Tak dapat dimungkiri, perkembangan dunia digital telah menyasar ke segala sisi kehidupan. Saat ini, rasanya hampir tidak ada sisi kehidupan manusia yang tidak terpengaruh proses digitalisasi. Namun, masih banyak pengguna internet yang hanya mampu menerima informasi tanpa kemampuan memahami dan mengolah informasi tersebut secara baik sehingga masih banyak masyarakat terpapar oleh informasi yang tidak benar.

Menyikapi hal itu, baru-baru ini Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menggelar seri webinar literasi digital #MakinCakapDigital dengan tajuk “Literasi Digital Tenaga Pendidik dan Anak Didik di Era Digital”. Webinar yang digelar pada Jumat (2/7/2021) di Cilegon itu diikuti oleh puluhan peserta secara daring.

Webinar ini mengundang narasumber dari berbagai bidang keahlian dan profesi, yakni Dr Ida Ayu Putu Sri Widnyani SSos, selanjutnya Ridwan Muzir (peneliti dan pengasuh tarbiyahislamiyah.id), Erista Septianingsih (Kaizen Room), dan Aji Sahdi Sustisna (Ketua RTIK Provinsi Banten).

Dr Ida Ayu Putu Sr membuka webinar dengan mengatakan, pada saat ini, masyarakat dengan mudah memperoleh informasi. “Untuk itu, media digital wajib ada di sekolah karena bisa digunakan untuk menambah pengetahuan,” paparnya. Menurut Dr Ida Ayu, media sosial hadir sebagai bagian dari perkembangan internet.

Kehadirannya menawarkan cara berinteraksi, berkomunikasi, dan bersosialisasi dengan mudah, serta baru dengan dukungan fitur yang menarik. Jumlah pengguna internet di Indonesia, didominasi oleh kalangan remaja sehingga dampaknya sangat banyak dirasakan oleh remaja.

“Pada pengguna yang baik, akan meningkatkan prestasi, sebaliknya, pengguna yang buruk, hal ini dapat berakibat negatif pada anak dan remaja,” paparnya. Adapun cyber pedagogy adalah seni mengajar dengan memanfaatkan teknologi digital, internet, dan siber. Untuk menjalankan ini, semua pihak harus memiliki literasi digital.

Erista Septianingsih menambahkan, pendidikan pada era digital merupakan pendidikan yang harus mengintegrasikan teknologi informasi dan komunikasi, ke dalam seluruh mata pelajaran. “Berkembangnya pendidikan era digital memungkinkan siswa mendapatkan pengetahuan yang berlimpah ruah serta cepat dan mudah,” tuturnya.

Meski begitu, ada beberapa hambatan perubahan, antara lain tidak mengetahui dan kesulitan menggunakan teknologi, tidak merasa bahwa teknologi adalah sesuatu yang penting, dan anggapan bahwa internet adalah sesuatu yang mahal.

Adapun etika berkomunikasi dengan guru atau dosen, yakni mengucapkan salam, menggunakanlah bahasa yang mudah dipahami dan sopan, tidak bertele-tele tapi langsung pada poin utama, dan memperhatikan waktu saat hendak menghubungi.

Sementara itu, Ridwan Muzir mengatakan, kecenderungan cara mengajar pada era digital yaitu dengan menginspirasi memberi clues, memancing ide, memberi arahan, membimbing menjadi teman diskusi, mengawal proses, dan Tut Wuri Handayani.

“Pada era digital saat ini memungkinkan kegiatan belajar menjadi makin mandiri. Orang pada saat ini bisa memiliki perpustakaan di ponselnya masing-masing karena adanya era digital saat ini,” kata Ridwan.

Dari proses belajar mandiri, kita bisa melihat apa kecenderungan cara belajar pada era digital dan ada beberapa, yaitu mandiri, inisiatif, eksploratif, dan kreatif.

Namun, dunia digital bagai pisau bermata dua serta kreativitas dan inovasi bisa tumbuh jika pendidikan mengadaptasi dunia digital dengan cara yang tepat dan terukur.

“Dalam proses para pelajar belajar, tugas guru yaitu membimbing dan mendidik para pesertanya dan guru tidak hanya menyuruh, tetapi juga mengadakan edukasi dan menampung pertanyaan,” paparnya.

Sebagai pembicara terakhir, Aji Sahdi Sustisna menjelaskan, pada saat ini, tantangan internet bagi orangtua, pendidik, dan banyak orangtua terutama ibu, mengalami beban berlipat saat pandemi Covid-19.

“Ada beberapa hal yang harus dikuasai guru untuk mengajar daring, yaitu memahami teknologi/media online, mampu merancang dan menyajikan materi pembelajaran secara kreatif, keterampilan mengelola kelas online, keterampilan berkomunikasi, dan keterampilan memotivasi siswa,” terangnya.

Dalam webinar ini, para partisipan yang hadir juga dipersilakan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Yani mengatakan bahwa anaknya sudah mengeluh bosan dengan belajar di rumah saja.

Kebetulan sekolahnya pun hanya memberi materi dan soal-soal, jadi kesannya anak di rumah terbebani tugas sekolah sehingga kehilangan semangat belajar. Lantas, bagaimana cara menumbuhkan semangatnya lagi, mengingat kondisi juga masih seperti ini?

“Orangtua bisa berkomunikasi dengan guru. Ketika diberikan tugas seperti membuat video, hal itu perlu dikomunikasikan kepada guru dan jangan membebani anak dengan tugas-tugas. Ketika menyampaikan tugas kepada murid, guru-guru bisa membuat hal yang inovatif, misalnya bisa dengan Youtube, jadi anak-anak bisa lebih gampang belajar dengan mengunduhya,” jawab Ida ayu.

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Cilegon. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui Instagram @siberkreasi.dkibanten.

Kegiatan webinar ini juga mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak sehingga dapat berjalan dengan baik, terutama kepada Kominfo. Mengingat program literasi digital ini hanya akan berjalan dengan baik dan mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak.