkasnya.

Dalam webinar ini, para partisipan yang hadir juga dipersilahkan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Rustika Fajriana menanyakan, dalam meningkatkan produktifitas di era pandemi seperti ini, apa saja yang bisa dilakukan sebagai mahasiswa untuk dapat tetap produktif dalam menggunakan media digital?

“Pertama yang harus diketahui bahwa kemampuan akademik itu penting, prestasi akademik penting tetapi harus belajar lagi, harus gali diri lagi apa yang jadi konsen kita, apa yang jadi ketertarikan kita, apa yang jadi fokus kita,” jawab Puji.

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kabupaten Tangerang. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui Instagram @siberkreasi.dkibanten.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, terutama kepada Kominfo. Mengingat program literasi digital ini hanya akan berjalan dengan baik dan mencapai target 12,5 juta partisipan, jika turut didukung oleh semua pihak.