Februari selalu saja menjadi bulan yang penuh cinta lengkap dengan sensasi aneka warna yang ditebarkannya. Tahun ini, PIFF akan mengusung tema “Colors of Love” yang mengangkat cerita tentang berbagai bentuk cinta yang dapat diberikan kepada sesama manusia dan banyak cara untuk menerjemahkan sebuah cinta.

Adegan demi adegan cinta dalam film yang dimaksud tentu saja bisa disaksikan dari film berkualitas. Semua itu bisa Anda saksikan di Plaza Indonesia Film Festival (PIFF) pada 24 hingga 28 Februari 2020.

Bagi pencinta film, Anda tentu saja sudah tidak asing lagi dengan Plaza Indonesia Film Festival yang kehadirannya dimulai pada 2015. Bahkan, boleh dibilang Plaza Indonesia Film Festival telah menjadi satu-satunya festival film di Indonesia yang menayangkan film internasional dan nasional dan secara konsisten mengadakan festival setiap tahunnya.

Dalam upayanya memperkenalkan film kontemporer dari seluruh dunia, terutama bakat baru yang muncul dalam industri film kepada khalayak, PIFF berkomitmen dan secara konsisten menyuguhkan kepada penonton paparan film-film festival terbaik internasional dan tentu saja termasuk film Indonesia, dengan pemutaran film pemenang penghargaan, film independen, film animasi, film pendek, film fitur, dokumenter, dan banyak lagi.

“Colors of love”

Sejak 2015 hingga kini, Plaza Indonesia sudah menyelenggarakan 8 festival film dengan tema yang berbeda dan sudah menayangkan 55 film yang memenangkan penghargaan nasional dan internasional dengan 17.000 penonton, yang terdapat sekitar 2.500 penonton dalam setiap festivalnya. Jumlah penonton ini masih terus berkembang seiring dengan semakin populernya PIFF.

Pada penyelenggaraan festival film yang kedelapan kalinya ini, Plaza Indonesia mengusung tema “Colors of Love” yang mengangkat cerita tentang beragamnya bentuk cinta sesama manusia dalam kehidupan sehari-hari. Sedianya akan ditayangkan 10 film terbaik dari dalam negeri maupun mancanegara pada PIFF 2020.

Sugar Nadia (kurator film)

“Film-film yang ditayangkan pada PIFF kali ini bercerita tentang cinta yang bervariasi, mulai dari cinta ibu kepada anak hingga cinta pada saat peperangan serta film-film yang paling diperbincangkan di dunia. Tahun ini ada beberapa film dari 9 negara yang ikut serta, yaitu dari Kolombia, Korea, Singapura, Iran, Jerman, Amerika Serikat, Republik Makedonia, Italia, dan tentu saja Indonesia,” ujar Sugar Nadia, kurator film yang sudah mengikuti perkembangan PIFF sedari awal.

Kehadiran PIFF tidak hanya membawa angin segar bagi dunia perfilman nasional, tetapi juga menjadi jembatan bagi penonton yang haus akan film berkualitas dengan standar festival film skala internasional.

Peringatan 100 tahun Federico Fellini

Apresiasi terhadap dunia perfilman internasional juga ditunjukkan dengan adanya kolaborasi antara Plaza Indonesia dan Instituto Italiano di Cultura (Italian Cultural Institute). Pada PIFF kali ini, Plaza Indonesia memberikan apresiasi kepada Frederico Fellini dalam bentuk perayaan 100 tahun Frederico Fellini.

Maria Battaglia (Director Italian Cultural Institute).

“Fellini merupakan seorang film director dan screenwriter terkenal asal Italia yang karyanya sudah mendunia. British Film Institute pun tahun ini turut memperingati 100 tahun kelahiran Fellini yang lahir pada 20 Januari 1920,” ujar Maria Battaglia selaku Director Italian Cultural Institute, Cultural Attache Embassy of Italy.

Maria juga menambahkan bahwa pada ko­la­borasi yang dilakukan dalam rangka mem­pe­ringati 100 tahun Frederico Fellini ini akan mem­­per­tunjukkan 2 film Frederico Fellini, yaitu La Dolce Vita dan 8 ½ yang masing-masing akan ditayangkan pada hari pertama (24/2) pukul 17.00 WIB dan hari keempat (27/2) pukul 21.00 WIB. “Kedua film yang ditayangkan ini didapat dari Cineteca di Bologna dan merupakan versi restorasi,” ujar Maria lebih lanjut.

Pemutaran film ini juga diikuti oleh pameran foto Frederico Fellini di belakang layar dari film 8 1/2 yang belum pernah dipublikasikan dan diterbitkan karya Paul Ronald. Bukan hanya itu, dilakukan juga film talk oleh Antonio Maraldi dari Centro Cinema Città di Cesena tentang karya Fellini dan bagaimana cara mengarsipkan film legendaris dan restorasi.

Memiliki program utama berupa pemutaran film (sekitar 10 judul), movie clinic, workshop, pameran foto Fellini dan opening night and gala premiere, PIFF selain dengan Instituto Italiano Cultural juga berkolaborasi dengan beberapa komunitas film Indonesia untuk mengadakan movie clinic dan menayangkan film pemenang penghargaan untuk menginspirasi masyarakat, khususnya di bidang film.

Alexander Matius (Kinosaurus)

Salah satunya adalah kerja sama yang dilakukan dengan Kinosaurus dalam bentuk workshop dengan tema besar Dream Team. Menurut Alexander Matius dari Kinosaurus, KinoTalks akan membahas tema bagaimana pembuat film membuat emosi di layar dengan menggunakan warna, kostum dan suara. Mereka yang terlibat di dalamnya, antara lain Mira Lesmana (produser), Riri Riza (penulis/sutradara), Joko Anwar (penulis/sutradara), Tara Basro (aktris), Chitra Subiyakto (costume designer), dan Ical Tanjung (sinematografer).

Menurut General Manager Marketing Plaza Indonesia Zamri Mamat, PIFF kali ini hadir lebih eksklusif dan glamor dengan kolaborasi bersama Instituto Italiano di Cultura. “Nanti pada tanggal 24 Februari akan ada red carpet dan kita juga akan mengundang duta besar dari berbagai negara sebagai tamu undangan,” ujar Zamri.

PIFF harus diakui dapat mengantarkan dunia perfilman ke arah yang lebih baik. Bahkan, dapat membuka ruang edukasi publik untuk diskusi dan belajar lebih dalam lagi tentang dunia perfilman. Lebih jauh lagi, kehadiran PIFF dapat mendukung perekonomian kreatif dari industri perfilman. Anda tertarik menikmati “Colors of Love” dalam ajang PIFF? [AYA]

Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 12 Januari 2020.