Tak dapat dimungkiri, perkembangan dunia digital telah menyasar ke segala sisi kehidupan. Saat ini, rasanya hampir tidak ada sisi kehidupan manusia yang tidak terpengaruh proses digitalisasi.

Namun, masih banyak pengguna internet yang hanya mampu menerima informasi tanpa kemampuan memahami dan mengolah informasi tersebut secara baik sehingga masih banyak masyarakat terpapar oleh informasi yang tidak benar.

Menyikapi hal itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menggelar seri webinar literasi digital #MakinCakapDigital dengan tajuk “Sukses Belajar Online dengan Kemampuan Literasi Digital”. Webinar yang digelar di Kota Cilegon, Rabu (30/6/2021), diikuti oleh belasan peserta secara daring.

Webinar ini mengundang narasumber dari berbagai bidang keahlian dan profesi, yakni Dr Rosnaini Daga SE MM CPHCM (Direktur Pascasarjana Institut Bisnis dan Keuangan Nitro Makassar); Rahma Santhi Zinadia (dosen Ilmu Komunikasi, Universitas Bina Darm); AAM Abdul Nasir (Assistenprofesi.id), dan Erista Septianingsih (Kaizen Room).

Pengguna internet bertambah

Tema yang dibahas oleh masing-masing narasumber meliputi digital skills, digital ethics, digital culture, dan digital safety. Dr Rosnaini Daga membuka webinar dengan mengatakan, jumlah pengguna Internet di Indonesia bertambah sekitar 25,5 juta pengguna dibandingkan tahun lalu.

Untuk itu diperlukan kecakapan digital (digital skill). “Salah satu skill yang wajib dimiliki untuk saat ini yaitu search engine marketing atau SEM, ilmu tersebut memudahkan Anda dalam menaikkan peringkat situs web di hasil pencarian Google,” kata Rosnaini.

Selama pandemi Covid-19, pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau pembelajaran daring saat ini menjadi hal yang biasa karena belajar tidak mesti di dalam kelas, belajar juga bisa secara virtual.

“Pembelajaran daring ini sebagai pembelajaran yang melatih peserta didik untuk memecahkan berbagai masalah, dalam pemecahan masalah dibutuhkan pemikiran yang kritis, holistis lintas disiplin, dan kreatif,” paparnya.

Beberapa tips antibosan belajar daring dari Mendikbud, yakni jangan stres, membuat kelompok lebih kecil, project based learning, dan have fun. “Punya grup chat belajar bareng teman-teman dan luangkan waktu untuk melakukan hobi juga tak kalah penting,” tambah Rosnaini.

Etika belajar online

Sementara itu, AAM Abdul Nasir menambahkan etika belajar online, yaitu dengan tidak memberikan akun pribadi ke pihak lain dan microphone dinyalakan hanya jika ingin berbicara, dan aktifkan kamera agar wajah dapat terlihat seluruh partisipan.

“Adapun parameter kesuksesan belajar online, siswa harus memahami pelajaran, siswa aktif bertanya, pemaparan guru yang interaktif, dan terciptanya kolaborasi antarsiswa. Agar dapat diterima dalam interaksi antara guru dan siswa dalam belajar online, kita harus berpikir kritis,” kata Abdul.

Rahma Santhi Zinadia sebagai salah seorang narasumber mengingatkan, jangan sampai kesehatan kita terganggu akibat penggunaan elektronik ataupun gadget. “Adanya pembelajar online, maka lebih mudah, bisa mengatur waktu dengan baik, tidak ada batasan waktu, dan dapat menerima penjelasan dengan lengkap,” ujarnya.

Ia menambahkan, proses learning yang baik adalah berinteraksi sesama. “Komunikasi sangat penting agar tidak terjadi miskomunikasi dan tidak baper, belajar berkomunikasi tidak hanya untuk siswa, tetapi juga berlaku untuk para guru,” tambahnya.

Pada saat berkomunikasi, Rahma berpesan untuk selalu menggunakan bahasa yang baik dan jelas. Kita juga harus berhati-hati dalam penggunaan emoticon, apalagi kepada yang lebih tua, karena nantinya akan salah arti atau salah maksud dan terjadilah miskomunikasi.

Senang mengekspresikan diri

Sementara itu, Erista Septianingsih sebagai pembicara terakhir mengatakan, karakteristik digital society yaitu dengan senang mengekspresikan diri, lalu tidak ragu untuk mengunduh dan mengunggah, dan berinteraksi di media sosial.

Maraknya aktivitas digital yang dilakukan mengharuskan kita untuk peduli pentingnya memproteksi perangkat digital dan data pribadi kita karena kebiasaan baru tersebut dapat menimbulkan banyaknya kejahatan di dunia digital.

“Salah satu bentuk kejahatan adalah menggunakan malware, yang merupakan suatu program yang dirancang dengan tujuan untuk merusak dengan menyusup ke sistem komputer,” papar Erista.

Ia mengatakan, guna menghindari malware, ada beberapa tips yang dapat dilakuka. “Instal antivirus, membuat backup, menghindari hyperlink yang mencurigakan, dan mengidentifikasi situs web yang mencurigakan,” pungkasnya.

Dalam webinar ini, para partisipan yang hadir juga dipersilakan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Ana mengatakan, saat ini, hampir 100 persen kegiatan belajar-mengajar dilakukan secara online karena pandemi Covid-19.

Dirinya sering mendengar keluhan-keluhan orangtua dikarenakan tidak efektifnya program belajar yang diberikan oleh sekolah atau guru sehingga membuat anak-anak sulit menangkap materi dan malah kecanduan bermain smartphone. Lalu, bagaimana strategi agar anak-anak menerima materi belajar dengan maksimal meskipun dari rumah?

Gantikan guru

Menjawab hal hal tersebut, Rosnaini menjelaskan, yang repot adalah orangtua karena otomatis menggantikan guru di rumah.

“Pada saat anak belajar online tetap harus didampingi dan peran orangtua sangat penting saat anak sedang asyik bermedia sosial. Yaitu dengan cara membatasi akses yang ada agar saat anak bermedia sosial tetap aman supaya apa yang diakses oleh anak-anak, orangtua mengetahuinya,” katanya.

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Cilegon. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui Instagram @siberkreasi.dkibanten.

Kegiatan webinar ini juga mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak sehingga dapat berjalan dengan baik, terutama kepada Kominfo. Mengingat program literasi digital ini hanya akan berjalan dengan baik dan mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak.