Tak dapat dimungkiri, perkembangan dunia digital telah menyasar ke segala sisi kehidupan. Saat ini, rasanya hampir tidak ada sisi kehidupan manusia yang tidak terpengaruh proses digitalisasi.

Namun, masih banyak pengguna internet yang hanya mampu menerima informasi tanpa kemampuan memahami dan mengolah informasi tersebut secara baik, sehingga masih banyak masyarakat terpapar oleh informasi yang tidak benar.

Menyikapi hal itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menggelar seri webinar literasi digital #MakinCakapDigital dengan tajuk “Bijak dan Kreatif untuk Mengelola Media Sosial di Era Digital”. Webinar yang digelar pada Selasa, 7 Juli 2021 di Kota Tangerang, itu diikuti oleh puluhan peserta secara daring.

Webinar ini mengundang narasumber dari berbagai bidang keahlian dan profesi, yakni Erista Septianingsih (Kaizen Room), Danu Anggada Bimantara (aktor dan penggiat seni tradisi), Resha Rasdyan P (Kaizeen Room), dan Pri Anton Subardio (CEO BUMDesa Mutiara Soka dan Nemolab).

Tema yang dibahas oleh masing-masing narasumber meliputi digital skills, digital ethics, digital culture, dan digital safety. Erista Septianingsih memulai webinar dengan mengatakan ada beberapa jenis media sosial.

“Layanan blog, layanan jejaring sosial, layanan blog mikro (microblogging), layanan berbagi media (media sharing), layanan sharing, dan terakhir layanan kolaborasi. Dampak positif media sosial, yakni mudah berinteraksi dengan banyak orang, memperluas pergaulan, jarak dan waktu bukan lagi masalah, mudah mengekspresikan diri, memperoleh informasi dengan cepat dan biaya lebih murah,” ujarnya.

Sementara dampak negatif media sosial adalah selalu merasa kurang, FOMO, gangguan kesehatan, kurang bersosialisasi di dunia nyata, dan terpapar hoaks. Adapun kelompok yang mampu memberi pengaruh di ruang digital, yakni generasi muda, perempuan, dan pengguna internet.

“Untuk itu diperlukan etika dalam berkomunikasi. Caranya dengan hindari penyebaran konten yang berbau SARA, pornografi, dan kekerasan. Cross check kebenaran berita, menghargai hasil karya orang lain. Tak kalah penting, berhati-hati dalam memberikan informasi pribadi,” kata Erista.

Danu Anggada menambahkan, saat berinternet, hati-hatilah dalam mengunggah foto, gambar, komentar, atau pesan. Pasalnya seseorang sekali saja mengunggah konten atau sesuatu yang negatif, jejak digitalnya akan ada di internet selamanya dan hampir tidak bisa dihapus.

“Jaga dan lindungi privasi, jangan pernah sekalipun membagikan data pribadi di internet seperti alamat, e-mail, nomor telepon, dan dokumen sekolah atau instansi di internet,” imbuh Danu.

Sebab, data pribadi rentan disalahgunakan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Jika ada e-mail atau situs menawarkan sesuatu yang tidak masuk akal, seperti peluang untuk menghasilkan banyak uang atau menang undian ratusan juta, sudah pasti itu tidak benar.

“Selain itu, jadilah pengguna internet bijak perlakukan orang lain sebagaimana pantasnya. Hal ini juga berlaku di internet bukan hanya di kehidupan nyata saja, karena saat ini sedang marak kasus cyberbullying yang membuat korbannya depresi bahkan melakukan dan mengakibatkan hal-hal fatal,” ujar Danu.

Sementara Resha Rasdyan menjelaskan, digital culture merupakan prasyarat dalam melakukan transformasi digital, karena penerapan budaya digital lebih pada mengubah pola pikir agar dapat beradaptasi dengan perkembangan digital.

Mindfulness communication, yakni cakap paham, cakap produksi, cakap distribusi, cakap partisipasi, cakap kolaborasi. Tak lupa untuk menenemkan nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika,” jelas Resha.

Adapun dampak rendahnya pemahaman nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. yakni tidak mampu memahami batasan kebebasan berekspresi dengan perundungan siber, ujaran kebencian, pencemaran nama baik, atau provokasi yang mengarah kepada perpecahan di ruang digital.

“Serta tidak mampu membedakan keterbukaan informasi publik dengan pelanggaran privasi di ruang digital. Mari menjadi warga digital yang Pancasilais, dengan berpikir kritis (identifikasi, observasi, dan evaluasi), gotong royong, kolaborasi, dan kampanye literasi digital,” ungkap Resha.

Sedangkan Pri Anton Subardio sebagai pembicara terakhir memaparkan, proteksi perangkat digital juga bertujuan agar perangkat digital yang kita gunakan, tidak disalah gunakan oleh orang lain. Misalnya, jika ponsel pintar kita dilengkapi proteksi seperti kata sandi atau fingerprint, maka ponsel kita tidak bisa digunakan orang lain.

“Fitur proteksi yang semakin beragam demikian juga platform yang semakin berkembang termasuk juga ancamannya,” kata Pri.

Ia menambahkan, tips menggunakan media sosial, yakni jangan asal posting konten, tak perlu detail cantumkan informasi pribadi. “Jaga etika. Konten tidak kasar dan mengandung SARA, selalu waspada dan jangan mudah percaya, filter akun-akun yang diikuti,” ujar Pri.

Salah satu peserta bernama Jefri menanyakan, bagaimana solusi untuk meningkatkan minat baca di masyarakat Indonesia?

Sebab, masyarakat Indonesia dikenal mempunyai minat baca rendah yang mengakibatkan kebiasaan warga kita yang kurang bijak dalam menggunakan media digital, karena berkomentar dulu tanpa tahu isi dari bacaan yang dikomentari.

“Sebenarnya segala permasalahan bisa dikerjain bareng-bareng, banyak sekali perpustakaan-perpustakaan di Indonesia. Bisa juga di akses online seperti modul literasi digital ini bisa diakses secara gratis, balik ke diri kita masing-masing. Yuk, mulai dari kita untuk memulai,” jawab Rhesa.

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Tangerang. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat. [*]