Belakangan ini kualitas udara semakin menjadi persoalan di Jakarta dan sejumlah kota besar di Indonesia. Tingkat polusi udara kian tinggi. Sembari sebagai individu berupaya melakukan tindakan kecil untuk tidak menambah pencemaran, kita mesti juga melindungi kesehatan dari dampak buruk polusi.
Berdasarkan data dari Air Pollution Index (AQI) pada minggu pertama September, kualitas udara di sejumlah kota di bagian tengah Sumatera dan Kota Jakarta cukup mengkhawatirkan. Pada 3 September, Balaipungut di Riau terekam sebagai kota berpolusi udara paling tinggi di Indonesia dengan nilai 225. Sementara itu, Jakarta ada di angka 140. Pada pertengahan Agustus, rata-rata AQI harian di Jakarta berkisar 126–149. Kualitas udara berdasarkan AQI bisa dilihat masuk ke dalam kategori kualitas baik (<50), sedang (51-100), kurang sehat (101-150), tidak sehat (151-200), sangat tidak sehat (201-300), dan berbahaya (>300).
Ada enam polutan kualitas udara yang paling umum,yaitu PM 2,5; PM 10, ozon, NO2, SO2, dan CO. PM 2,5 disebut polutan terburuk karena partikelnya sangat kecil, serupa debu halus, yang berukuran kurang dari 2,5 mikrometer–kira-kira 100 kali lebih halus dibandingkan sehelai rambut. Kualitas udara yang buruk, ditambah cuaca yang kurang bersahabat akhir-akhir ini, berdampak buruk untuk kesehatan.
Gangguan kesehatan yang paling jamak terjadi akibat polusi udara adalah ispa atau infeksi saluran pernapasan. PM 2,5 misalnya, jika terhirup terus, dalam jangka panjang akan meningkatkan jumlah radikal bebas yang tidak dapat dinetralisasi oleh antioksidan alami tubuh kita. Paru-paru juga rentan terdampak. Sebagai organ pernapasan paling akhir, paru-paru bisa menjadi tempat bersarangnya partikel-partikel sangat kecil dan berbahaya dari polusi udara.
Dalam jangka panjang, penumpukan partikel dalam paru-paru dan meningkatnya radikal bebas dapat memicu penyakit yang lebih serius, seperti terjadinya peradangan sistemik, penurunan fungsi paru, atau adanya risiko penyempitan pembuluh darah. Hal ini juga dapat mempertinggi risiko penyakit kronik, seperti kanker paru, stroke, penyakit jantung, serta diabetes.
Jaga kesehatan
Sebagai orang yang tinggal di kawasan berpolusi, kita mesti mengambil tindakan dengan sadar terkait upaya pengurangan polusi udara. Menggunakan transportasi publik alih-alih kendaraan pribadi adalah bentuk paling sederhana. Memilah sampah supaya tidak berakhir di tempat pembuangan akhir atau tidak dibakar juga menjadi bentuk upaya yang lain.
Di samping itu, daya tahan tubuh perlu selalu ditingkatkan untuk bisa menangkal radikal bebas. Hal ini bisa ditempuh dengan beberapa cara. Makan makanan bergizi, meski terdengar klise, sungguh-sungguh bermanfaat untuk tubuh. Asuplah protein, serat, vitamin, dan mineral dalam jumlah yang seimbang. Mengonsumsi sumber asupan bergizi seperti Bear Brand atau suplemen lainnya bisa membantu meningkatkan daya tahan tubuh.
Lakukan juga olahraga secara rutin. Pilihlah jenis olahraga yang Anda sukai agar bisa menjalaninya dengan gembira. Untuk mereka yang berusia 18–64 tahun, WHO merekomendasikan olahraga dengan intensitas sedang selama 150 menit per minggu.
Untuk lebih antisipatif, Anda bisa turut memantau kualitas udara dengan mengeceknya di situs web atau aplikasi seperti Air Visual. Apabila kualitas udara sedang tidak baik, gunakanlah masker. Yang ideal untuk menangkal partikel PM 2,5 hingga 95 persen adalah tipe N95 karena jenis ini dilengkapi lapisan penyaring khusus.
Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 8 September 2019.