Fenomena banjir informasi dikenal juga sebagai information overload, yaitu banyaknya sumber informasi serta terlalu banyak jenis dan karakter informasi, menyebabkan pengguna media digital mengalami kesulitan memilah informasi; apakah relevan atau tidak penting dan menyebabkan kurangnya waktu untuk memahami banyaknya informasi yang ada. Harus dipahami bahwa ada beberapa dampak yang terjadi akibat ini, yaitu sedikitnya informasi yang dipahami, kurang dapat berpikir jangka panjang, kelelahan dan kecanduan informasi, mengambil keputusan yang salah, dan kian pendeknya rentang perhatian. Perilaku menyebarkan berita hoaks secara asal sebagian besar karena para pelaku ini ingin dianggap sebagai pihak yang lebih dulu mengetahui soal suatu berita, padahal mereka belum tentu memahami isi beritanya.
Menyikapi hal itu, lembaga Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital dalam menggelar webinar dengan tajuk “Jangan Asal Sebar di Internet”. Webinar yang digelar pada Selasa, 27 Juli 2021 pukul 13.00-15.30 diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.
Dalam forum tersebut, hadir Zahid Asmara (art enthusiast), Teguh Setiawan (wartawan senior), Sigit Widodo (Internet Development Institute), Muhammad Salahuddien Manggalanny (CEO PT Karatech), dan Ones (seniman) selaku narasumber.
Dalam pemaparannya, Teguh Setiawan menyampaikan informasi penting bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum menyebarkan sebuah berita. “Pertama, kita harus bertanya pada diri sendiri ‘mengapa saya harus percaya pesan atau berita ini dan apakah hal yang viral harus dianggap benar?’. Selain itu, selalu cek dan periksa sumber berita, termasuk cara penulisan dan ejaannya. Jika meragukan, cari berita yang sama di media mainstream. Selain itu, perhatikan jejak digital karena terlalu banyak berbagi informasi lewat media sosial akan membuat kebanjiran informasi palsu. Berhati-hatilah dengan apa yang Anda bagikan. Kita harus ‘break the loop’ terhadap penyebar berita palsu dan hoaks.”
Ones selaku seniman serta narasumber key opinion leader juga menyampaikan bahwa ia mendapatkan berbagai inspirasi dari penggunaan internet sehari-hari, salah satunya ketika kenal dengan orang lain dan bisa mengajak kolaborasi dan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. Berkolaborasi sangat penting untuk membantu usaha, tetapi kita tetap harus kritis dengan orang sekitar. Ketika teman kita share sesuatu yang hoaks, kita harus mengingatkan untuk saring sebelum sharing agar tidak salah memberikan informasi. Selain itu, kita harus saling mengingatkan untuk berbagi hal positif dan menginspirasi terhadap orang banyak. Ia juga merasakan bahwa media digital ini bisa menjadi ajang promosi dan bermanfaat untuk meningkatkan karier kita.
Para partisipan yang hadir juga dipersilakan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Andra menyampaikan, “Kemarin sempat viral kasus perselingkuhan antara pramugara dan pramugari salah satu maskapai penerbangan. Penyebab viralnya kasus tersebut yakni karena sang istri meng-upload rekaman video. Hal itu berhasil membuat netizen geram dan berdampak pada pekerjaan dari kedua pelaku. Mereka dipecat dari pekerjaannya dan dihujat oleh netizen. Jika dilihat dari kacamata digital ethics, apakah hal semacam ini sebenarnya boleh di-post di media sosial karena bisa dibilang hal semacam ini dapat memprovokasi banyak orang untuk memberikan hujatan yang tidak pantas?”
Pertanyaan tersebut pun dijawab dengan lugas oleh Teguh Setiawan, “Ada semacam kecenderungan orang untuk ingin mengungkap segala persoalan yang ada di dirinya ke publik sehingga mengundang perhatian dari orang lainnya. Terlebih, kita tidak mengetahui motif dari menyebarkan hal itu. Dulu kalau di media massa, ada semacam ruang kalau belum dibawa ke ranah hukum tidak boleh mengungkapkan namanya. Sekarang, jika disebar di media sosial, adanya pengadilan publik yang menyebabkan suatu kasus dapat diadili semua orang. Oleh karena itu, jika terdapat suatu persoalan yang bersifat pribadi, baiknya diselesaikan secara pribadi saja dan seharusnya tidak di-share di ranah publik.”
Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Barat. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten. Selain itu, bagi yang ingin mengetahui tentang Gerakan Nasional Literasi Digital secara keseluruhan, Anda bisa ikuti akun Instagram @siberkreasi.
Kegiatan webinar ini juga mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat.