Perlu diketahui bahwa World Health Organization (WHO) telah menetapkan kecanduan internet, misalnya kecanduan game online, ke dalalm versi terbaru International Statistical Classification of Diseases (ICD) sebagai penyakit gangguan mental (mental disorder). Hal ini harus menjadi perhatian para pengguna media digital, dan juga para orang tua mengingat kini anak cenderung tidak bisa lepas dari penggunaan media digital dalam kesehariannya. Seseorang yang mengalami adiksi, di samping mengalami keluhan secara fisik juga mengalami perubahan struktur dan fungsi otak. Adanya perubahan otak membuat dirinya sulit mengendalikan perilaku impulsif. Ketika sudah mengalami kecanduan, fungsi otaknya sudah berubah; kemampuan menahan perilaku untuk tidak berperilaku impulsif sudah terganggu.

Menyikapi hal itu, maka lembaga Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital dalam menggelar webinar dengan tajuk “Kecanduan Internet: Ubah Konsumtif Menjadi Produktif”. Webinar yang digelar pada Selasa, 24 Agustus 2021 pukul 13:00-15:30 diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.

Dalam forum tersebut hadir Dr Bevaola Kusumasari, MSi (Pengajar Fisipol UGM & IAPA), Misbachul Munir (Entrepeneur & Fasilitator UMKM Desa), Khuriyatul Husna, MPA (Universitas Lancang Kuning & IAPA), Denisa N Salsabila (Kaizen Room), dan Meliza Gilbert (Presenter TV) selaku narasumber.

Dalam pemaparannya, Misbachul Munir menyampaikan informasi penting bahwa “Kecanduan internet ditandai dengan keasikan yang berlebihan atau kurang terkontrol dalam perilaku penggunaan komputer dan akses internet. Biasanya kita terlena dengan niatan awalnya hanya membalas chat, tapi malah seringkali membuka sosial media lainnya dan juga marketplace. Semua waktu untuk berkomunikasi dengan dengan keluarga dan orang-orang terdekat lainnya jadi habis untuk berselancar di internet. Adapun beberapa dampak buruk adiksi internet, seperti perubahan mood atau emosi, gangguan pola tidur dan kualitas tidur yang buruk, serta depresi dan cemas bahkan sampai risiko bunuh diri. Tidak hanya itu, bisa juga berdampak pada masalah kondisi fisik, yang menyebabkan buruknya kondisi kesehatan secara umum akibat gizi buruk. Selain itu, adapun dampak sosial yang buruk, seperti dapat kehilangan teman di dunia nyata.”

Meliza Gilbert selaku narasumber Key Opinion Leader juga menyampaikan bahwa dampak positif dari hadirnya internet dan media digital adalah kita jadi bisa saling berbagi dengan orang lain. Dampak negatifnya banyak orang-orang yang komentar kurang baik. Ia menyampaikan bahwa etika yang digunakan dalam bertemu dengan teman atau orang tua harus bisa dibawa ke dunia digital pula. Ia juga sampaikan bahwa tidak masalah aktif di media sosial, tetapi tetap harus ada batasan dan tetap menjaga etika karena di media sosial kita berkomunikasi dengan semua orang di seluruh dunia. Dalam pembuatan konten, buatlah yang sesuai passion kita juga, misalnya yang hobi sepeda cari tren tentang sepeda saat ini. Jangan lupa sesuaikan bahasa dengan followers teman-teman.

Para partisipan yang hadir juga dipersilahkan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Eveline menyampaikan pertanyaan “Bagaimana cara mengatur waktu dengan baik dalam era digital ini, sedangkan kita mengetahui bahwa gadget hampir setiap hari dan setiap jam digunakan?”

Pertanyaan tersebut pun dijawab dengan lugas oleh Dr Bevaola Kusumasari, MSi, bahwa “Kita perlu tentukan sendiri mau berapa jam dalam sehari kita bersentuhan dengan dunia digital. Itu kita yang mengatur, misalnya pagi jam 8-12 dan setelah itu break. Lalu usahakan kalau malam selesai di jam 8 malam. Ada hal-hal yang harus kita sepakati dulu kemudian kita tegakkan. Digital detox itu penting sekali, terutama untuk kesehatan mata.”

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Barat. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten. Juga, bagi yang ingin mengetahui tentang Gerakan Nasional Literasi Digital secara keseluruhan bisa ikuti akun Instagram @siberkreasi.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat.