Perilaku konsumtif yaitu perilaku untuk konsumsi yang berlebihan. Dalam melakukan hal apapun, kita harus sesuai dengan kebutuhan yang ada, dan bukan sesuai dengan keinginan kita. Terkait dengan penggunaan media digital, perilaku konsumtif dapat berbentuk bermain game online, cek feed Instagram, melihat status, dan stalking. Adapun perilaku konsumtif yang berakibat finansial, seperti terlalu sering melakukan belanja online yang didorong oleh rasa gengsi yang tinggi, selalu ingin mengikuti tren, dan keinginan untuk hidup dalam kemewahan. Hal-hal tersebut justru bertolak belakang dengan manfaat media digital, yang harusnya mendorong perilaku positif yang dapat membangun potensi kita sebagai pengguna media digital.
Menyikapi hal itu, maka lembaga Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital dalam menggelar webinar dengan tajuk “Kecanduan Internet: Ubah Konsumtif Menjadi Produktif”. Webinar yang digelar pada Selasa, 24 Agustus 2021 pukul 13:00-15:30 diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.
Dalam forum tersebut hadir Ali Elanshory (Account Executive, Mediate Indonesia (MNC Group), Dody Wijaya, SSos (Komisioner KPU Kota Jakarta Selatan), Roza Nabilla (Kaizen Room), Eka Y Saputra (Web Developer & Konsultan Teknologi Informasi) dan Ken Fahriza (Data Analyst) selaku narasumber.
Dalam pemaparannya, Dody Wijaya, SSos menyampaikan informasi penting bahwa “Mengubah kecanduan internet dari konsumtif ke produktif sebenarnya cukup mudah. Pola pikirnya harus diubah, yaitu lebih ke memanfaatkan internet sesuai dengan kebutuhan. Internet dapat digunakan untuk mempelajari skill dan membangun jejaring, serta mengembangkan diri secara virtual. Internet bahkan bisa meningkatkan kemampuan bahasa asing dengan adanya berbagai aplikasi dan website untuk meningkatkan kemampuan. Selain itu, kita juga harus mengetahui cara memanfaatkan internet sebagai sumber informasi beasiswa, juga terkait mentoring untuk beasiswa tersebut. Selalu manfaatkan aplikasi yang bisa bantu dukung produktivitas, karena banyak sekali program-program pengembangan diri yang dapat diikuti melalui online secara gratis.”
Ken Fahriza selaku narasumber Key Opinion Leader juga menyampaikan bahwa dalam dunia modeling, ada dampak positifnya juga dari media sosial, seperti bisa mendapatkan income yang lebih dari data analyst, membuat konten-konten yang positif yang juga berdampak positif dengan menambah followers dan kesempatan-kesemapatan yang baru. Menurutnya, berbagi hal-hal yang disukai bisa membuat kita lebih bermotivasi. Dengan media sosial ia merasa bisa menjadi lebih produktif, khususnya dalam membuat konten-konten positif yang juga akan berdampak positif bagi orang lain.
Para partisipan yang hadir juga dipersilahkan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Wahyu menyampaikan pertanyaan “Apa saja cara-cara yang dapat kita lakukan untuk menjadi seseorang yang produktif, kreatif, dan inovatif di tengah situasi pandemi kali ini?”
Pertanyaan tersebut pun dijawab dengan lugas oleh Ali Elanshory, bahwa “Kita dapat mengawali dengan mencari insight baru di YouTube. Banyak pelajaran yang bisa diambil dari sana. Saya sendiri biasanya mengikuti online course dan kelas-kelas online, tetapi yang pastinya kita harus cari tahu dulu passion kita di bidang apa, kemudian baru mencari cara mengembangi passion tersebut.”
Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Selatan. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten. Juga, bagi yang ingin mengetahui tentang Gerakan Nasional Literasi Digital secara keseluruhan bisa ikuti akun Instagram @siberkreasi.
Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat.