Gegap gempita pesta olahraga Nusantara sedang berlangsung di Bumi Cendrawasih, yakni pada Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua 2021. Para Ksatria Airlangga, baik alumni maupun mahasiswa aktif, tak juga ketinggalan dalam menyumbangkan talentanya untuk tim perwakilan Jawa Timur, tak terkecuali di cabang olahraga (cabor) selam. Untuk mengeksplorasi singkat partisipasi tersebut, tim redaksi mewawancarai Ketua Persatuan Olahraga Selam Seluruh Indonesia (POSSI) Cabang Jatim Mirza Muttaqien pada Rabu siang (6/10/2021).
Mirza mengatakan bahwa terdapat empat sivitas akademika Unair yang maju di cabor selam, yakni Janis Rosalita (alumni FIB), Dio Novandra (alumni FH), Monica (mahasiswa aktif FPsi), dan Fahriza (alumni FEB). Hingga saat ini tim cabor selam dari Jatim telah menyabet 4 medali emas, dengan 2 medali tersebut disabet oleh Janis.
“Kami optimistis bahwa untuk cabor selam, Jatim akan diselami oleh emas. Janis telah menyabet 2 medali emas untuk 100 meter dan 200 meter surface putri. Besok, yang bersangkutan akan bertanding untuk nomor 4×100 BF,” ujar Mirza yang berkebetulan juga alumni Unair itu.
Mirza mengatakan bahwa POSSI Jatim melatih para atlet tak hanya untuk kompetisi nasional seperti PON, tetapi juga kompetisi regional dan bahkan internasional seperti SEA/Asian Games dan Olimpiade. Setiap hari, para atlet juga harus dilatih fisik dan tekniknya, juga harus mendapat asupan bergizi tiap harinya. Ia menambahkan hal tersebut waktu dan sumber daya yang luar biasa.
Mirza juga mengajak Unair untuk lebih melembagakan para sivitas akademikanya yang sedang berkancah di dunia olahraga. Ia merefleksikan pada banyaknya mahasiswa maupun alumni Unair yang ikut berkontribusi di PON pada berbagai aspek. Beberapa upaya pelembagaan yang disarankan oleh pengurus IKA Unair itu adalah seperti kerja sama dengan KONI dan pengurus cabang olahraga di provinsi. Ia juga mengajak Unair agar program Merdeka Belajar dapat menambahkan perspektif bagi para atlet sehingga proses pelatihannya menjadi bagian dari SKS kuliah.
“Apalagi Unair pasti memiliki sumber daya untuk mengakomodir paradigma modern dalam dunia olahraga, yakni sport science. Paradigma ini memandang bahwa atlet harus didampingi oleh ahli-ahli seperti ahli gizi, ahli kesehatan, hingga psikolog untuk membantu melejitkan performanya dari perspektif ilmu pengetahuan dan teknologinya,” tutupnya.