Prestasi membanggakan kembali diraih oleh salah satu mahasiswa D-4 Pengobat Tradisional, Fakultas Vokasi Universitas Airlangga (FV Unair) dalam ajang Pekan Olahraga Nasional (PON) XX di Merauke, Papua. Dia adalah Alisya Mellynar, peraih medali emas kategori olahraga wushu.

Emas pertama dalam ajang PON

Ketika diwawancarai, Alis mengungkapkan bahwa dia tidak pernah menduga akan membawa pulang medali emas. Tentu dia juga merasa sangat senang dapat meraih prestasi tersebut. Perolehan medali itu, lanjutnya, menjadi medali emas pertama bagi Alis pada ajang PON.

“Ini merupakan kali pertama bagi saya mengikuti PON sehingga saya juga tidak memiliki target untuk berhasil naik podium,” tutur mahasiswa angkatan 2019 tersebut.

Sebelum mengikuti perlombaan dalam PON, Alis rutin melaksanakan latihan baik pada tingkat daerah di Surabaya maupun pada program pemusatan latihan nasional (pelatnas) yang dilaksanakan di Jakarta. Segala bentuk latihan yang dilakukan Alis tentu merupakan arahan dari sang pelatih.

Alis bercerita, awal mula dia mengikuti wushu karena ajakan kakak sepupunya. Saat itu, Alis masih berusia 10 tahun. Setelah 3 tahun berjalan, lebih tepatnya pada tahun 2014, dia mulai serius menggeluti wushu dan berhasil memperoleh peringkat empat pada ajang kompetisi di Yogyakarta.

“Awalnya memang hanya ikut kakak sepupu, tetapi orangtua terus mendukung saya dan selalu mengantar saya latihan hingga tiga tahun berlalu, saya memutuskan untuk lebih serius karena saya juga ingin menjadi anak yang berguna bagi orangtua,” cerita Alis pada Senin (4/10/21).

Membanggakan, Mahasiswa UNAIR Berhasil Raih Medali Emas Wushu Pada PON X... (1)
Alisya Mellynar, peraih medali emas olahraga wushu pada PON XX di Papua. (Foto: dokumentasi pribadi)

Miliki prestasi lain tingkat nasional hingga internasional

Sebelumnya, Alis telah berhasil memperoleh beberapa prestasi lain. Pada tingkat nasional prestasi yang dia raih yaitu pada ajang Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Wushu Junior dan Senior di Semarang tahun 2017, Kejurnas Wushu Junior dan Senior (Piala Presiden dan Piala Raja Sultan Hamengkubuwono X) di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2018, serta Kejurnas Wushu Junior dan Senior (Piala Presiden dan Babak Kualifikasi PON 2020) di Bangka Belitung.

Sedangkan tingkat internasional, prestasi yang berhasil Alis raih yakni pada International Borneo Martial Arts Open, Sibu, Malaysia tahun 2017 yaitu dia memperoleh 1 emas dan 1 perak. Selain itu, dia berhasil memperoleh dua emas pada 3rd World Taijiquan Championships, Burgas, Bulgaria tahun 2018.

“Dalam setiap kompetisi, saya selalu ingin memberikan yang terbaik untuk pelatih dan orangtua saya. Namun, terkadang keinginan saya tersebut juga menjadi beban tersendiri bagi saya,” ucapnya.

Ke depan, Alis berharap dapat lebih banyak mengukir prestasi. Namun, belajar dari pengalaman sebelumnya, Alis tidak ingin terlalu banyak target dan juga tidak ingin berekspektasi terlalu tinggi. Dia tetap memberikan usaha yang terbaik, tetapi berserah kepada Yang Mahakuasa terkait apa yang akan terjadi.

“Menurut saya, ketika telah memutuskan untuk menggeluti sesuatu, jangan memberikan usaha yang setengah-setengah. Ketika melakukan sesuatu tidak tulus dari hati, hasil yang didapatkan juga tidak akan setinggi yang diharapkan,” ungkap Alis.

Terakhir, Alis berpesan ketika tidak ada motivasi untuk berprestasi dari diri sendiri, cobalah untuk melihat perjuangan orang yang berada di sekitar. Menurut Alis, usaha yang dilakukan orang lain akan menjadi sia-sia ketika tidak muncul kesadaran dari diri sendiri.

“Jadi, menurut saya, ketika kita telah mendapat banyak pengorbanan dari orang lain, contohnya dari orangtua, setidaknya kita juga dapat memberikan pengorbanan yang sama untuk mereka,” pesannya.