Data pribadi adalah sebuah kumpulan informasi perseorangan melalui media digital dan non-digital. Data pribadi contohnya nama lengkap, alamat rumah, email, nomor telepon, dan kartu kredit. Data pribadi seperti rekam medis bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan kita, tetapi bisa juga digunakan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.

Dulu sempat ada pernyataan bahwa televisi bukan sebuah produk, tetapi orang yang menonton adalah produknya. Pernyataan ini masih relevan terkait dengan media sosial yang kini serba terbuka dan gratis. Oleh karena itu, kita sebagai produk dari media sosial, perlu mewaspadai agar apa yang kita bagikan bisa terjaga dengan baik.

Menyikapi hal itu, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital menggelar webinar dengan tajuk “Amankan Data Pribadimu, Sekarang!”. Webinar yang digelar pada Selasa, 30 November 2021, diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.

Dalam forum tersebut hadir Samuel Berrit Olam (Founder dan CEO PT Malline Teknologi Internasional), Rhesa Radyan Pranastiko (Pena Enterprise), Supriyanto (Co-Founder CARDS.co.id), Mia Angeline (Deputy Head of Communication Department Bina Nusantara University Jakarta), dan Sheila Siregar (Public Relations) selaku narasumber.

Dalam pemaparannya, Supriyanto menyampaikan bahwa tingkat kesopanan netizen Indonesia ini di bawah standar negara-negara maju. Bahkan di Asia Tenggara saja kita berada di bawah Vietnam. Hal ini dimulai dari ketidaktahuan. Akhir-akhir ini ada drama ojol misalnya, yang menyebabkan semakin banyak orang ikut larut mem-bully dan menjelek-jelekan. Ini berkaitan dengan kemampuan kita berkomunikasi.

“Penting sekali untuk kita menerapkan netiket. Kita harus sadari mengenai cara kita berinteraksi dengan netizen lainnya, seperti berkomunikasi untuk belanja online, baik sebagai penjual maupun pembeli. Penting bagi kita untuk mawas diri dan menahan untuk tidak berkomentar lebih lanjut; biarkan sebuah masalah terselesaikan terlebih dulu sehingga kita tidak perlu menjadi bagian dari masalah itu,” jelasnya.

Sheila Siregar selaku narasumber Key Opinion Leader juga menyampaikan bahwa derasnya arus informasi sudah pasti membuat banyaknya informasi yang kita terima. Menurutnya hal ini banyak berdampak pada kesehatan mental seseorang. Ia pun menceritakan bahwa ia sendiri hampir mengalami penipuan ketika handphone hilang, dan terdapat website yang menyerupai suatu website resmi.

Untungnya ia menyadari bahwa ini bahaya sekali karena bisa terjadi pencurian data. Kalau sampai ia klik link tersebut semua informasi yang ada di handphone yang hilang tersebut bisa diambil. Literasi digital adalah skill yang tidak bisa dimiliki seseorang secara instan, kita harus terjun langsung harus mengalaminya sendiri.

Kita kini berada di era digital, di mana segala sesuatu berkaitan dengan teknologi, makanya kita harus paham dan cakap sehingga tidak terkena dampak negatif dari arus digital ini. Tidak hanya mencari tahu, tetapi kita juga harus mengedukasi orang lain dengan konten-konten edukatif melalui platform resmi.

Salah satu peserta bernama Diana Dian menyampaikan, budaya digital merupakan prasyarat dalam melakukan transformasi digital karena penerapan budaya digital lebih pada mengubah pola pikir (mindset) agar dapat beradaptasi dengan perkembangan digital.

“Bagaimana menjadi masyarakat Indonesia yang cerdas dan bisa berpartisipasi dengan bijak? Sehingga bisa mengubah atau memanfaatkan budaya lama menjadi budaya baru yang lebih efisien. Bagaimana strategi menumbuhkan perilaku dan budaya dalam transformasi digital berdasarkan nilai-nilai Pancasila?” tanyanya.

Pertanyaan tersebut dijawab Rhesa Radyan Pranastiko. Kita adaptasikan dari semua yang ada di sekitar, dan dari beberapa banyak tools yang bisa saling mendukung. Kita mulai kenalkan apa yang ada disekitar kita, misalnya ada makanan khas Jakarta Barat, atau makanan khas daerah lainnya misalnya di Pontianak.

“Kita kenalkan dijadikan konten. Sekarang kita semua ingin menjadi selebgram, tetapi alangkah baiknya jika kita juga mempunya basic skill di bidang lain. Kita harus tahu apa yang terjadi di dunia nyata sehingga dunia digital menjadi perantara kuat untuk mencari tahu apa yang terjadi di dunia nyata,” jawabnya.

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Barat. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten dan @siberkreasi.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat. [*]