Internet hadir bagai pisau bermata dua yaitu dapat memberikan manfaat positif sekaligus memberikan dampak negatif sehingga diperlukan pengetahuan serta kedewasaan. Fenomena orang bisa “bicara dan bertindak semaunya” di dunia maya dengan komentar kasar, caci maki, menyudutkan, bahkan menyinggung SARA seringkali terjadi di dunia maya.
Oleh karena itu, kita perlu bijak dalam mengakses media sosial, seperti mengakses hal-hal yang bersifat positif, menambah wawasan hingga mempererat pertemanan, bersikap selektif terhadap berbagai informasi yang diakses, menghindari mengakses akun-akun yang dapat membahayakan keamanan perangkat dan diri, serta menghindari terlibat dalam hate speech, hoaks, hingga pencemaran nama baik orang lain.
Menyikapi hal itu, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital menggelar webinar dengan tajuk “Bijak Bermedia Sosial: Jangan Asal Sebar di Internet”. Webinar yang digelar pada Jumat, 29 Oktober 2021, diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.
Dalam forum tersebut hadir Aidil Wicaksono (CEO Pena Enterprise), Santo Dewatmoko (Pelaku Bisnis, Akademisi, Investor, Pemerhati Kebijakan Publik), Muhammad Mustafied (Sekretaris Nur Iman Foundation Mlangi Yogyakarta), Rahmawati (Trainer Making Indonesia 4.0 LEMHANNAS RI dan Dosen Universitas Mulawarman), dan Cindy A Endge (Content Creator) selaku narasumber.
Dalam pemaparannya, Aidil Wicaksono menyampaikan bahwa dalam digital skill, terdapat beberapa kompetensi literasi digital yang harus dipahami. Pertama, kompetensi mengakses, artinya kita harus memiliki kemampuan dalam mengakses maupun menggunakan perangkat-perangkat digital yang ada, termasuk platform dan aplikasi penunjangnya.
Kedua, kompetensi dalam menyeleksi, di mana kita harus pintar dalam memilah dan memilih perangkat, platform, maupun aplikasi yang kredibel dan sesuai dengan kebutuhan kita. Ketiga, kita perlu memiliki kompetensi dalam memahami berbagai perangkat, platform, maupun aplikasi yang ada. Kompetensi ini berkaitan dengan pemahaman terhadap fungsi dan kegunaan dari perangkat maupun platform aplikasi yang ada.
“Keempat adalah kompetensi menganalisis, yaitu kita harus mampu berpikir kritis dan menganalisis berbagai pengetahuan dasar hingga kritis ketika mengakses atau menggunakan perangkat hingga platform aplikasi yang ada. Jika kita sudah dapat melakukan keempat hal tersebut, maka menjadi perlu pula untuk menambah keahlian lain terkait dunia digital melalui kacamata kompetensi memverifikasi, mengevaluasi, mendistribusikan, berpartisipasi, dan berkolaborasi,” terangnya.
Cindy A Endge selaku narasumber Key Opinion Leader juga menyampaikan bahwa kita sebagai pengguna medsos harus bijaksana dalam memilih milih konten yang menjadi utamanya di medsos kita, karena sekarang medsos akan merekam jejak digital kita, seperti konten apa yang sering kita buka maka akan terus ditampilkan di sosmed kita.
Jangan terpengaruh yang buruk-buruk maka dari itu ikuti yang baik. Mengingat perkembangan teknologi sangat pesat, melalui literasi digital kita memiliki kemampuan untuk berpikir agar tidak terjebak di ruang digital, dan menyebarkan atau ikut berkontribusi membuat konten yang positif. Kita bisa memakai dan mempromosikan produk dalam negeri, bekerja sama dengan para pengrajin lokal, dan sekalian menciptakan konten yang berisi pendidikan atau pengetahuan yang secara tidak langsung akan menginspirasi yang lain untuk membuat konten tersebut.
Salah satu peserta bernama Rezki Putra menyampaikan, dalam menghadapi tantangan media digital, masyarakat harus aktif, kreatif, dan produktif dalam meraih kesempatan di tengah tantangan dalam pekerjaan ataupun pendidikan. Namun semua itu terkadang terkendala rendahnya skill kemampuan dalam memanfaatkan digital dan berpikir kritis.
“Lalu bagaimana agar kemampuan softskill dan hardskill kita bisa terasa dalam hal pemanfaatan digital ke arah yang lebih baik?” tanyanya.
Pertanyaan tersebut dijawab Aidil Wicaksono. Ajak teman-teman untuk melihat posisi kita di mana; saat teman-teman punya tujuan maka bisa di mana saja mendapatkan akses untuk belajar, seperti mengikuti webinar ini.
“Pastikan tujuan teman-teman dulu ingin kemana, karena pilihan ada banyak sekali sekarang. Ada website gratis untuk meningkatkan kualitas diri, agar lebih terbuka lagi pola pikir dan wawasan kita,” jawabnya.
Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Timur. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.
Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat. [*]