Untuk menjadi masyarakat digital yang pintar, sebagai pengguna media digital harus mampu meningkatkan kesadaran dan kebiasaan untuk selalu waspada di dunia digital. Beberapa hal yang dapat dikembangkan dan dilatih adalah kritis dalam menilai konten, mana yang baik dan mana yang tidak baik.

Selain itu, kita juga harus mampu membangun pengetahuan untuk memproteksi diri. Dengan itu, akan terbentuk sebuah kesadaran untuk saling melindungi antar warga digital. Jadi, ada hard skill dan soft skill yang harus dipahami dan diterapkan dalam rangka menjadi pintar dalam menggunakan media digital.

Menyikapi hal itu, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital menggelar webinar dengan tajuk “Menjadi Masyarakat Digital yang Pintar”. Webinar yang digelar pada Rabu, 15 September 2021, diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.

Dalam forum tersebut hadir Titi Haryati (Direktur Parwa Institute), Wulan Furrie MIKom (praktisi dan Dosen Manajemen Komunikasi Institut STIAMI), Pradhikna Yunik Nurhayati SIP MPA (IAPA), Sigit Widodo (Internet Development Institute), dan drg Stephanie Cecillia MIKom (Founder Mediccation.id dan 2nd Runner Up Miss Grand Indonesia 2018) selaku narasumber.

Dalam pemaparannya, Pradhikna Yunik Nurhayati menyampaikan bahwa dalam media sosial setiap orang mempunyai motif yang berbeda-beda. Ada yang positif dan ada yang negatif. Karakteristik media sosial adalah terbuka. Siapapun bisa menggunakannya dan bisa mem-posting apapun secara bebas.

“Terkait itu, penting untuk pahami tentang jejak digital, bahwa semua aktivitas di internet akan terekam. Oleh karena itu, pastikan untuk selalu berhati-hati terhadap apa yang akan dilakukan di internet. Ingat bahwa menggunakan internet harus dengan tata krama dan sopan santun, serta dengan niat, sikap, dan perilaku yang etis demi kebaikan bersama,” jelasnya.

Stephanie Cecillia selaku narasumber Key Opinion Leader juga menyampaikan, kalau dulu untuk membuat tugas di sekolah harus mencari buku di perpustakaan. Sekarang informasi sudah bisa diakses dengan cepat dengan adanya internet. Ia juga merasakan bahwa dirinya jauh lebih dewasa dan bijak dalam berinternet.

Masyarakat Indonesia beragam sekali dan harus pintar dalam literasi digital, karena ia melihat bahwa masih banyak yang termakan hoaks akibat informasi yang sangat cepat beredar. Hal ini menggarisbawahi pentingnya kita untuk bisa aware dan lebih terbuka dalam menerima informasi dan menjadi netizen yang bertanggung jawab serta open minded. Baginya, pintar dalam berliterasi digital tidak perlu yang terlalu kompleks; yang penting harus respect, beretika, dan profesional.

Salah satu peserta bernama Fauzan Khaidar Ahmad bertanya, jika dunia digital itu membawa banyak dampak positif, apakah dapat membawa keuntungan dari segi ekonomi? Apa langkah yang bisa dilakukan agar mendapat keuntungan? Bagaimana caranya agar keuntungan tersebut dapat terus meningkat atau stabil?”

Titi Haryati menjawab, “Ruang digital bisa meningkatkan ekonomi, misalnya membuat dan mengaitkan diri dengan toko-toko online. Bisa melakukan promosi di WhatsApp dan grup-grup lainnya. Hal yang penting adalah memperhatikan juga produk-produk yang akan dijual, meng-upgrade kemampuan, dan menyesuaikannya dengan produk yang akan dijual.”

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Selatan. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat. [*]