Seperti dilansir oleh health.grid.id, diperkirakan terjadi peningkatan kejadian kanker di dunia 300 persen pada 2030 mendatang dan mayoritas terjadi di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.

Di Indonesia sendiri, breast cancer (kanker payudara) menempati urutan pertama dengan jumlah kasus kanker terbanyak di Indonesia. Hal ini berdasarkan laporan dari The Global Cancer Observatory (Globocan) 2020 seperti dilansir oleh  sehatnegeriku.kemkes.go.id. jumlah kasus baru kanker payudara mencapai 68.858 kasus (16,6 persen) dari total 396.914 kasus baru kanker di Indonesia. Sementara itu, angka kematian akibat kanker payudara mencapai lebih dari 22 ribu kasus.

dr Alfiah Amiruddin MD MS, konsultan ahli bedah payudara RS Royal Taruma, Jakarta, mengatakan, “Dari tahun ke tahun, kita berharap kasus breast cancer bisa ditekan, tetapi kenyataannya, 40 sampai 70 persen pasien yang datang sudah stadium lanjut. Ini tentu menjadi pertanyaan dan pekerjaan rumah untuk semua pihak agar angka stadium lanjut kanker payudara di Indonesia bisa ditekan.”

Tingginya angka kematian akibat kanker payudara inilah yang membuat Perhimpunan Ongkologi Indonesia (POI) menggaungkan multi disciplinary team (MDT) di seluruh pelosok Tanah Air. Diharapkan langkah ini efektif menekan angka kematian akibat kanker payudara. “Untuk menurunkan angka kasus kanker payudara ini tidak bisa sendiri, butuh sinergi dari semua stakeholder, termasuk masyarakat,” ungkap  dr Alfiah.

Untuk itu, yuk, kenali gejala dan penyebab kanker payudara!

Gejala kanker payudara

dr Alfiah mengatakan, gejala kanker payudara bermacam-macam. Ada yang bergejala dan ada yang tanpa bergejala sama sekali. Pada stadium dini, misalnya, kanker payudara dapat gejala tertentu. Oleh karena itu, sangat penting untuk melakukan Sadari atau periksa payudara sendiri setiap bulan, 1 minggu setelah setelah bersih dari haid. Raba dengan teliti searah jarum jam payudara untuk mendeteksi adanya benjolan atau perubahan pada payudara.

Beberapa gejala kanker payudara antara lain benjolan atau pengerasan pada payudara yang berbeda dari jaringan sekitar; darah atau nanah keluar dari puting payudara; kemerahan atau pembesaran pori-pori kulit payudara yang menyerupai kulit jeruk; nyeri dan pembengkakan pada payudara; pengelupasan kulit di sekitar puting payudara; perubahan pada kulit payudara seperti cekungan; perubahan ukuran, bentuk atau tampilan dari payudara; puting tertarik masuk ke dalam; benjolan atau pembengkakan di bawah ketiak.

Baca juga: 

Penyebab dan faktor risiko kanker payudara

Menurut dr Alfiah, penyebab kanker payudara banyak, semua kait-mengait. Tidak ada yang tahu seberapa besar kontribusi masing-masing item (penyebab). Namun, pertumbuhan abnormal ini diduga disebabkan oleh mutasi gen yang diturunkan secara genetik. Selain itu, terdapat beberapa faktor risiko yang diduga menjadi pemicu kanker payudara, yaitu jenis kelamin wanita jauh lebih tinggi dibandingkan pria. Sebanyak 99 persen penderita kanker payudara adalah wanita, sisanya laki-laki; usia yang bertambah, paling banyak pada usia di atas 50 tahun; belum pernah hamil sebelumnya; kebiasaan merokok atau minum minuman beralkohol; kelebihan berat badan atau obesitas; mulai menopause pada usia lebih tua, yaitu setelah usia 55 tahun; mulai menstruasi sebelum usia 12 tahun; serta riwayat kanker payudara pada nenek, ibu, tante, adik, kakak, atau anak sekandung.

Pencegahan kanker payudara

Beberapa upaya pencegahan kanker payudara, antara lain berolahraga secara rutin, cukup istirahat, menyusui anak hingga berusia dua tahun, pemeriksaan rutin dan teliti dengan Sadari, pengelolaan stres yang baik, pola makan gizi seimbang, serta tidak merokok atau minum minuman beralkohol.

Pengobatan kanker payudara

Penanganan kanker payudara bergantung pada jenis kanker yang dialami, stadium kanker, ukuran massa, serta sensitivitas sel kanker terhadap hormon. Dokter akan menentukan terapi yang paling sesuai dengan keadaan penderita berdasarkan hal-hal tersebut.

Beberapa pilihan pengobatan pada kanker payudara, antara lain pembedahan, yakni meliputi pengangkatan kanker atau benjolan, pengangkatan seluruh payudara, pengangkatan jumlah terbatas dari kelenjar limfe, atau pengangkatan beberapa kelenjar limfe; radioterapi, dilakukan menggunakan energi sinar-X dan proton untuk mematikan sel-sel kanker; kemoterapi, dilakukan dengan menggunakan obat-obat tertentu untuk mematikan sel kanker; terapi penghambat hormon, jika kanker diketahui sensitif terhadap hormon estrogen atau progesteron.

Yuk, sudah saatnya kita lebih peduli akan kanker payudara. Jika mengalami benjolan, pembengkakan, atau perubahan pada payudara yang sebelumnya tidak pernah ditemukan, segera periksakan diri ke dokter spesialis onkologi untuk pemeriksaan dan penanganan lebih lanjut. Deteksi dini dapat menyelamatkan nyawa Anda. [AYA]