Minat membaca di Indonesia kini baru mencapai angka 0,01 persen. Kalau diibaratkan dari seribu orang hanya 1 orang yang hobi membaca. Kurangnya minat membaca, pengetahuan menjadi kurang. Dalam bersosialisasi pun menjadi sulit karena tidak memiliki wawasan yang luas. 

Akhirnya, jadi sulit untuk mengembangkan diri; banyak generasi muda yang tidak peduli dengan lingkungan sekitar dan cenderung egois karena sibuk dengan gawainya. Dampak lainnya ada sulit mendapatkan pekerjaan karena minimnya pengetahuan. Padahal, terkait budaya membaca apalagi di era sekarang ini, mudah sekali kita mendapatkan akses untuk membaca.

Menyikapi hal itu, maka lembaga Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital dalam menggelar webinar dengan tajuk “Bangkitkan Budaya Membaca Generasi Muda di Era Digital”. Webinar yang digelar pada Rabu, 24 November 2021, pukul 13:00-15:30 diikuti oleh sejumlah peserta secara daring. 

Dalam forum tersebut hadir Anang Putra Darmawan (CEO Marc Indonesia), Eka Y. Saputra (Web Developer & Konsultan Teknologi Informasi), Supriyanto (Co-Founder CARDS.co.id), Mikhail Gorbachev Dom (Peneliti Institut Humor Indonesia Kini), dan Ones (Seniman) selaku narasumber. 

Budaya membaca

Dalam pemaparannya, Eka Y. Saputra menyampaikan, “Kalau berbicara mengenai budaya membaca yang benar, bahwa memaksakan generasi muda apalagi yang sudah terbiasa bermain game sekarang itu sudah agak sulit . Kalau jaman dulu teks jaman dulu itu yaitu di candi-candi belum pakai aksara karena dahulu orang masih buta aksara. Zaman tahun 1930an media informasi itu berfungsi sebagai agen propaganda perang dan penebasan; tahun-tahun itu peralihan dari perang dunia pertama dan perang dunia kedua.”

“Waktu itu masih zaman kolonialisme dan imperalisme bangsa-bangsa di Asia-Afrika, sehingga tokoh-tokoh Indonesia menggunakan informasi terutama untuk propaganda perang. Zaman dulu sumber bacaan hanya dua; dari pesantrean yaitu kita-kitab, dan literasi teks di Keraton. Mulai tahun 1990an baru sudah ada media cetak, radio atau televisi, dan tahun 2000-an baru mulai Indonesia mengakses internet.”

Ones selaku narasumber Key Opinion Leader juga menyampaikan bahwa literasi digital ini sangat penting untuk kita semua, untuk menambah pengetahuan dan wawasan. Kita belajar bertanggung jawab terhadap apa yang kita sharing, sehingga kita jadi ingin terus men-sharing sesuatu yang positif. Di dunia banyak juga informasi yang tidak benar, untuk itu kita juga harus saling mengingatkan informasi yang beredar tersebut. Membaca boleh tetapi tetap harus berhati-hati. Untuk meningkatkan minat membaca kita bisa menghadiri event pameran buku, dan bahkan bisa juga mengundang penulis atau influencer untuk bekerja sama, serta membuat perpustakaan yang lebih inovatif lagi agar lebih menarik.

Para partisipan yang hadir juga dipersilakan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Mila Rosmiati menyampaikan pertanyaan, “Kebanyakan pelajar langsung mencari jawaban di Google atau aplikasi yang menyediakan jawaban dari tugas yang diterima. Jika seperti itu, bagaimana agar meningkatkan kualitas pembelajaran para pelajar yang ada di Indonesia? Serta bagaimana menumbuhkan minat baca untuk para pelajar dalam memanfaatkan media digital agar lebih mahir dalam kehidupan sehari-hari?”

Pertanyaan tersebut pun dijawab dengan lugas oleh Supriyanto, “Mencari jawaban di Google itu tidak salah, tetapi yang salah adalah membentuk minat baca dengan teknologi tidak dengan cara begitu juga. Butuh kreativitas dari guru-guru dalam hal membuat materi yang menarik, mengingat anak sekarang tidak suka bertele-tele. Nanti ketahuan mengapa minat membacanya rendah, mungkin memang bahan bacaannya masih terlalu jadul, jadi butuh kreativitas nya untuk menarik perhatian para murid untuk bisa membaca.”

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Barat. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten. Juga, bagi yang ingin mengetahui tentang Gerakan Nasional Literasi Digital secara keseluruhan bisa ikuti akun Instagram @siberkreasi.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat.