Dengan internet, hidup lebih mudah bagi anak. Kini berkomunikasi dan berkirim pesan jadi lebih mudah, dan mendapatkan informasi bisa dari mana saja. Namun, kita harus kenali risikonya jika tidak pandai menggunakan internet secara aman.

Beberapa bentuk risikonya adalah kecanduan gadget, terkena cyberbully, tertipu hoaks, salah orientasi role model, kecanduan games, dan melihat konten yang tidak sesuai umur. Terkait itu, sangat diperlukan pendampingan orangtua atau orang yang lebih dewasa agar anak dapat menggunakan internet, khususnya media sosial.

Menyikapi hal itu, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital menggelar webinar dengan tajuk “Tips Dampingi Anak Belajar di Era Pandemi”. Webinar yang digelar pada Jumat, 8 Oktober 2021, diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.

Dalam forum tersebut hadir Diana Balienda (Kaizen Room), Eva Yayu Rahayu (Konsultan SDM dan Praktisi Keuangan IAPA), Mikhail Gorbachev Dom (Peneliti Institut Humor Indonesia Kini), Anggun Puspitasari (Dosen Hubungan Internasional Universitas Budi Luhur Jakarta), dan Decky Tri (Travel Blogger dan Content Creator deckytri.com) selaku narasumber.

Dalam pemaparannya, Eva Yayu Rahayu menyampaikan bahwa masalah utama sekolah online adalah paradigma berpikir, serta peran orangtua, guru, dan anak yang seringkali diabaikan. Terkait itu, kita harus selalu terapkan pola pikir positif, baik dari sisi orangtua, guru, maupun siswa bahwa kondisi belajar online adalah terbaik buat kita semua.

“Selain itu, dukunglah anak untuk kreatif; dengan rajin membuat karya melalui internet dan jadikan tugas dari sekolah sebagai langkah awal buat adik-adik berkarya. Selain itu, jadikan momen sekolah online sebagai sarana untuk kita membuktikan diri bahwa kita bisa sukses dan membawa nama besar daerah dan bangsa,” jelasnya.

Decky Tri selaku narasumber Key Opinion Leader juga menyampaikan bahwa ia melihat internet seperti realitas yang ada, seperti untuk menonton, mengakses dari HP, dan mencari referensi belajar dari internet. Masih banyak di antara kita yang belum sadar bahwa kita bisa terkena berita hoaks, scamming, dan penipuan online. Kita harus aware, maka dibutuhkan kecakapan digital.

Harus bisa mengontrol diri saat mengakses informasi di ruang digital, dan buatlah batasan screen time agar tidak kecanduan. Selain itu, kita dapat membuat to-do list agar lebih produktif dan membiasakan diri untuk mempunyai planning. Dari segi bapak dan ibu sebagai orangtua juga bisa mencari tahu apa saja yang anak lakukan dan mengawasi anak saat bermain gadget.

Salah satu peserta bernama Shireen menyampaikan, “Saat ini era digital makin berkembang, bahkan sudah terlihat apalagi di saat pandemi banyak pekerjaan yang sudah dilakukan oleh robot. Bagaimana manusia dapat ambil peran saat semua sudah dilakukan teknologi canggih; apakah manusia masih bisa ambil peran dalam pekerjaan?”

Pertanyaan tersebut dijawab Eva Yayu Rahayu. “Memang tidak bisa dimungkiri bahwa budaya berkembangnya teknologi semakin maju. Kita sebagai manusia tidak perlu khawatir karena robot juga dikendalikan oleh manusia. Pihak yang menciptakan robot juga manusia, maka baiknya kita menambah kemampuan kita agar tidak tertinggal oleh mereka yang kita ciptakan pula.”

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Selatan. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat. [*]