Tak dapat dimungkiri, perkembangan dunia digital telah menyasar ke segala sisi kehidupan. Saat ini, rasanya hampir tidak ada sisi kehidupan manusia yang tidak terpengaruh proses digitalisasi.

Namun, masih banyak pengguna internet yang hanya mampu menerima informasi tanpa kemampuan memahami dan mengolah informasi tersebut secara baik, sehingga masih banyak masyarakat terpapar oleh informasi yang tidak benar.

Menyikapi hal itu, maka baru-baru ini Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menggelar seri webinar literasi digital #MakinCakapDigital dengan tema “Adaptasi Pembelajaran di Masa Pandemi”. Webinar yang digelar pada Jumat, 19 November 2021 di Jakarta Utara, diikuti oleh puluhan peserta secara daring.

Webinar ini mengundang narasumber dari berbagai bidang keahlian dan profesi, yakni Anang Dwi Santoso, SIP, MPA – Dosen Universitas Sriwijaya, IAPA, Ismita Saputri – CEO Kaizen Room, Dr. Rusdiyanta, S.I.P., S.E., M.Si – Dosen FISIP Universitas Budi Luhur, Djaka Dwiandi Purwaningtijasa, S.T – Digital Designer & Photographer.

Pola belajar

Tema yang dibahas oleh masing-masing narasumber meliputi digital skills, digital ethics, digital culture, dan digital safety. Anang Dwi membuka webinar dengan mengatakan, guru harus memahami bahwa belajar dari rumah bukanlah memindahkan tugas mengajar ke orang tua, dengan hanya memberikan tugas tanpa memberikan penjelasan.

Orang tua juga harus memahami bahwa pada pola belajar dari rumah, ada beberapa hal yang tidak sama dengan belajar di sekolah, ada tugas guru yang didelegasikan ke orang tua seperti mengawasi anak-anak dalam belajar.

“Butuh komunikasi antara guru dan orang tua. komunikasi yang dibangun guru tidak hanya sekedar mengkomunikasikan materi dan tugas apa saja yang harus diselesaikan, melainkan guru menyediakan waktu dan ruang konsultasi secara daring kepada orang tua,” tuturnya.

Gaya belajar secara visual ini yaitu kemampuan belajar dengan melihat. Gaya belajar ini digunakan pada orang dengan indera penglihatan yang tajam dan teliti. Kemampuan belajar yang berhubungan dengan ini yaitu seperti matematika, bahasa arab, bahasa jepang, simbol- simbol, dan lainnya yang berkaitan dengan bentuk.

Menurutnya, orang dengan gaya belajar auditori memiliki indera pendengaran yang lebih baik dan lebih terfokus. Orang dengan gaya belajar ini mampu memahami sesuatu lebih baik dengan cara mendengarkan. Hal ini berkaitan dengan proses menghafal, membaca, atau soal cerita.

Ismita Saputri menambahkan, teknologi hadir untuk memudahkan kehidupan kita. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa kemajuan-kemajuan teknologi yang ada menciptakan tantangan baru bagi masyarakat digital.

Pendidikan di era digital, merupakan pendidikan yang harus mengintegrasikan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) ke dalam seluruh mata pelajaran. Dengan berkembangnya pendidikan era digital maka memungkinkan siswa mendapatkan pengetahuan yang berlimpah ruah serta cepat dan mudah.

Meski begitu, tantangan yang dihadapi yakni terbatasnya akses ke perangkat komputer dan smartphone. Jaringan tidak stabil. Sulit untuk interaktif. Banyaknya gangguan dirumah. Siswa bermain main dan susah fokus. Guru dan pelajar masih belum lihai menggunakan teknologi digital.

Gegar budaya

Dr. Rusdiyanta turut menjelaskan, hampir semua ranah kehidupan berkonversi dari manual menuju digital, sehingga terjadi gegar budaya atau culture shock yang menyebabkan perasaan bingung, cemas, risau, gelisah ketika bertandang atau bermukim di lingkungan masyarakat yang baru dan total beda dengan situasi biasanya.

Ciri gegar budaya yakni merasa bosan, menarik diri dari lingkungan baru, diliputi perasaan tidak berdaya, mudah lelah hingga lebih sering tidur, terlalu sering mengomentari budaya, homesick alias kangen rumah.

“Terkait pembelajaran di era digital, kualitas pembelajaran yaitu intensitas keterkaitan sistemik dan sinergis antara guru, siswa, iklim pembelajaran, serta media pembelajaran dalam menghasilkan proses dan hasil belajar yang optimal sesuai dengan tuntutan kurikuler,” paparnya.

Sebagai pembicara terakhir, Djaka Dwiandi mengatakan, saat ini penggunaan gawai media internet menjadi sarana utama untuk bersosialisasi bagi anak-anak, untuk mendapatkan pelajaran dan juga bermain, terutama pada saat pandemi ini.

“Tips saran dan rekomendasi dalam keamanan digital yakni batasi informasi, ingatkan anak-anak agar tidak gegabah saat memberikan informasi yang bersifat pribadi ketika berinteraksi di media digital. Batasi penggunaan gawai, beri batas waktu yang tegas kepada anak- anak saat menggunakan media digital,” ungkapnya.

Kenali ancaman keselamatan, ajak dan tunjukan kepada anak-anak berbagai potensi ancaman termasuk modus yang biasa digunakan. Saring sebelum sharing, pikirkan dengan baik sebelum berbagi pesan karena sekali tersebar itu sulit untuk dihapus.

Dalam sesi KOL, Shafa Lubis mengatakan, internet memberikan banyak dampak positif untuk membantu memberikan kemudahan bagi kita dalam melakukan kegiatan sehari-hari, di internet juga banyak terdapat informasi-informasi bermanfaat yang kita butuhkan.

“Kita dapat memanfaatkan internet dalam artian positif dalam menambah ilmu dan pengetahuan baru tentang berbagai hal. Kita harus dapat saling menghargai atau satu sama lain dan meningkatkan toleransi di era digital ini. Sebisa mungkin manfaatkanlah media digital dengan membanjiri dengan konten positif,” ujarnya.

Dalam webinar ini, para partisipan yang hadir juga dipersilakan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Tommy Admaja menanyakan, bagaimana memberikan pemahaman kepada generasi muda untuk menggunakan media digital untuk hal baik dan bermanfaat agar jejak digital di media sosial kita baik?

“Kita perlu tahu sumber yang memberi pengaruh ke anak muda apakah itu orang tua ataupun lingkungan sekitar. Kalau pengaruh tersebut memberikan dampak yang buruk maka kita perlu mengedukasi dan mengarahkan tentunya dengan komunikasi yang sehat,” jawab Anang.

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Jakarta Utara. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui Instagram @siberkreasi.dkibanten dan @siberkreasi.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, terutama kepada Kominfo. Mengingat program literasi digital ini hanya akan berjalan dengan baik dan mencapai target 12,5 juta partisipan, jika turut didukung oleh semua pihak.