Tak dapat dimungkiri, perkembangan dunia digital telah menyasar ke segala sisi kehidupan. Saat ini, rasanya hampir tidak ada sisi kehidupan manusia yang tidak terpengaruh proses digitalisasi.

Namun, masih banyak pengguna internet yang hanya mampu menerima informasi tanpa kemampuan memahami dan mengolah informasi tersebut secara baik sehingga masih banyak masyarakat terpapar oleh informasi yang tidak benar.

Menyikapi hal itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menggelar seri webinar literasi digital #MakinCakapDigital dengan tajuk “Tren Pekerjaan dan Usaha di Dunia Digital”. Webinar digelar di Kota Tangerang, Rabu (30/6/2021), diikuti ratusan peserta secara daring.

Webinar mengundang narasumber dari berbagai bidang keahlian dan profesi, yakni Isharshono SP (praktisi digital marketing, Founder Istar Digital Marketing Centre), Dr M Nafik Hadi Ryandono SE MSi (dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga), Sopril Amir (Tempo Institute), dan Yuli Setiyowati (Kaizen Room).

Penjual idaman

Tema yang dibahas oleh masing-masing narasumber meliputi digital skills, digital ethics, digital culture, dan digital safety. Sopril Amir membuka webinar dengan mengatakan, menjadi penjual idaman harus kredibel, jujur, konsisten, responsif, dan tanggap keluhan, serta menghargai data pelanggan.

“Etika digital untuk pengusaha yaitu yang pertama jujur dan taat hukum (identitas dan legalitas). Transparan (data semua tahapan transaksi), adil (berlaku sama kepada pelanggan tanpa memandang kelamin, keyakinan atau etnis), dan sensitif data (data pelanggan dikelola transparan),” paparnya.

Nafik Hadi menambahkan, era saat ini menggunakan teknologi di hampir segala bidang. Seperti internet of things (internet untuk segala sesuatu), artifical intelligence (kecerdasan buatan), big data (data dalam jumlah yang besar), dan robot untuk meningkatkan kulitas hidup manusia.

“Masyarakat dengan kehidupan sosial berbasis teknologi informasi yang dibangun di atas era industry society 4.0 bertujuan mewujudkan masyarakat makmur yang berpusat pada manusia,” katanya.

Jejak digital

Yuli Setiyowati menjelaskan, rekam jejak digital adalah rekam atau bukti yang ditinggalkan setelah beraktivitas di internet yang berpotensi untuk dicari, dilihat, disalin, dicuri, dipublikasi, dan diikuti oleh orang lain.

“Jejak digital pasif adalah data yang ditinggalkan oleh pengguna tanpa disadari, sedangkan jejak digital aktif adalah data yang sengaja kita kirimkan di internet melalui platform digital,” papar Yuli.

Penggunaan jejak digital secara negatif, antara lain publikasi data pribadi yang mengarah pada penindasan, sexting, pemasaran, dan pelecehan seksual. Penggunaan jejak digital secara positif, antara lain saat jejak digital dipakai oleh penegak hukum untuk mengungkapkan kasus kasus kriminal, dan HRD untuk mencari talent.

Sementara itu, Isharshono sebagai pembicara terakhir mengatakan, karakteristik pekerjaan era digital yaitu terkoneksi dengan teknologi digital, blue ocean, creative, dan user customer dengan komposisi terbesar generasi muda.

“Ada enam pekerjaan yang banyak dicari era digital yaitu web developer, cyber security, content creator, social media specialist, SEO specialist, dan pengusaha online,” tuturnya.

Ia menambahkan, tips untuk bertahan dan berkembang di dunia digital adalah jadilah terkenal, mudah dicari di internet, jadilah orang yang mudah dipercaya, dan berikan layanan yang terbaik.

“Menjadi marketer harus gampang dijumpai di online, yang tiap halaman Google selalu ada, di halaman Google tidak mau lepas dari ranking 1 sampai 10, tiap keyword selalu ada, selalu mudah dihubungi, jujur, menguasai produk knowledge, dan andal,” pungkasnya.

Dalam webinar ini, para partisipan yang hadir juga dipersilakan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Isanarendra mengatakan, majunya teknologi informasi menimbulkan munculnya beragam kebudayaan baru di dalam aktivitas sosial masyarakat.

Contohnya adalah melakukan belanja bulanan untuk kebutuhan hidup melalui e-commerce yang beragam. Apa yang sekiranya bisa dilakukan oleh pemilik usaha konvensional agar keberadaannya tetap eksis?

“Ada beberapa langkah yang harus dilakukan, yaitu harus mengikuti perubahan digital, saling berbagi informasi, membantu usaha bersama atau usaha orang lain,” jawab Muhammad Nafik.

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Tangerang. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui Instagram @siberkreasi.dkibanten.

Kegiatan webinar ini juga mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak sehingga dapat berjalan dengan baik, terutama kepada Kominfo. Mengingat program literasi digital ini hanya akan berjalan dengan baik dan mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak.