Di era digital ini, anak-anak pengguna media digital sering mengikuti budaya barat dari tontonan yang mereka akses. Isinya terkesan kurang sopan dan jauh dari budaya Indonesia. Kita harus sadar bahwa digitalisasi ini menjadi kesempatan kita untuk menjadi yang terbaik dalam memanfaatkan era digital. Contohnya dengan belajar hal-hal positif dari YouTube.
Terkait hal itu, orangtua harus mengenalkan internet secara baik agar membantu pembelajaran anak-anak dalam mendidik pemanfaatan sesuai dengan usia dan harus tetap dengan batasannya agar tidak menjadi gagap teknologi. Termasuk memanfaatkan segala kemajuan teknologi dan media digital sesuai budaya Indonesia yang berbasis Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika.
Menyikapi hal itu, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital menggelar webinar dengan tajuk “Menjadi Masyarakat Digital yang Pintar”. Webinar yang digelar pada Rabu, 15 September 2021, diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.
Dalam forum tersebut hadir Ari Ujianto (penggiat advokasi sosial), Yuli Setiyowati (Kaizen Room), Nuzran Joher (Anggota Komisi Kajian Ketatanegaraan MPR RI), Sri Astuty SSos MSi (Staf Pengajar Universitas Lambung Mangkurat dan Japelidi), dan Sheila Siregar (Public Relations of State-Owned Enterprise) selaku narasumber.
Dalam pemaparannya, Nuzran Joher menyampaikan bahwa dunia digital adalah kondisi kehidupan atau zaman dengan ketersediaan dan penggunaan alat untuk berkomunikasi di internet, perangkat digital, perangkat pintar, dan teknologi lainnya. Budaya digital (digital culture) merupakan kemampuan individu secara cerdas, positif, kreatif, dan produktif dalam membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa, dan membangun wawasan kebangsaan, nilai Pancasila, dan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari.
Adapun berbagai tantangan masyarakat digital yang perlu dihadapi, seperti kurangnya kecakapan digital dalam menggunakan perangkat keras dan perangkat lunak yang menimbulkan penggunaan media digital yang tidak optimal. Lalu, ada juga faktor rendahnya etika digital yang berpeluang menciptakan ruang digital yang tidak menyenangkan karena terdapat banyak konten negatif.
“Lemahnya budaya digital dapat menimbulkan pelanggaran hak warga digital, serta rapuhnya keamanan digital berpotensi terhadap kebocoran data pribadi maupun penipuan digital. Oleh karena itu, pendidikan harus mampu beradaptasi dan berinovasi sebagai konsekuensi dari era Internet of Things (IoT),” imbuhnya.
Sheila Siregar selaku narasumber Key Opinion Leader juga menyampaikan bahwa teknologi dan perkembangan digital adalah solusi untuk kita semua. Kita bisa merasakan manfaat era digital saat ini, seperti bertemu virtual secara real time walaupun berjauhan, informasi bisa didapatkan dengan cepat, dan memudahkan kita berkomunikasi yang efektif asal bisa mengaplikasi ilmu-ilmu dengan positif. Tak bisa dimungkiri adanya dampak negatif dari teknologi dan perkembangan digital, tetapi itulah gunanya kita mempelajari literasi digital supaya makin cakap digital.
Ia menjelaskan, dalam pekerjaannya sebagai seorang humas, merasakan dampak positif dari digitalisasi layanan publik, seperti bisa mengadukan informasi palsu yang ditemukan di dunia digital. Kita pun bisa melapor pada website yang sudah disediakan dan bisa menjadikan website resmi tersebut sebagai acuan tepercaya. Memang kalau kita lihat dampak negatifnya akan selalu ada, tapi jika melihat dampak positifnya kehadiran teknologi dan perkembangan digital, bisa kita kolaborasikan secara lebih baik dan positif.
Salah satu peserta bernama Rahmad Rizal menyampaikan, anak sekarang memang sangat cakap digital, bahkan melebihi orangtuanya. “Lalu bagaimana cara mengedukasikan ke anak supaya tidak menyalahgunakan kecakapan digital tersebut, dan memanfaatkan untuk hal yang positif dan produktif, karena ditakutkan bisa kebablasan untuk kejahatan menjadi digital hacker atau bajak akun media sosial?”
Pertanyaan tersebut dijawab Ari Ujianto. “Dalam gerakan literasi digital ini tidak hanya sekadar terampil di media digital, tetapi juga punya keamanan dalam berselancar dan juga sesuai dengan budaya kita. Namun, pemahaman itu harus terus dilakukan, serta penting juga memberikan pemahaman kepada anak bahwa keterampilan ini terkait dengan pekerjaan yang bisa menghasilkan dari dunia digital pada banyak perusahaan yang membutuhkan perkembangan sesuai eranya.”
Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Barat. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.
Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat. [*]