Pertumbuhan media digital yang tidak diimbangi dengan literasi digital yang baik menyebabkan berita palsu atau hoaks menjadi semakin tinggi. Tidak hanya melalui situs online, namun juga beredar di pesan chatting. Hal ini mendorong pemerintah untuk menerapkan hukum bagi penyebar hoaks di masyarakat, yaitu UU ITE pasal 28 ayat (1) dan pasal 45a ayat (1) UU 19 Tahun 2016.

Hoaks bisa jadi pemicu munculnya dampak buruk seperti keributan, keresahan, perselisihan, bahkan ujaran kebencian, sehingga dapat mengganggu kesehatan mental seseorang. Selain itu, hoaks juga dapat menimbulkan kecemasan dan memicu kepanikan publik karena adanya unsur manipulasi dan kecurangan guna saling menjatuhkan manusia.

Menyikapi hal itu, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital dalam menggelar webinar dengan tajuk “Bersama Lawan Kabar Bohong (Hoaks)”. Webinar yang digelar pada Rabu (22/9/2021), pukul 13:00-15:30 diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.

Dalam forum tersebut hadir Akhdi Kumaeni, S.Pd. (Pengurus Pusat SAPMA Pemuda Pancasila), Dr. Kismartini, M.Si. (Dosen Fisip Universitas Diponegoro), Dr. Ade Maharini A., S.Sos., M.M., C.F.P. (Dosen FEB Universitas Ngurah Rai Denpasar Bali & IAPA), AA Subandoyo (Klipaa.com), Tyra Lundy (TV Host, Presenter & MC) selaku narasumber.

Cek hoaks

Dalam pemaparannya, Dr. Kismartini, M.Si. menyampaikan, “Ada beberapa hal yang dapat kita lakukan dalam rangka mengecek berita hoaks. Pertama, perhatikan elemen beritanya; biasanya tidak menampilkan keterangan waktu dengan pasti. Kedua, cek di Google dengan ketik kata kunci yang dilengkapi kata ‘hoaks’ di belakangnya. Kemudian, lakukan verifikasi data dengan mencocokkan pernyataan yang terkandung dalam konten dengan sumber yang dapat dipercaya.”

“Kita juga harus dapat bersama melawan hoaks dengan meningkatkan peran para stakeholders atau pemegang kepentingan. Negara berperan dalam memberikan kepastian hukum untuk melindungi masyarakat dari kejahatan berbasis teknologi informasi (preventif dan responsif). Masyarakat pun berperan dalam bentuk melakukan pengaduan saat menemukan situs atau apapun yang mengandung berita bohong. Lalu ada peran pihak swasta yang harus ikut mendukung kebijakan pemerintahan dan juga melakukan kegiatan sosialisasi melalui media sosial dan juga melakukan kegiatan untuk memerangi hoaks.”

Tyra Lundy selaku narasumber Key Opinion Leader menyampaikan, berita bohong atau hoaks memang biasanya datang dari keluarga, karena biasanya generasi dulu belum bisa menyesuaikan dengan generasi digital sekarang. Jadi, menurutnya saat mereka mendapat berita, bisa langsung di-share saja ke grup keluarga.

Contohnya saat pemilihan presiden; waktu itu bahkan sampai terjadi banyak perpecahan karena berita-berita yang saling menyebarkan hoaks untuk saling menjatuhkan hanya karena berbeda pilihan. Kita harus benar-benar baca sebuah berita dengan detail, cek lagi sumber beritanya, dan jangan hanya baca judulnya karena sekarang judul itu menjadi clickbait saja dan kita cenderung tidak membaca isinya.

Para partisipan yang hadir juga dipersilakan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Nazwa Anjani menyampaikan pertanyaan, “Bagaimana membuat kita cakap dan kritis saat melihat berita hoaks? Lalu bagaimana jika akun hoaks di media sosial walaupun sudah di-report tetap tersebar di media sosial?”

Pertanyaan tersebut pun dijawab dengan lugas oleh Akhdi Kumaeni, S.Pd. “Agar menjadi cakap dan kritis, kita bisa dengan memberikan data-data pembanding dan berikan pemahamannya dengan kawan-kawan untuk berdiskusi. Jika sudah dilaporkan dan masih ada berita hoaks dari akun-akun tersebut, memang itulah risiko dari jejak digital yang sulit dihapuskan, maka yang perlu kita lakukan adalah biarkan saja dulu, namun caption atau narasinya kita edit saja seperti, ‘berita di atas adalah hoaks data yang sebenarnya adalah ini’ lalu berikan penjelasannya.”

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Utara. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten. Juga, bagi yang ingin mengetahui tentang Gerakan Nasional Literasi Digital secara keseluruhan bisa ikuti akun Instagram @siberkreasi.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat.