Apa gunanya cakap digital? Kadang memang bukan tentang pintarnya saja, tetapi juga terkait bagaimana cara kita berkomunikasi dan mencari informasi dengan etika. Mengapa harus etis? Penggunaan media digital bukan hanya untuk kepentingan orang lain tetapi kita sendiri. Ketika kita santun, akan memberikan impresi yang positif dan juga meninggalkan rekam jejak digital yang positif. Dalam kehidupan manusia, dalam berbagai kurun waktu dan masa, akan terjadi perkembangan yang berbeda. Perkembangan manusia akan membuat manusia menjadi semakin banyak belajar dan berinovasi dalam perkembangan dirinya. Digitalisasi telah menjadi pengaruh yang sangat luas pada budaya karena munculnya internet sebagai bentuk komunikasi massal, dan meluasnya penggunaan komputer pribadi dan perangkat lain seperti smartphone.

Menyikapi hal itu, maka lembaga Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital dalam menggelar webinar dengan tajuk “Cerdas dan Bijak Berinternet: Pilah Pilih Sebelum Sebar”. Webinar yang digelar pada Rabu, 3 November 2021, pukul 13.00-15.30 diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.

Dalam forum tersebut hadir A Zulchaidir Ashary (Pena Enterprise & Pegiat Literasi Digital), Benazir Komarudin BA, M.InterDevPrac (Content Manager Wellshared.Co), Dr Bevaola Kusumasari, MSi (Pengajar Fisipol UGM & IAPA), Djaka Dwiandi Purwaningtijasa, S.T. (Digital Designer & Photographer), dan Tyra Lundy (Master of Ceremony & TV Presenter) selaku narasumber.

Dalam pemaparannya, Djaka Dwiandi Purwaningtijasa, ST menyampaikan informasi penting bahwa “Jejak digital ini mengacu pada serangkaian kegiatan digital, tindakan kontribusi komunikasi. Jejak digital tidak hanya sesuatu yang disebarkan di internet, tetapi ketika kita meng-copy sesuatu itu sudah termasuk jejak digital. Penggunaan Waze atau Google Maps membat pola kita dalam kegiatan sehari-hari mudah sekali untuk dilacak. Jejak digital membentuk dan mengabadikan gambaran tentang siapa diri kita di dunia siber. Penting bagi kita untuk mengetahui jejak apa saja yang kita tinggalkan. Kenapa jejak digital itu penting bagi sisi keamanan? Perlu diingat bahwa jejak digital itu permanen; kecil sekali kemungkinan bagi kita si pemilik data untuk dapat mengontrolnya. Sekali kita mengirim sesuatu mungkin kita bisa hapus, tetapi kita tidak tahu siapa saja yang sudah menyimpan atau screenshot. Jejak digital ini juga berpengaruh terhadap reputasi seseorang. Contohnya ketika kita mendaftar ke lembaga beasiswa, perusahaan-perusahaan ini akan cek jejak digital kita; apakah jejak kita ini bersih atau tidak.”

Tyra Lundy selaku narasumber Key Opinion Leader juga menyampaikan bahwa kita sebagai pengguna media digital wajib untuk double check bahkan triple check sesuatu yang kita terima, dan juga cek atau validasi datanya. Selain itu, ia ingatkan juga bahwa butuh pengawasan yang lebih untuk anak-anak mengingat mereka sudah lebih jago daripada orang dewasa. Kini juga sudah banyak ahli IT di Indonesia. Semakin tinggi literasi digital seseorang semakin luas juga pengetahuannya, sehingga kita menjadi orang yang beradab dan berilmu di media digital. Kalau kita terliterasi digital dengan baik, outputnya adalah kita menjadi orang yang lebih cerdas lagi sehingga tidak menimbulkan kerusuhan di media digital.

Para partisipan yang hadir juga dipersilahkan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Asyifa Adzkia Zafira menyampaikan pertanyaan “Bagaimana cara membangun awareness untuk think before posting di lingkungan sekitar kita supaya terhindar dari rekam jejak digital yang negatif? Selain itu, bagaimana caranya jika salah satu akun kita dibajak dan di-hack orang lain dan membuka situs/aplikasi yang mengarah ke negatif sehingga membuat rekam jejak digital kita buruk? Apa yang harus kita lakukan, mengingat bahwa jejak digital tidak bisa hilang?”

Pertanyaan tersebut pun dijawab dengan lugas oleh Djaka Dwiandi Purwaningtijasa, ST, bahwa “Misalnya ada yang mengirim berita yang belum terverifikasi, kita bisa cek dulu dan hubungi secara personal. Kita beritahu bahwa ternyata berita yang disebarkan itu hasilnya tidak benar, sehingga mohon untuk melakukan pengecekan lagi. Sebaiknya jangan langsung kita tegur di ruang publik. Kalau akun kita dibajak, langsung ganti password dan aktifkan multifactor authentication agar lebih sulit untuk dibobol. Seperti OTP, hanya kita saja yang punya; jangan sekali-kali mengirimkan OTP untuk orang lain. Juga, kalau melihat iklan jangan sesekali di-klik karena akan menyusup dan mempengaruhi algoritma kita.”

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Barat. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten. Juga, bagi yang ingin mengetahui tentang Gerakan Nasional Literasi Digital secara keseluruhan bisa ikuti akun Instagram @siberkreasi.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat.