Menjalani pengobatan di layanan trauma center bagi korban kecelakaan  atau trauma penting dilakukan. Dengan penanganan yang cepat dan benar, risiko atau bahaya yang mungkin akan terjadi bisa dihindari.

Menurut dr Hendradi Khumarga SpOT dari Rumah Sakit Royal Taruma di Jakarta Barat, trauma center merupakan pusat kesehatan yang melakukan pelayanan akibat dari kekerasan, seperti benturan dari benda tumpul atau adanya perlukaan dari benda tajam.

Trauma akibat kejadian yang tidak terduga dan sifatnya emergency atau gawat darurat. Jadi, ada masalah waktu yang harus ditangani dengan cepat dan benar serta adanya sarana kesehatan atau rumah sakit yang mempunyai fasilitas untuk menangani kasus trauma tersebut. Misalnya, kata dr Hendradi, jika ada seseorang mengalami kecelakaan lalu lintas di jalan raya, korban harus segera mendapatkan penanganan yang cepat dan benar. Korban dibawa dari lokasi kecelakaan ke rumah sakit.

“Rumah sakit mempunyai sarana yaitu medical evacuation (medevac) yang meliputi sarana, seperti ambulans yang bisa dikirim ke tempat kejadian, termasuk tenaga dokter dan berbagai peralatan kesehatan (oksigen dan obat-obatan), sehingga pasien mendapatkan pertolongan pertama dan didampingi tenaga dokter yang memadai sampai masuk ke IGD rumah sakit,” kata dr Hendradi.

trauma center
dr Rosie SpBTKV

Hal serupa juga dikatakan dr Rosie SpBTKV dari Rumah Sakit Royal Taruma. Menurut dr Rosie, trauma center menangani kasus-kasus trauma yang bisa  ditangani secara terpadu dan holistik dengan tim multidisiplin sehingga penanganannya bisa optimal dan pasien bisa cepat sembuh.

Tim medis trauma center

Tim medis yang terlibat dalam penanganan layanan trauma center, yaitu dari penjemputan korban di lokasi kejadian kecelakaan, antara lain sopir ambulans, perawat, dan dokter jaga IGD yang diantar sampai ke sarana pengobatan di rumah sakit.

“Ketika sampai di sarana pengobatan, ada dokter IGD, para konsultan atau dokter-dokter ahli yang  terlibat. Trauma tidak terbatas di masalah tulang, tetapi harus diperiksa secara teliti dari ujung kepala hingga ujung kaki,” kata dr Hendradi.

Tim medis yang terlibat dalam penanganan trauma center adalah dokter ahli saraf, dokter bedah plastik, dokter bedah ortopedi, dokter ahli bedah toraks, dokter bedah saluran pencernaan, dan dokter bedah urologi.

Kapan pasien perlu ke trauma center?

Menurut dr Hendradi, seseorang yang perlu berobat ke layanan trauma center, yaitu pasien yang baru saja atau pernah mengalami kekerasan (kecelakaan ringan maupun berat).

“Jika ada suatu trauma atau cedera apa pun, datanglah ke rumah sakit. Dokter akan memeriksa secara saksama dan akan menilai penyakit secara proporsional. Apabila tidak perlu tindakan operasi, ya berarti tidak perlu operasi. Misalnya, jika ada sendi yang lepas saja, akan dikembalikan ke posisi semula tanpa operasi,” tutur beliau.

Penting bagi korban trauma akibat kecelakaan untuk menjalani program layanan di trauma center agar terhindar dari komplikasi. Dengan penanganan yang tepat dan benar serta dengan sarana yang memadai, akan diperoleh hasil yang baik.

Jika korban trauma tidak menjalani program di layanan trauma center, kasus atau kejadian trauma tersebut akan menjadi terlantar. Misalnya, luka itu berpotensi jika terjadi di jalan raya karena banyak debu, kotoran, pasir, atau rumput yang masuk ke  dalam luka dan tidak disadari atau diobati dengan benar, berpotensi akan terjadi infeksi.

“Jika terjadi infeksi pada tulang, akan sulit diobati dan mungkin akan berakibat pasien bisa diamputasi,” kata dr Hendradi.

Sementara itu, dr Rosie mengatakan, seseorang yang mengalami trauma pasca-kecelakaan lalu lintas atau kecelakaan kerja, sebaiknya dilakukan evaluasi secara menyeluruh di IGD sehingga akan diperiksa dan diyakinkan agar tidak terjadi trauma yang sifatnya membahayakan jiwa. “Tapi, jika ternyata dari hasil diagnostik ada trauma yang perlu segera ditangani, akan dikonsultasikan ke tim trauma terkait,” kata dr Rosie.

Manfaat dari program trauma center, kata dr Rosie, pemeriksaan dapat dilakukan secara cepat dan tepat, terapi atau tatalaksana dilakukan dengan optimal, serta kesembuhan pasien diharapkan maksimal. “Program layanan trauma center cukup efektif diikuti para pasien pasca-kecelakaan,” lanjut dr Rosie.