Menutup bulan kemerdekaan pekan lalu, Sabtu (31/8/2019), TEDxJakarta, sebuah komunitas kesukarelawanan yang menaruh perhatian pada pendidikan dan humaniora, menyelenggarakan temu wicara ke-14 kalinya. Bertajuk “TEDxJakarta: Ribut/Reboot”, acara berlangsung di Graha Bhakti Budaya (GBB), Taman Ismail Marzuki, dan diikuti lebih dari 800 orang.

“TEDxJakarta 2019 menggodok tema kali ini dari fenomena post-truth, terkait kondisi politik sebuah negara atau bangsa dengan pembentukan opini publik tanpa mempertimbangkan fakta sebuah isu. Setiap informasi yang disebarkan pun memiliki unsur politik demi kepentingan salah satu pihak,” kata salah satu kurator sekaligus Co-Organizer TEDxJakarta Prima Surya Abdullah.

Prima menambahkan, tema “Ribut/Reboot” terpilih jauh sebelum pemilihan presiden 2019 berlangsung, alih-alih diketahui hasilnya. Yang pasti, ada keriuhan kehendak publik untuk pergantian kepemimpinan (reboot) maupun yang sebaliknya.

Namun demikian, deretan pembicara tak melulu diisi oleh tokoh-tokoh politik. Misalnya, Widharmika Agung dengan platform penghubung para relawan; Kenny Santana, seorang travel blogger; Fadly Rahman, dosen Departemen Sejarah dan Filologi Universitas Padjadjaran yang bercerita tentang sejarah soto; Ahmad Arif, pewarta Kompas dengan keahlian liputan di bidang bencana alam; Teater Pandora yang menyuarakan kritik atas peraturan daerah tentang pertunjukan seni melalui lakonnya; Erik Prasetya, seorang fotografer senior; Keroncong Musyawarah; dan Farwiza Farhan, sang pejuang kelestarian Taman Nasional Gunung Leuser.

“Bukan gempa bumi atau tsunami yang membunuh kita, melainkan kebodohan dan ketidaktahuan kita sendiri,” kata Ahmad Arif di panggung TEDxJakarta.

Pemilihan dan proses kurasi para pembicara tersebut dilakukan secara mandiri serta independen. Bukan tentang siapa yang berbicara, melainkan apa yang mereka sampaikan, dan mengapa itu layak untuk digaungkan lebih luas. Hal ini bersesuaian dengan semangat ideas worth spreading atau ide layak gaung dari gerakan TEDx yang berlaku secara global, dan terus dijaga oleh TEDxJakarta sejak penyelenggaraan pertamanya pada 2009 lalu.

Secara teknis, acara utama terbagi menjadi tiga sesi (Ribut, Reboot, dan Rebut). Dua video TED Talks juga diputar. Bukan hanya itu, sejumlah kegiatan disiapkan di lobi gedung GBB. Di antaranya penukaran botol air, tersedianya water station untuk isi ulang air minum, dan suguhan kuliner Nusantara.

“Dengan beranekaragamnya perspektif yang dibagikan, kami ingin terus menghadirkan semangat dan antusiasme dalam event TEDxJakarta kali ini. Menjadikannya semacam laboratorium sosial, di mana pertukaran perspektif lintas bidang bisa terjadi dengan alamiah. Event ini sekaligus juga menandai ulang tahun ke-10 komunitas TEDxJakarta,” ujar Organizer TEDxJakarta Florentina Niradewi.

TEDxJakarta diselenggarakan oleh komuni­tas relawan dengan nama yang sama, di bawah lisensi berbatas waktu dari TED (organisasi induk, penyelenggaraan TED Conference). Komunitas TEDx bisa dibentuk di mana saja dan harus dijalankan secara nirlaba. [*]

Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 9 September 2019.