Dengan kecanggihan teknologi saat ini, dunia digital itu sudah bukan semacam alam gaib lagi. Internet bukan lagi sebagai dunia maya yang sama sekali terpisah dengan ruang nyata sehari-hari. Hadirnya teknologi VR dan AR semakin menghadirkan realitas digital di tengah-tengah dunia nyata. Lalu apa yang kita tulis di internet akan dibaca oleh orang lain, serta foto dan video kita akan disaksikan oleh orang lain.

Perlu diingat juga bahwa hukum yang berlaku di dunia luring juga berlaku di dunia daring. Kita harus berhati-hati agar kita tidak terjebak di arus lalu lintas internet atau media sosial yang diibaratkan dengan pisau bermata 2; satu sisi akan banyak bermanfaat bagi kita, di sisi lain jika kita tidak cakap dan tidak terliterasi tentang digital yang baik, akan menjerumuskan kita ke hal-hal yang negatif.

Menyikapi hal itu, maka lembaga Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital dalam menggelar webinar dengan tajuk “Bebas Berekspresi di Media Sosial Bersama Literasi Digital”. Webinar yang digelar pada Rabu, 24 November 2021, pukul 13:00-15:30 diikuti oleh sejumlah peserta secara daring. 

Dalam forum tersebut hadir Endika Wijaya (Deputi Direktur PT. Intrans), Dr. Arfian, M.Si. (Dosen dan Konsultan SDM), Akhmad Nasir, S.Sos. (Direktur DOT Studio), Maryam Fithriati, MSW (Co-Founder Pitakonan Studio and Management & Pegiat Literasi Komunikasi), dan Komo Ricky (Aktor, Host & Presenter) selaku narasumber. 

Bijak bermedia sosial

Dalam pemaparannya, Endika Wijaya menyampaikan, “Ada beberapa hal yang bisa diterapkan untuk selalu bijak bermedia sosial. Pertama adalah selalu gunakan media sosial untuk hal-hal yang positif dan produktif. Pahami juga karakter media sosial yang akan kita gunakan, dan gunakan secara bertanggung jawab dan sesuai. Ini termasuk memahami mengenai ketentuan dan fitur privasi oleh media sosial tersebut. Lalu pahami soal copyright agar selalu berhati-hati dalam membagikan informasi. Di samping semua itu, ikuti atau berteman dengan akun-akun yang positif dan terpercaya.”

“Ingat selalu untuk jangan menyebarkan informasi pribadi yang terlalu detail, dan hindari eksposisi ruang privat, memberikan data pribadi pada orang yang belum benar-benar kita kenal, melakukan cyberbullying dan pelecehan lainnya, menyinggung SARA dan menyebarkan ujaran kebencian, mempercayai dan menyebarkan informasi dari sumber yang tidak kredibel dan jangan lakukan overposting. Ada problematika di ruang digital saat ini, yaitu semakin digemarinya konten singkat, sehingga terjadi kecenderungan menerima informasi biasanya tidak bisa diterima secara utuh. Hal yang harus dilakukan sebagai seorang content creator, dan juga bapak-ibu guru, adalah harus lebih kreatif dalam mengulas informasi yang lebih singkat, padat dan jelas. Kuncinya ada di literasi; orang dengan literasi digital yang baik akan mampu menerima dan menyampaikan informasi yang baik pula.”

Komo Ricky selaku narasumber Key Opinion Leader juga menyampaikan, kita harus hati-hati sekali dengan apa yang ingin dilakukan di dunia digital, karena ke depannya nanti semua akan serba digital. Kalau dari sekarang rekam jejak digital kita sudah rusak, pasti akan susah untuk ke depannya. Sangat disayangkan saja di saat ada kesempatan yang bagus dan menarik yang menguntungkan diri kita sendiri, misalnya untuk ke luar negeri dan mendapat beasiswa, tapi ternyata saat diteliti rekam jejak digitalnya ada sesuatu yang buruk bisa merugikan diri kita sendiri. 

Jadi mulai sekarang kita harus aware sekali dengan nama kita di dunia digital; tentang apa yang ingin dilakukan. Tentang kebebasan berekspresi di internet, ia sampaikan bahwa memang betul sedang bebasnya untuk berekspresi di dunia digital, apalagi sebagai seorang content creator. Ia sendiri sedang mencoba sekali untuk berekspresi atau sekreatif mungkin dalam membuat konten.

Para partisipan yang hadir juga dipersilakan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Nurul Firdha menyampaikan pertanyaan, “Salah satu manfaat dari internet adalah sebagai sumber ilmu dalam berbagai bidang yang ditampilkan baik secara audio, visual, bahkan audio-visual yang bisa kita amati, tiru, dan modifikasi. Namun sayangnya tidak banyak yang memanfaatkannya untuk produktif dan malah untuk konsumtif saja. Bagaimana cara mengenali dan menggali potensi yang ada di sekitar kita untuk produktif bagi kehidupan kita, khususnya generasi muda?”

Berawal dari kecil

Pertanyaan tersebut pun dijawab dengan lugas oleh Endika Wijaya. “Pertama kenali dulu skill kita apa. Jadi seandainya teman-teman suka matematika, sekarang konten tentang matematika bisa dikemas secara menarik dan banyak orang yang suka. Dari konten yang sebenarnya njelimet, kita bisa ambil contoh Jerome Polin yang sedang kuliah di Jepang; bagaimana dia mengemas matematika yang aslinya njelimet dan bikin pusing tapi dengan dia berkreativitas, dia kembangkan skillnya, dia menguasai skillnya, dia berusaha untuk membuat konten itu menjadi sesuatu yang menarik.”

“Itu butuh proses, dan kita harus sabar dan tekun kuncinya. Jangan pernah bermimpi kita bisa menghasilkan sebuah konten dan disukai publik dengan cara instan. Semua content creator besar itu semua berawal dari yang kecil-kecil dan bermulai dari ketidakpopuleran mereka, tapi gimana caranya mereka mengemas konten-konten itu menjadi lebih menarik dari lingkungan sekitar aja. Sebarkan dari teman, ke keluarga, tanya pendapat mereka, ini kira-kira menarik tidak ya? Dari situ kita bisa menerima input sehingga kita bisa mengembangkan konten-konten yang kita bikin jadi lebih menarik dan bisa menarik perhatian lebih banyak orang.”

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Utara. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten. Juga, bagi yang ingin mengetahui tentang Gerakan Nasional Literasi Digital secara keseluruhan bisa ikuti akun Instagram @siberkreasi.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat.