Dunia akademik adalah dunia pendidikan dan riset. Ciri-cirinya yaitu kritis, berintegritas, disiplin, dan inovatif. Di sisi lain, transformasi digital adalah penggunaan teknologi digital untuk menciptakan hal baru atau untuk memodifikasi hal lama sehingga berdampak pada berbagai aspek kehidupan yaitu budaya, politik, ekonomi, pendidikan, seni, dan lain sebagainya.

Tidak dapat dimungkiri bahwa kedua dunia ini akan saling beririsan dan memengaruhi, sehingga perlu diketahui peran dunia akademik dalam rangka mendukung terjadinya transformasi dan perkembangan teknologi yang terlihat seakan tidak ada hentinya.

Menyikapi hal itu, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital menggelar webinar dengan tajuk “Peran Dunia Akademik dalam Proses Transformasi Digital”. Webinar yang digelar pada Senin, 29 November 2021, diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.

Dalam forum tersebut hadir AAM Abdul Nasir (assistenprofesi.id), Devi Adriyanti (Penulis dan Dosen Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta), Mustaghfiroh Rahayu (Dosen Sosiologi Universitas Gadjah Mada), Septa Dinata (Peneliti Paramadina Public Policy Institute), dan Mohwid (Akademisi S3 dan Entrepreneur) selaku narasumber.

Dalam pemaparannya, Devi Adriyanti menyampaikan bahwa peran akademisi dalam transformasi digital salah satunya untuk menyampaikan literasi informasi, yaitu kecakapan mengumpulkan informasi dan kemampuan mengolahnya menjadi pengetahuan. Literasi informasi adalah kecakapan memanfaatkan teknologi digital untuk memproduksi pengetahuan dan menyebarkannya.

“Budaya dan pemberdayaan informasi menularkan budaya kritis dan inovatif dalam mengolah informasi dan pengetahuan. Dunia akademik berperan penting dalam transformasi digital karena teknologi informasi dan komunikasi semakin mendekatkan akademisi dan masyarakat awam. Di satu sisi akademisi tidak lagi menjadi elit di menara gading, dan di sisi lain semua orang bisa menjadi ahli melalui media. Maka harus ada kolaborasi keduanya agar masyarakat tidak kacau,” jelasnya.

Mohwid selaku narasumber Key Opinion Leader juga menyampaikan bahwa dengan kemajuan teknologi ini kita bisa menjalin silaturahmi dan menjalin komunikasi satu dengan yang lainnya. Ia memberi contoh dalam masa pandemi ini kita belajar secara online.

Ia juga mengingatkan agar menggunakan media sosial untuk hal positif. Karena menurutnya, banyak terjadi spamming di ruang digital maka harus berhati-hati. Kita harus mengawasi dan mensosialisasikan hal-hal yang positif. Ia sampaikan bahwa jangan sampai dengan teknologi yang canggih ini kita tidak pintar memanfaatkannya, maka dari itu kita harus makin cakap digital.

Salah satu peserta bernama Erika Fitria menyampaikan, “Di era transformasi digital ini sangat penting ditanamkan literasi digital di dunia akademik kepada anak didik agar bisa mempunyai skill dan mampu mengidentifikasi semua informasi yang ada di media digital agar tidak termakan hoaks. Lalu bagaimana agar digital skill ini lebih dimanfaatkan pelajar kita dalam hal positif?”

Pertanyaan tersebut dijawab AAM Abdul Nasir. “Ada beberapa hal yang harus kita stimulasikan, yang pertama kita memberikan satu event seperti sekarang ini. Webinar literasi digital ini merupakan event yang positif, kemudian berikan event khusus di sekolah, seperti lomba-lomba, sehingga ada hal-hal yang menstimulasi pelajar itu untuk berkompetisi sekaligus berkompetensi dalam hal literasi digital.”

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Timur. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten dan @siberkreasi.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat. [*]