Tak bisa dimungkiri, para pejuang yang bersatu dan mengorbankan jiwa-raganya berperan besar dalam mewujudkan kemerdekaan Indonesia, 74 tahun silam. Mereka adalah sumber daya manusia (SDM) yang kala itu fokus bekerja untuk kemerdekaan.

Kini, setelah kemerdekaan itu telah diraih, SDM difokuskan untuk mendorong kemajuan bangsa untuk mencapai salah satu cita-cita pendiri bangsa, yakni kesejahteraan rakyat. Melalui berbagai bidang kerja, SDM Indonesia pun berevolusi dari bekerja serba mengandalkan tenaga hingga kini bekerja serba praktis dengan memahami dan menguasai teknologi.

Tak terkecuali, PT Kereta Api Indonesia (Persero) sebagai salah satu BUMN yang masa pengabdiannya hampir seusia dengan Republik ini. KAI pun telah melalui pahit-manisnya perjuangan hingga bisa sampai di titik saat ini. Mulai dari kondisinya yang mati suri hingga bangkit dan kini menjadi tulang punggung transportasi massal di darat dengan sentuhan teknologi terkini.

“Transformasi KAI itu tidak terlepas dari pembaruan kualitas SDM secara keseluruhan. Akar dari kemajuan pelayanan KAI ada di perubahan mindset-nya. Mindset yang kita kepada SDM KAI yakni service oriented. Oleh karena itu, berbagai ilmu dan wawasan, baik hardskill maupun softskill, pun diberikan secara intens kepada seluruh pekerja sebagai bekal untuk mewujudkan pelayanan prima,” kata Direktur Utama KAI Edi Sukmoro.

KAI mewujudkan pelayanan prima dengan berupaya memberikan pelayanan yang tidak sekadar menggugurkan kewajiban, tapi sebisa mungkin melampaui ekspektasi customer. Mewujudkannya tentu tidak mudah. Diperlukan komitmen dan upaya yang intens serta berkesinambungan.

Salah satunya, KAI memberikan pendidikan dan pelatihan (diklat) kepada seluruh SDM, baik bidang operasional, pelayanan, keuangan, maupun bidang lainnya. Pusat Pendidikan dan Pelatihan KAI menggodok berbagai program diklat mulai yang paling mendasar hingga tingkat lanjutan untuk menjadi bekal seluruh SDM-nya. Bahkan, KAI pun melaksanakan diklat maupun benchmarking ke luar negeri.

Diklat wajib

Adapun program diklat yang sifatnya wajib bagi seluruh pegawai KAI seperti Basic Development Program (BDP), Profesional Development Program (PDP), dan Managerial Development Program (MDP). Diklat wajib ini diberikan agar seluruh pegawai memiliki pemahaman yang sama terhadap seluruh aspek perusahaan mulai dari budaya perusahaan, pelayanan, hingga perkembangan bisnis perusahaan. Total ada sekitar 301 diklat yang diberikan kepada SDM di KAI menyesuaikan dengan kompetensi, kebutuhan, dan goals yang ingin dicapai.

Sementara itu, diklat atau benchmarking ke luar negeri berupa Safety Training di Australia, Light Rail Transit (LRT) Training di Singapura, Hospitality Training di Perancis, Track Access Charges (TAC) Summit di Italia, dan Asset Management Program di Italia. Dalam kurun waktu 2017-2019, sebanyak 336 orang telah menjadi peserta berbagai diklat dan benchmarking KAI ke luar negeri.

Pelatihan KAI terkait keselamatan di Australia (Foto-foto: Dok PT KAI)

Safety Training di Australia merupakan upaya KAI untuk meningkatkan kompetensi pekerjanya terkait keselamatan. Australia merupakan salah satu negara yang ketat dalam menerapkan zero accident dan hal ini sejalan dengan prinsip KAI yang selalu Safety First. Hospitality Training di SNCF, Perancis, merupakan upaya KAI untuk menambah pengalaman pekerjanya dalam hal pelayanan penumpang, layanan antarmoda dan operasional kereta (sarana dan prasarana).

Aset besar

Menjadi salah satu BUMN yang mengelola aset yang besar, KAI pun terus memperkuat SDM-nya terkait penjagaan dan pengelolaan aset. Asset Management Program di FS International, Italia, merupakan salah satu pelatihan untuk meningkatkan wawasan terkait optimalisasi pengelolaan aset. Selain itu, ada Track Access Charges (TAC) Summit di Belanda berupa konferensi/seminar untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang pelaksanaan TAC dengan pembicara merupakan profesional di bidang perkeretaapian.

Sebagai BUMN operator perkeretaapian, KAI pun kerap mendapat penugasan dari pemerintah. Salah satunya, mengoperasikan sarana berbasis rel menggunakan teknologi yang baru pertama kali digunakan di Indonesia, yakni Light Rail Transit (LRT) Sumatera Selatan dan Jabodebek. Untuk dapat memberikan pelayanan baru ini, KAI pun mengirimkan SDM-nya untuk mengikuti Pelatihan LRT di SMRT, Singapura.

Setelah memberikan pembekalan ilmu, keterampilan, dan peningkatan kompetensi, tentu kualitas kerja SDM pun harus selalu di-maintain dan dipantau dengan baik. Salah satu upaya yang dilakukan, yakni dengan memberikan ruang dan kesempatan bagi SDM KAI untuk berinovasi dan berkarya. KAI melalui Unit Quality Assurance dan Good Corporate Governance (GCG) membuat berbagai program untuk mewujudkannya. Salah satu program unggulannya, yakni Innovation and Improvement Award (IIA).

Lebih jauh, IIA sebagai wujud pelaksanaan salah satu dari lima nilai utama KAI yaitu Inovasi. IIA merupakan rangkaian kegiatan pengelolaan inovasi dan improvement hingga pemberian penghargaan kepada unit kerja yang memberikan karya terbaik terhadap perbaikan berkelanjutan. Penemuan-penemuan baru dan perbaikan-perbaikan ini telah dilaksanakan di unit kerja dan terbukti memberikan kontribusi positif untuk kemajuan perusahaan dalam bentuk quality, cost, delivery, safety, morale, dan lain-lain.

Hingga 2019, KAI telah melaksanakan IIA yang ke-8 dari sejak pertama kali diselenggarakan pada 2012. Sebanyak 377 karya inovasi dan/atau improvement sudah terdaftar selama pelaksanaan IIA.

Prestasi karyawan

Beberapa karya yang diterima di IIA tahun 2019, seperti dari Daop 4 Semarang yakni Pemanfaatan Teknologi Solar Cell Sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Surya di Gardu Pintu Pelintasan JPL 01 Hasanudin; dari Balai Yasa Manggarai yakni Optimalisasi Ruang Bagasi di Kereta Pembangkit Seri Tahun 2018-2019 (Stainless Steel) sebagai Tempat Sepeda; serta dari Divre IV Tanjungkarang yakni Desain dan Pemasangan Telepon Blok Antar Stasiun Melalui Media Fiber Optik di Wilayah Resor Pagargunung. Selain ketiga itu, masih banyak karya lainnya.

KAI pun mengikuti berbagai ajang eksternal terkait inovasi, salah satunya kegiatan Temu Karya Mutu dan Produktivitas Nasional (TKMPN). Kegiatan ini merupakan ajang berkumpulnya perusahaan nasional yang bernaung dalam BUMN/BUMD dan perusahaan swasta berskala internasional yang memberikan manfaat dan inspirasi di bidang mutu dan produktivitas.

KAI pun telah menorehkan beberapa prestasi dalam TKPMN, yakni 3 Platinum dan 3 Gold di 2018; 1 Platinum dan 2 Gold pada 2017; 1 Platinum dan 3 Gold di 2016; dan 1 Gold dan 2 Silver pada 2015. KAI memberikan reward kepada pegawai yang memiliki inovasi dan improvement terbaik, yaitu uang pembinaan, kesempatan mengikuti ajang Inovasi Tingkat Nasional, serta piagam penghargaan dan kategori “pegawai berprestasi”.

Pada era yang disebut sebagai industri 4.0 saat ini, untuk memastikan SDM-nya tetap unggul dan berkontribusi besar dalam memajukan perkeretaapian Indonesia, KAI pun menyelaraskan berbagai pendekatan sesuai zaman yang berkembang. KAI agar terus mengembangkan E-Learning dan diklat berbasis TI dan menggunakan pendekatan yang kreatif dan dinamis.

KAI juga mengembangkan aplikasi Quality Information System (QIS) untuk memudahkan menjalankan kinerja unit terkait pengelolaan GCG, Kriteria Penilaian Kinerja Unggul (KPKU), dan Sistem Manajemen Mutu (SMM). Selain itu, ada juga aplikasi E-Innovation, E-Gratifikasi, dan E-LHKPN yang dapat diakses melalui situs web internal KAI.

“Berbagai upaya KAI untuk memper­siapkan SDM yang unggul diharapkan berkontribusi besar dalam memajukan perkeretaapian nasional. Majunya perkereta­apian akan memberikan sumbangsih besar bagi kemajuan bangsa, baik dalam bidang transportasi, pariwisata, ekonomi, dan bidang lainnya. Maju terus perkeretaapian, maju terus Indonesia! Dirgahayu Republik Indonesia,” pungkas Edi. [*]

Foto Utama : Dirut KAI Edi Sukmoro saat berbincang dengan para pegawai di lintas.

Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 19 Agustus 2019.