Salah satu cara yang cukup efektif dalam mencegah penyakit adalah melakukan imunisasi rutin lengkap, yang terdiri atas imunisasi dasar dan lanjutan. Pemberian imunisasi dilakukan sejak lahir dan dilanjutkan sesuai jadwal. Berikut ini, diuraikan mengenai pentingnya imunisasi agar anak sehat. dr Elisabeth Hutapea SpA dari Rumah Sakit Royal Taruma mengatakan, vaksinasi merupakan tindakan memberikan vaksin untuk meningkatkan sistem imun pada anak. Anak bisa melakukan imunisasi di semua fasilitas kesehatan, termasuk di posyandu. Menurut dr Elisabeth, imunisasi yang wajib diberikan pada anak berdasarkan usia yaitu sebagai berikut.
Imunisasi BCG
Imunisasi BCG bermanfaat untuk melindungi tubuh anak dari kuman penyebab penyakit tuberkulosis (TB). Imunisasi ini hanya dilakukan 1 kali dan diberikan sejak bayi lahir hingga usia 2 bulan.
Imunisasi Hepatitis B
Tujuan diberikannya imunisasi hepatitis B adalah mencegah penyakit hepatitis B, yakni infeksi hati yang bisa menimbulkan komplikasi berbahaya, seperti sirosis dan kanker hati. Ini diberikan sebanyak lima kali. Pemberian pertama dilakukan setelah bayi lahir atau paling lambat 24 jam setelah persalinan. Vaksin selanjutnya diberikan secara berturut-turut pada usia 2, 3, 4, dan 18 bulan.
Difteri, Pertusis, dan Tetanus (DPT)
Pemberian vaksinasi ini bertujuan untuk mencegah 3 penyakit dalam 1 suntikan, yaitu difteri, pertusis (batuk rejan), dan tetanus. Jadwal pertama kali diberikan pada bayi berusia 2 bulan dengan interval 1 bulan sehingga pemberiannya saat bayi berusia 2, 3, 4 dan 18 bulan.
Imunisasi Polio
Polio merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus yang menyerang sistem saraf di otak dan saraf tulang belakang. Polio bisa menyebabkan sesak napas, meningitis, kelumpuhan, hingga kematian. Pembagian vaksin bisa secara Oral Poliovirus Vaccine (OPV) dan suntikan Inaactive Poliovirus Vaccine (IPV). Bayi memperoleh imunisasi polio tipe OPV saat baru lahir hingga berusia 1 bulan. Lalu, pengulangan setiap bulan, yaitu 2, 3, 4 dan 18 bulan.
Imunisasi Hib
Imunisasi HIB bertujuan untuk mencegah infeksi bakteri haemophilus influenza tipe B. Infeksi bakteri ini bisa memicu penyakit, seperti radang selaput otak (meningitis), radang paru-paru (pneumonia), radang sendi (septic arthritis), dan radang di lapisan pelindung jantung (perikarditis). Pemberian vaksin Hib pada anak sebanyak 4 kali, yaitu saat berusia 2, 3, dan 4 bulan. Lalu pemberian vaksin Hib perlu diulang saat anak berusia 15–18 bulan.
Imunisasi Campak
Imunisasi campak diberikan untuk mencegah terhadap penyakit campak berat yang bisa menyebabkan pneumonia, diare, dan radang otak (ensefalitis). Ini diberikan sebanyak 3 kali, yaitu ketika anak berusia 9 bulan, 18 bulan, dan 5–6 tahun. Namun, jika anak diberikan vaksin MR/ MMR pada usia 15 bulan, pemberian imunisasi campak ulang pada usia 18 bulan tidak diperlukan.
“Jarak pemberian antara imunisasi 1 dan 2 bisa diberikan minimal 4 minggu dan jika anak dalam kondisi kurang sehat, bisa diberikan imunisasi maksimal 8 minggu,” kata dr Elisabeth.
Mengenai cara kerja, dr Elisabeth menjelaskan, anak diberikan vaksinasi yang mengandung virus atau bakteri yang telah dilemahkan. Bisa juga materi genetik dari virus atau kuman yang diberikan pada anak.
Jadi, tubuh anak saat mendapatkan kuman tersebut akan menimbulkan memori dan mengenali vaksin yang diberikan. Ketika vaksinasi diberikan beberapa kali, tubuh anak akan lebih mengenal vaksin tersebut.
Efek samping yang dapat ditimbulkan saat pemberian imunisasi karena ada benda asing (kuman), maka otomatis tubuh akan menimbulkan reaksi perlawanan di dalam tubuh. Efek samping yang terjadi, seperti lemas, demam, dan rewel. Reaksi yang dialami setiap anak tergantung jenis vaksin yang diberikan dan tergantung individual. Apabila terjadi efek samping setelah imunisasi, cara pencegahan dan penanganannya adalah, pastikan anak dalam kondisi sehat saat divaksin. Jika anak kurang sehat dan dilakukan vaksinasi, risiko efek samping ditimbulkan akan semakin tinggi.
“Setelah imunisasi jika anak timbul demam, jangan panik, langsung diberikan obat demam agar demamnya tidak bertambah tinggi dan anak tidak rewel.
Kemudian jika terjadi pembengkakan atau merah di area bekas suntik, bisa dikompres dengan air hangat agar tidak menimbulkan rasa nyeri. Namun, umumnya reaksi setelah imunisasi bersifat ringan. Jadi, jika anak timbul demam lebih dari 39 derajat celsius dan lebih dari 48 jam, segera konsultasi ke dokter melalui fasilitas kesehatan,” kata dr Elisabeth.
Penting bagi anak untuk melakukan imunisasi untuk menjaga kesehatan bayi sejak lahir dari berbagai risiko penyakit pada masa yang akan datang. Imunisasi melalui pemberian vaksin akan membantu sistem imun anak memproduksi antibodi khusus untuk melawan jenis-jenis penyakit tertentu.
“Jika anak tidak melakukan imunisasi, ini dikhawatirkan akan mendatangkan penyakit-penyakit berat dan komplikasi yang serius yang bisa berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak,” ujar dr Elisabeth.
Baca juga