Tak dapat dimungkiri, perkembangan dunia digital telah menyasar ke segala sisi kehidupan. Saat ini, rasanya hampir tidak ada sisi kehidupan manusia yang tidak terpengaruh proses digitalisasi.

Namun, masih banyak pengguna internet yang hanya mampu menerima informasi tanpa kemampuan memahami dan mengolah informasi tersebut secara baik, sehingga masih banyak masyarakat terpapar oleh informasi yang tidak benar.

Menyikapi hal itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menggelar seri webinar literasi digital #MakinCakapDigital dengan tema “Jangan Asal Belanja Online: Ketahui Privasi dan Keamanannya”. Webinar yang digelar pada Jumat, 12 November 2021 di Kota Tangerang, diikuti oleh puluhan peserta secara daring.

Webinar ini mengundang narasumber dari berbagai bidang keahlian dan profesi, yakni Mohammad Anang Dwi Santoso (Dosen Universitas Sriwijaya, IAPA), Ismita Saputri (CEO Kaizen Room), Bambang Kusbandrijo (Dosen UNTAG Surabaya dan Pengurus DPP IAPA), dan Anggun Puspitasari (Dosen Hubungan Internasional Universitas Budi Luhur Jakarta).

Anang Dwi membuka webinar dengan mengatakan, saat ini di masyarakat sedang marak tren belanja online. Kecenderungan memilih belanja di marketplace yakni didasari status terverifikasi, review positif, harga lebih murah, promosi yang diberikan, produk bervariasi, kualitas terjamin, dan follower banyak.

“Saat ingin membeli, langkah pertama yang harus dilakukan yakni dengan memprioritaskan produk yang memiliki detail foto sebanyak-banyaknya agar Anda bisa mengetahui bentuk dan kondisi produk dengan begitu rinci,” katanya.

Langkah selanjutnya yakni dengan berkomunikasi dengan penjual perihal detail tambahan yang ingin Anda ketahui. Langkah terakhir, dengan menimbang ulasan dari sejumlah konsumen yang lebih dulu membeli produk terkait.

Ismita Saputri menambahkan, selama pandemi 55 persen masyarakat mengaku lebih sering berbelanja online dan menduga akan semakin sering kedepannya. Sebanyak 81 persen yang berbelanja secara online, paling sedikit mereka belanja satu kali dalam seminggu.

Sebanyak 73 persen mengaku kegiatan memasak di rumah meningkat selama PSBB, 59 persen belanja kebutuhan sehari-hari secara online, bahkan di jakarta mencapai hingga 76 persen yang berbelanja melalui e-commerce.

“Kelebihan belanja online yakni praktis dan efisien, pilihan yang bervariasi, banyak promo/diskon dan cashback, sistem pembayaran lebih mudah,” ujarnya. Sementara kekurangannya, bisa mengganggu manajemen keuangan, barang tidak sesuai ekspektasi, membeli barang yang tidak dibutuhkan, rawan penipuan.

Cara aman dalam jual-beli online yakni pastikan penjual atau online shop dapat dipercaya, baca dengan cermat kebijakan yang diberlakukan oleh situs tempat belanja, pilih cara pembayaran yang paling aman, simpan bukti transaksi, selalu gunakan komputer atau smartphone sendiri.

Bambang turut menjelaskan, belanja online kini benar-benar mengubah industri perdagangan dunia. Bagaimana tidak, lebih dari 50 persen warga dunia kini memilih berbelanja secara online dibandingkan pergi langsung ke toko atau mal.

“Keuntungan berbelanja online seperti menghemat waktu dan tawaran potongan harga menggiurkan. Tapi hati-hati, belanja online juga dapat menjadi kegiatan yang berbahaya dan merugikan,” ungkapnya.

Banyak kasus yang telah terjadi di mana Anda membeli barang dan pesanan tersebut tak pernah tiba. Lebih parah lagi, Anda menggesek kartu dua kali sehingga pembayaran menjadi dua kali lipat lantaran situsnya tak beroperasi dengan baik.

Anggun Puspitasari mengatakan, yang perlu dilakukan agar aman berbelanja online yakni memproteksi privasi pada gadget (gawai) yang digunakan, memproteksi jaringan koneksi di dunia digital, memproteksi privasi akun-akun di dunia digital.

Dalam sesi KOL, Ayonk mengatakan, jangan gunakan wifi publik saat bertransaksi karena data kita bisa bocor. “Yang harus kita lakukan waspada karena makin kesini makin canggih dan keamanan itu penting dan itu yang niatnya kita go online tapi malah jadi buntung, maka jangan suka klik sembarangan,” tuturnya.

Salah satu peserta bernama Ahmad Toriq kira-kira bagaimana memanfaatkan teknologi di tengah pasar yang rata-rata adalah orang tua berusia 40 ke atas?

“Orang tua usia 40 tahun sudah memakai berbagai macam sosial media dan tren sekarang, nah cara marketing mempermudah mereka agar melihat produk dengan berbagai ads disitu bisa dipersempit lagi. Untuk memasarkan ke orang tua gak langsung ke orang tua bisa ke anak-anaknya ya caranya seperti itu tadi pahami juga kalau mereka rentan umur 40 tahun ke atas memakai Facebook Ads,” jawab Anang.

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Tangerang. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten dan @siberkreasi.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat. [*]