Kecanduan pornografi bermula dari tidak sengaja melihat media tersebut atau media di luar umum lalu merasa tidak nyaman namun tetap penasaran. Dampak pornografi bagi anak dan remaja yang kecanduan dapat dikarateristikkan dengan sering gugup dalam berkomunikasi dan menghindari kontak mata, tidak punya gairah aktivitas dan prestasi menurun, malas, enggan belajar dan bergaul hingga sulit berkonsentrasi, tidak lepas dari gawai dan senang menyendiri.

Hal-hal yang terjadi dapat berupa meningkat eksploitasi seks remaja, mudah berbohong, pendidikan terganggu, hingga terjadi penyimpangan seksual. Sayangnya, akses terhadap pornografi kini semakin mudah dengan hadirnya teknologi internet.

Menyikapi hal itu, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital dalam menggelar webinar dengan tajuk “Melawan Pornografi di Dunia Digital”. Webinar yang digelar pada Selasa (6/7/2021) diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.

Dalam forum tersebut hadir Roza Nabila (Kaizen Room), Krisna Murti SIKom MA (tenaga pengajar FISIP Universitas Sriwijaya dan IAPA), Eva Yayu Rahayu (Konsultan SDM dan Praktisi Keuangan & IAPA), Pri Anton Subardio (CEO BUMDesa Mutiara Soka & Nemola), dan Tyra Lundy (MC dan presenter TV nasional) selaku narasumber.

Akses pornografi

Dalam pemaparannya, Eva Yayu Rahayu menyampaikan, “Dari 100 situs terbesar di Indonesia, 7 persen terdiri dari pornografi. Menurut survei, hampir 57 persen responden pernah mencari konten pornografi di YouTube, 29 persen dari Instagram, lalu melalui aplikasi chatting seperti Whatsapp dan Line yang biasa disebar dari kawan. Dari 2.818 siswa kelas 4-6 SD, sebanyak 67 persen pernah mengakses informasi porno yang ditemukan dari berbagai media.”

Sebagai netizen, ia menambahkan, kita dapat membantu pemerintah untuk mendukung program literasi digital. Kita diharapkan memiliki pola pikir baru yang sesuai dengan topik webinar ini sehingga mampu menjadikan sebuah kebiasaan baru dalam interaksi digital.

“Dalam menyikapi tersebarnya pornografi dalam berinternet harus ditekankan tiga aspek, yaitu bijak, aksi, dan akhlak atau iman. Kita dapat membuat karya dan tindakan melalui internet dalam Aksi sehingga tidak memiliki waktu untuk berpikir pornografi. Agama atau kepercayaan manapun melarang berdekatan dengan pornografi dan melakukan pornoaksi sehingga perdalam ilmu dan keimanan diri sendiri. Bijak itu saat menjadi orang tua, anak-anak harus harus dididik tetapi juga harus dibiarkan untuk mendidik diri mereka sendiri,” ujarnya.

Para partisipan yang hadir juga dipersilahkan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Ravelia Dewi menyampaikan, “Penting sekali untuk meningkatkan perhatian akan bahaya pornografi sejak dini, salah satu cara untuk menanggulanginya adalah dengan sex education tetapi di Indonesia sendiri sex education sejak dini cukup tabu. Kira-kira cara apa lagi yang bisa digunakan untuk meningkatkan perhatian akan bahayanya pornografi?”

Pertanyaan tersebut pun dijawab dengan lugas oleh Roza Nabila. “Di kurikulum Indonesia memang masih belum ada membahas sex education, tapi dengan masuknya berbagai informasi dari internet, orang tua sudah harus memberikan pengetahuan tersebut. Salah satu hal yang bisa dilakukan dalam membahas sex education adalah dalam sesi sharing untuk bisa lebih engaging, mulai dari latar belakang kepercayaan, budaya dan hubungannya mengenai pornografi.

“Kita sebagai orang dewasa harus membatasi privasi terhadap anak, misal tidak memaksa untuk cek smartphonenya setiap saat dengan nada memaksa karena hal itu dapat menyebabkan withdrawal oleh anak kepada kita. Orang dewasa harus memilki pemahaman dalam perkembangan teknologi atau ‘tidak gaptek’.”

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Timur. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat.