Di era yang serba digital ini, sangat mudah untuk melakukan komunikasi, terutama karena adanya fasilitas jaringan internet yang terbuka bagi siapa saja. Hal itu juga dimanfaatkan untuk melakukan dakwah dalam rangka menyebarkan ajaran-ajaran positif dalam bidang keagamaan. Sebagai pengguna media digital dan audiens, perlu kita sadari bahwa setiap diri pendakwah memiliki karakter dan ciri khas masing-masing, dan dalam mendengarkan isi dari dakwah mereka, tetap kembali ke dasar kita secara pribadi.  Kita baiknya mampu memnyaring mana yang baik dan tidak; sebagai pendengar atau audiens tetap harus bijaksana. Pada hakikatnya, hanya dari dalam diri kita sendiri yang mampu melihat dan harus menguasai serta memahami informasi terkait yang berhubungan dengan konten yang kita temui.

Menyikapi hal itu, maka lembaga Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital dalam menggelar webinar dengan tajuk “Membuat Konten Agama yang Positif di Media Sosial”. Webinar yang digelar pada Senin, 6 September 2021, pukul 09:00-11:30 diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.

Dalam forum tersebut hadir Aina Masrurin (Media Planner Ceritasantri.id), Kiai M Jadul Maula (Penulis & Budayawan), H Ahmad Firdaus SPd, MSi (Kasi Pendidikan Madrasah Kemenag Kabupaten Lebak), Dr Hasniati, SSos, MSi (Dosen Ilmu Administrasi FISIP Unhas Makassar), dan Ade Wahyu (Content Creator & Jurnalis) selaku narasumber.

Dalam pemaparannya, Dr Hasniati, SSos, MSi menyampaikan informasi penting bahwa “Dalam membuat konten agama pun harus memiliki literasi digital yang baik. Oleh karena itu, ada tiga tahap yang harus dilalui untuk penguatan literasi agama yang baik. Pertama adalah Personal Competency yang artinya harus mampu meningkatkan pemahaman agama secara pribadi. Kedua adalah Comparative Competency yang berarti selain dapat memahami agamanya dengan baik, juga dapat memahami agama orang lain. Hal yang ketiga adalah Collaborative Competency yang menggarisbawahi bahwa seseorang harus mampu bekerjasama dengan orang lain tanpa melihat perbedaan agama. Sikap toleransi perlu diperhatikan dalam membuat konten agama, seperti menghargai teman yang berbeda agama, tidak membuat konten yang dapat menimbulkan kegaduhan, dapat menciptakan rasa persatuan dan kesatuan, dan tidak memaksakan orang lain menganut agama kita. Pastikan bahwa kita memiliki tujuan dan niat yang jelas dalam membuat konten agama di ranah digital, dan pastinya mengandung informasi yang positif.”

Ade Wahyu selaku narasumber Key Opinion Leader juga menyampaikan bahwa positif dan negatifnya dari internet sebenarnya tergantung pada kitanya. Ia secara pribadi memanfaatkan dunia digital untuk marketing usaha kulinernya, dan hal tersebut sangatlah membantu sekali. Sebagai pelaku kuliner ia juga memanfaatkan dunia digital untuk memasarkan produk-produknya. Menurutnya, sebenarnya agama mengajak kita untuk berbuat baik dan mencegah kemungkaran. Ada baiknya kita pahami dulu prinsip dasar agama tersebut. Selain itu, terkait konten di dunia digital, ia mengingatkan kita untuk tidak menonton konten-konten yang mengarah ke ajakan atau hal yang negatif. Selama konten-konten yang kita temui ini menyeru kepada kebaikan, boleh kita lanjut menontonnya.

Para partisipan yang hadir juga dipersilahkan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Adryansyah menyampaikan pertanyaan “Ada oknum-oknum pendakwah yang menyampaikan dakwahnya di media sosial dengan bahasa-bahasa yang kurang sopan, seenaknya sendiri, bahkan ada penggunaan bahasa yang bisa menyakiti hati pembacanya. Namun ada saja yang menganggap hal tersebut tidak salah, malah menganggap itu adalah ciri khas dari si pendakwah dalam menyampaikan dakwahnya. Apa yang sebaiknya kita sebagai penerima dakwah lakukan? Patutkah jika kita report konten pendakwah yang kurang sopan itu atau dibiarkan saja?”

Pertanyaan tersebut pun dijawab dengan lugas oleh H. Ahmad Firdaus SPd, MSi, bahwa “Beragama itu masalah pribadi dan keyakinan, jadi tidak bisa dipaksakan; harus dari hati diri sendiri. Secara singkat, kita tidak boleh memaksakan dan kita justru harus memperjelas arahnya, bukan ke arah publik tetapi hanya secara personal. Jika ingin mengajak pihak lain, gunakan ajaran yang bertitik temu kerukunan sosial. Kita tidak boleh merasa prihatin dan cemas, karena tidak semua orang suka digurui dan di suruh-suruh.”

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kabupaten Tangerang. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten. Juga, bagi yang ingin mengetahui tentang Gerakan Nasional Literasi Digital secara keseluruhan bisa ikuti akun Instagram @siberkreasi.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat.