Toleransi adalah suatu sikap saling menghormati dan menghargai antarkelompok atau antar-individu dalam masyarakat atau dalam lingkup lainnya. Sikap toleransi antara lain menghargai pendapat atau pemikiran orang lain yang berbeda dengan kita.

Hal ini tentu saja dapat diaplikasikan dalam ruang digital dalam bentuk menghargai privasi serta menjaga keamanan dan kenyamanan dalam dunia digital. Hal-hal yang memicu terjadinya bentuk interaksi yang bersifat tidak toleran antara lain banjir informasi yang menjadi sulit dipilah serta pandangan yang ekslusif, yaitu banyaknya konten yang didominasi oleh suatu kelompok secara ekslusif terhadap kelompok lain yang kurang paham.

Menyikapi hal itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital menggelar webinar dengan tajuk “Memahami Arti Toleransi di dalam Dunia Digital”. Webinar yang digelar pada Kamis, 1 Juli 2021, diikuti sejumlah peserta secara daring.

Dalam forum tersebut, hadir I Putu Putra Jaya Wardana (Direktur Utama Kawiwara Konsultan Digital Promotion), Puji F Susanti (Kaizen Room), Aina Masrurin (Media Planner Ceritasantri.id), Bondan Wicaksono (akademisi dan pegiat masyarakat digital), dan Nessa Salvyana (influencer) selaku narasumber.

Dalam pemaparannya, I Putu Putra Jaya Wardana menyampaikan bahwa digital culture merupakan suatu kebiasaan yang penerapannya sudah menggunakan sistem teknologi revolusi industri 4.0. Memahami toleransi di dunia digital maksudnya adalah mengetahui latar belakang, maksud, tujuan, dan pengaruh dari sebuah konten yang dibuat.

“Kita sebagai pembuat atau pembagi konten harus mengetahui kapan waktu yang tepat, pada acara dan kondisi apa yang tepat untuk membagikan konten. Toleransi itu baru merupakan syarat awal, dan harus disertai dengan adanya sikap kesetaraan sebagai langkah selanjutnya. Sikap kesetaraan pun harus diiringi tindakan nyata dalam bekerja sama di tengah masyarakat majemuk,” jelas Putu.

Para partisipan yang hadir juga dipersilakan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satunya, Mulia Septiarni yang menyampaikan, “Menurut saya, toleransi itu selain agama, ada juga toleransi tentang inklusivitas, terutama untuk teman-teman penyandang disabilitas. Kira-kira ada masukan untuk teman-teman penyandang disabilitas dalam memaksimalkan media sosial mereka?”

Aina Masrurin menjawab, ada forum khusus berupa kumpulan mahasiswa disabilitas yang dibantu mahasiswa lainnya dalam menjalankan kegiatan perkuliahan sehari-hari. Tidak menutup kemungkinan mulai terbukanya lebih banyak pihak dalam memfasilitasi potensi dari teman penyandang disabilitas dengan kemampuannya masing-masing pada bidang tertentu. Dengan adanya komunitas-komunitas seperti itu, mereka akan lebih berani untuk memperlihatkan diri atau show-up.

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Jakarta Barat. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.

Kegiatan webinar ini juga mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat.