Pandemi Covid-19 telah memunculkan berbagai kebijakan untuk mencegah penularan, seperti belajar dari rumah, beribadah dari rumah, dan bekerja dari rumah yang telah mempercepat transformasi digital di berbagai bidang.

Per April 2020, beberapa penyedia jasa internet di Indonesia mencatat adanya lonjakan lalu lintas (traffic) data dan pengguna baru antara 13-20 persen sejak diberlakukannya kegiatan belajar dan bekerja dari rumah. Perlu disadari juga pemanfaatan teknologi secara berlebihan, tidak bijak dan tidak bertanggung jawab bisa membawa dampak negatif mulai dari kecanduan, penipuan berkedok online, pornografi, cyberbullying, hingga bisa menyebabkan terganggunya kesehatan mental bagi para penggunanya, yang kini mulai dialami anak-anak.

Menyikapi hal itu, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital menggelar webinar dengan tajuk “Menjaga Kesehatan Mental Anak di Era Digital”. Webinar yang digelar pada Jumat, 23 Juli 2021, ini diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.

Dalam forum tersebut hadir Zainuddun Muda Z Monggilo SIKom MA (Dosen Ilmu Komunikasi UGM dan Japelidi), Sugiyono MIP (akademisi, pemerhati pendidikan, sosial dan keagamaan), Roza Nabila (Kaizen Room), Indriyatno Banyumurti (Program Manager ICT Watch Indonesia), dan Reni Risty (presenter TV) selaku narasumber.

Sugiyono menjelaskan, Travis Bradberry, seorang psikoterapis ahli di bidang kekuatan mental berpendapat bahwa mental yang sehat dan kuat bisa dilihat dari beberapa ciri. Di antaranya, memiliki kecerdasan emosi dan kepercayaan diri yang tinggi, berani berkata “tidak”, dan meyakini bahwa dirinya tidak perlu menyenangkan semua orang. Mereka juga tidak cepat marah dan berani mengambil risiko.

“Gangguan mental yang muncul di masa pandemi umumnya berupa perasaan mengalami disorientasi antara dunia maya dan dunia nyata, terobsesi pada penilaian orang lain dan selalu ingin menjadi pusat perhatian (megalomania), cemas berlebihan bila terpisah dari gadget (nomophobia), bersikap anti-sosial, merasa takut ketinggalan atau FOMO (fear of missing out), memiliki konsep yang buruk terhadap diri sendiri, serta cenderung membandingkan dengan orang lain,” imbuhnya.

Reni Risty juga menyampaikan, sebagai orangtua hendaklah menjadi role model yang baik untuk anak dan memberikan pendidikan terbaik kepada anak. Jangan sampai mengajarkan hal-hal yang buruk ataupun ketauan mencontohkan hal-hal buruk yang nantinya secara spontan diikuti dan ditiru oleh mereka.

“Orangtua harus bijak mendampingi anaknya dalam bermedia digital. Juga, bahwa kalau anak bertanya harus dijawab dengan jawaban yang sesungguhnya dan bukan yang palsu walaupun itu dianggap demi kebaikan. Sebisa mungkin harus dapat menjelaskan tentang baik dan buruknya suatu hal kepada anak saat di rumah, dan juga tidak lepas dari pengawasan terhadap mereka,” katanya.

Salah satu peserta bernama Rahman berpendapat, dalam kondisi pandemi sekarang, pola hidup dan kebiasaan masyarakat menjadi berubah total yang juga berpengaruh pada kesehatan mental masyarakat. Pergerakan kita untuk keluar rumah dibatasi, media penghibur masyarakat di rumah paling dominan adalah media sosial. Dengan kondisi seperti ini, hanya merasakan lingkungan yang itu-itu saja, pertemuan dengan orang lain sangat minim, ditambah hal negatif yang didapat dari dunia digital menjadi serangan ganda bagi kesehatan mental masyarakat.

“Bagaimanakah cara yang efektif menjaga mental agar tetap sehat serta menjadi produktif dalam kondisi sekarang?” tanyanya.

Pertanyaan tersebut dijawab Sugiyono. “Kenali potensi diri dan hal mana yang patut dan prioritas dilakukan dan mana yang tidak. Setelah itu, perbanyak juga mengikuti program literasi dalam atau menambah skill-skill digital lainnya.”

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kabupaten Lebak. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat. [*]