Digitalisasi telah merevolusi sendi-sendi kehidupan manusia, yang cenderung membantu kehidupan kita sehari-hari. Media sosial sebagai bentuk produk dunia digital telah banyak merubah dunia kini. Semakin banyak pengguna media digital memanfaatkan media sosial dan menjadi content creator yang berbagi beragam konten ke masyarakat digital. Internet membantu dengan menjadikan individu-individu ini menjadi kreatif, bijak, dan inovatif dalam berkarya, bahkan menjadi suber mata pencaharian.

Menyikapi hal itu, maka lembaga Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital dalam menggelar webinar dengan tajuk “Hidup Pintar di Tengah Dunia Digital”. Webinar yang digelar pada Senin, 2 Agustus 2021 pukul 09:00-11:30 diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.

Dalam forum tersebut hadir Mustaghfiroh Rahayu, PhD (Dosen Sosiologi Universitas Gadjah Mada), Dr. Dwiyanto Indiahono (Dosen Kebijakan Publik Universitas Jenderal Soedirman), Alviko Ibnugroho, SE, MM (Financologist, Motivator Keuangan dan Kejiwaan Keluarga & IAPA), Zusdi F Arianto (Ketua Yayasan Quranesia Amrina Rasyada, dan Suci Patia (Penulis) selaku narasumber.

Dalam pemaparannya, Alviko Ibnugroho, SE, MM menyampaikan informasi penting bahwa “Digitalisasi telah merevolusi tata cara orang Indonesia menabung dan melakukan transaksi keuangan. Dari segi keuangan, kini terdapat berbagai fintech (financial technology) dalam bentuk berbagai aplikasi dan platform yang menggantikan peran keuangan konvensional seperti bank. Tidak hanya itu, perubahan budaya pun terjadi akibat digitalisasi. Salah satu contoh perubahan budaya akibat teknologi adalah proses pembelajaran online atau PBJJ. Untuk dapat beradaptasi dengan perubahan ini, pendidik harus bekerja lebih keras untuk tetap membuat proses pembelajaran tetap menarik dan sama efektifnya seperti pembelajaran tatap muka.  Masalah yang dialami oleh pengguna digital Indonesia adalah perilaku netizen yang kurang terpuji. Selain dari masalah etika, terdapat juga isu keamanan digital yang tumbuh berbanding lurus dengan banyaknya pengguna internet. Kejahatan-kejahatan siber yang paling umum dilaporkan di Indonesia adalah skimming, cracking, pemalsuan data, deface website, hingga cyber-terrorism. Tersebarnya hoaks juga menjadi momok di ruang digital saat ini.”

Suci Patia selaku narasumber Key Opinion Leader juga menyampaikan bahwa menurutnya, apapun yang berhubungan dengan teknologi, pasti akan terhubung dengan literasi. Teknologi yang ada tanpa dibarengi dengan kecakapan dari penggunanya justru akan menjadi sulit untuk dipahami. Dalam memanfaatkan media sosial dan platform digital ketika sudah cakap literasi, kita bisa menambah nilai tambah intelektual, sosial ataupun ekonomi. Ia mencontohkan kegiatan e-commerce atau menimba ilmu atau minat baru dari menonton konten dengan topik yang sama yang kemudian banyak sekali nilai-nilai yang bisa diambil dalam mempermudah hidup kita. Ia tambahkan bahwa setiap orang memiliki bakat dan potensi yang berbeda-beda sehingga jangan sampai melewatkan kesempatan dalam memanfaatkan internet untuk menghasilkan dan mengasah kemampuan yang dimiliki.

Para partisipan yang hadir juga dipersilahkan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Albert menyampaikan bahwa “Di saat ini yang semua serba digital memang sangat memanjakan kegiatan serta membuat apapun terasa instan dan cepat. Misalnya, sekarang untuk menyalakan lampu rumah saja kita hanya perlu memerintah Google. Namun, akankah generasi manusia akan menjadi generasi yang malas karena beberapa orang memang lebih pintar dari pada digital, tetapi banyak juga yang diperbudak oleh digital itu sendiri?”

Pertanyaan tersebut pun dijawab dengan lugas oleh Alviko Ibnugroho, SE, MM, bahwa “Malas atau tidaknya tergantung kembali pada diri sikap yang diambil kita sendiri. Tanpa perlu digital, sesorang bisa memiliki kepribadian yang malas. Teknologi seperti ini bukanlah membuat kita diperbudak, melainkan mempermudah dan meringankan kehidupan kita karena sesuatu yang mudah bukan berarti kemalasan karena kita mencari cara yang lebih efektif. Pertama, kembali kepada pandangan kita dalam perubahan tersebut yang positif. Kedua, dunia digital tidak akan menggantikan dunia nyata, sehingga perilaku dan sikap kita akan lebih banyak menggunakan ilmu-ilmu yang didapat dari dunia nyata dibandingkan dari dunia digital.”

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Timur. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten. Juga, bagi yang ingin mengetahui tentang Gerakan Nasional Literasi Digital secara keseluruhan bisa ikuti akun Instagram @siberkreasi.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat.