Di masa pandemi ini, banyak rumah tangga yang merasa kesulitan karena dibatasi ruang geraknya untuk melakukan kegiatan ekonomi, yang kadang merupakan pemasukan utama bagi mereka.

Ketahanan ekonomi keluarga dipahami sebagai keadaan dinamis suatu keluarga mengenai kegigihan dan kekuatan dalam menghadapi berbagai tantangan, ancaman, hambatan, serta gangguan baik dari eksternal maupun internal yang secara langsung maupun tidak langsung membahayakan kelangsungan perekonomian keluarga. Melihat banyaknya keluarga yang berjuang di masa pandemi ini, menjadi penting untuk saling memotivasi agar dapat melalui masa pandemi dengan tetap sehat dan bahagia.

Menyikapi hal itu, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital menggelar webinar dengan tajuk “Tantangan Keluarga di Masa Pandemi dan Era Digital”. Webinar yang digelar pada Jumat, 23 Juli 2021, ini diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.

Dalam forum tersebut hadir Misbachul Munir (enterpreneur dan fasilitator UMKM Desa), Lisa Esti Puji Hartanti (Dosen Unika Atma Jaya Jakarta dan Japelidi), Dr Lintang Ratri Rahmiaji SSos MSi (Dosen Fisip Universitas Dipenogoro dan Japelidi), Btari Kinayungan (Kaizen Room), dan Maria Harfanti (Miss Indonesia 2015 dan News Presenter SEA Today) selaku narasumber.

Lintang Ratri Rahmiaji menyampaikan, era yang serba digital ini pasti membawa perubahan. Meskipun perubahan yang lebih baik, pasti ada ketidaknyamanan. Ketidaknyamanan itulah yang harus diadaptasi menjadi kenyamanan. Anak-anak generasi masa kini merupakan generasi digital native, yaitu sudah mengenal media elektronik dan digital sejak lahir dan sudah mahir bermain dalam dunia digital menggunakan gawai elektronik.

“Walau banyak sekali manfaat dari menggunakan media digital, orangtua juga tetap harus memperhatikan beberapa hal yang dapat merugikan anak dengan penggunaan gawai yang terlalu intens, seperti kesehatan mata anak dan masalah tidur, serta kesulitan konsentrasi. Sebagai orangtua, kita juga harus lebih kompeten dan memiliki literasi digital agar dapat mempersiapkan anak menghadapi era digital,” ujar Lintang.

Maria Harfanti juga berpendapat, ia memiliki Yayasan Bangun Sekolah Indonesia yang fokusnya untuk peningkatan kualitas pendidikan di daerah Citereup, Pandeglang, dan Legok. Salah satu kurikulumnya  mengenai pelatihan tentang literasi digital. Menurutnya, kita harus membiasakan anak-anak untuk berpikir kritis saat usia mereka sudah beranjak 6 tahun. Caranya cukup mudah dilakukan oleh siapapun, misalnya dengan menonton berita-berita di TV agar mereka tahu tentang perkembangan apa saja yang tejadi di dalam dunia ini.

Salah satu peserta bernama Kiki Pamungkas mengungkapkan, zaman sekarang anak-anak sudah biasa bermain gadget, tetapi mereka masih belum paham apa itu penipuan online, seperti penipuan tentang hadiah. Mereka seringkali terjebak penipuan tersebut. ”

“Lalu, bagaimana solusi untuk menghindarkan anak dari hal semacam ini serta bagaimana cara mengedukasinya?” tanyanya.

Pertanyaan tersebut dijawab Btari Kinayungan. “Kita harus mampu memberitahukan kepada anak jika mereka mendapatkan pesan-pesan yang isinya mendapatkan hadiah untuk jangan dibalas. Lebih baik diabaikan saja dan beritahu anak kalau itu adalah pesan yang tidak benar dan hadiah-hadiah yang di tawarkan adalah palsu atau bohong.”

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Utara. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat. [*]