Di era digital ini, penting sekali memperhatikan perilaku penggunaan internet oleh anak-anak. Kelompok usia ini masih dalam tahap perkembangan fisik maupun mental, sehingga dibutuhkan bimbingan khusus orangtua ketika anak-anak berinternet. Tanpa pendampingan dari orang dewasa maupun penggunaan fitur pembatasan akses konten internet, anak-anak bisa saja terpapar dampak negatif internet karena mengonsumsi konten yang tidak sesuai dengan usianya.
Untuk kebutuhan anak, pengembangan modul dapat difokuskan pada bentuk-bentuk kegiatan pada pelatihan penggunaan dan optimalisasi fitur-fitur yang memudahkan akses serta mendukung pembelajaran, dengan karakter yang disesuaikan dengan anak termasuk bahasa, visual, dan media.
Menyikapi hal itu, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital menggelar webinar dengan tajuk “Tips Dampingi Anak Belajar di Era Pandemi”. Webinar yang digelar pada Jumat, 8 Oktober 2021, diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.
Dalam forum tersebut hadir Yudha Wirawanda (Staf Pengajar Prodi Ilmu Komunikasi dan Informatika Universitas Muhammadiyah Surakarta, Japelidi), Achmad Uzair (Dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta), Puji F Susanti (Founder Rempah Karsa), Maryam Fithriati (Co-Founder Pitakonan Studio and Management dan Pegiat Literasi Komunitas), dan Sheila Siregar (Public Relations) selaku narasumber.
Dalam pemaparannya, Maryam Fithriati menyampaikan bahwa selama masa pandemi Covid-19, 287 anak memperoleh pengalaman buruk saat berinternet. Dari 1.203 anak yang disurvei, 112 anak mengatakan mereka mendapat pesan tidak senonoh, 66 menerima gambar/video yang membuat tidak nyaman, 27 menerima gambar/video pornografi, 24 orang diajak melakukan live streaming untuk membicarakan hal tidak senonoh, 23 anak mengatakan hal-hal buruk tentang mereka diunggah tanpa sepengetahuannya, dan 16 anak dikirimi tautan dengan konten pornografi (ECPAT Indonesia, 2021).
Sebanyak 73 persen dari pelajar pernah merasakan bullying selama hidup mereka. Sedangkan 44 persen di antaranya mengatakan itu terjadi dalam kurun waktu 30 hari terakhir (Broadband Search). Kecanduan internet di Indonesia meningkat 5 kali lipat selama pandemi, dengan tingkat kecanduan nomor 8 di dunia, setelah Filipina, Brazil, Kolombia (Hootsuite, We Are Social, Januari 2021).
“Beberapa tips keselamatan digital untuk anak dan remaja; ingatkan mereka untuk tidak memberikan informasi pribadi di media digital, berhati-hati ketika berbagi kontak, alamat rumah, sekolah, dan informasi lain yang membuat orang menyalahgunakannya. Selain itu, lakukanlah data detoks di http://datadetoxkit.org. Juga kita dapat ajak dan tunjukkan kepada anak-anak berbagai potensi ancaman termasuk modus yang biasanya digunakan. Latih anak biasa terbuka, mengendalikan emosinya dan mengalihkan pada kegiatan yang positif, serta bekali dengan literasi digital,” jelasnya.
Sheila Siregar selaku narasumber Key Opinion Leader juga menyampaikan bahwa pembelajaran secara visual memberikan berbagai kemudahan bagi kita, seperti terciptanya efisiensi waktu yang baik sehingga kita dapat memanfaatkan waktu untuk pengembangan diri kita. Perkembangan teknologi memberikan kesempatan kepada kita untuk menambah lebih banyak ilmu dan insight baru.
Manfaatkanlah media digital dengan sebaik mungkin agar nantinya bisa memberikan kemudahan kita dalam menggembangkan bakat yang ada. Literasi digital penting untuk kita kuasai karena nantinya dapat memberi kita kemudahan dalam bermedia digital. Kita juga mau tidak mau harus beradaptasi dengan perkembangan teknologi yang ada saat ini, maka dari itu manfaatkanlah media digital dengan sebaik mungkin. Dengan semakin kita cakap dalam berliterasi digital tentunya akan menghindarkan kita dari kejadian kejahatan yang terjadi di media digital.
Salah satu peserta bernama Tasya Devrina Oktaviani menyampaikan, dalam menjaga etika di dunia digital kita harus berhati-hati dan teliti ketika menelusuri berbagai konten dunia maya karena banyak konten negatif yang dapat memengaruhi psikologis dan mental kita secara tidak langsung.
“Bagaimana upaya dan tindakan yang dapat kita lakukan untuk menghindari berbagai konten negatif tersebut khususnya di dunia maya yang saat ini sedang marak terjadi?” tanyanya.
Pertanyaan tersebut dijawab Puji F Susanti. Berita atau konten yang kita baca berasal dari orang-orang yang mempunyai latar belakang yang berbeda. Ada yang share konten positif ada juga yang sebatas hanya mencari ketenaran.
“Untuk itu, penting bagi kita memahami cara memfilter mana konten yang baik dan bermanfaat untuk kita, dan menghindari hal-hal yang negatif agar tidak dirugikan olehnya,” jawabnya.
Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Utara. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.
Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat. [*]