Pada realitanya, kebanyakan pengguna digital perempuan masih sebatas konsumen di ruang digital. Bagi para perempuan, ada pun tantangan kesenjangan digital yang menyebabkan mereka tidak kompeten dalam menggunakan teknologi dan layanan digital dengan sebaik mungkin. Selain itu, para perempuan juga lebih rentan mengalami kekerasan berbasis gender online (KGBO) dalam bentuk balas dendam dari pihak lain yang meng-upload konten atau dokumen pribadi. Dampak yang dapat dialami perempuan yang mengalami KGBO adalah kerugian psikologis, keterasingan sosial kerugian ekonomi, mobilitas terbatas, dan juga cenderung melakukan sensor diri.
Menyikapi hal itu, maka lembaga Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital dalam menggelar webinar dengan tajuk “Kesenjangan Digital Berbasis Gender”. Webinar yang digelar pada Jumat (16/7) diikuti oleh puluhan peserta secara daring.
Dalam forum tersebut hadir Dra Labibah Zain, MLIS. (Presiden Asosiasi Perpustakaan Perguruan Tinggi Agama Islam (APPTIS)), Puji F Susanti (Kaizen Room), Dr Lintang Ratri Rahmiaji SSos, MSi (Dosen FISIP Universitas Diponegoro & Japelidi), Ilham Faris (Kaizen Room) dan Maria Harfanti (Influencer) selaku narasumber.
Dalam pemaparannya, Dra Labibah Zain, MLIS menyampaikan informasi penting bahwa “Ironisnya, akses internet di Indonesia semakin meningkat, tetapi ada kesenjangan digital antara lelaki dan perempuan. Salah satu hal yang menyebabkan ini adalah dalam kesibukan para perempuan melakukan multitasking, kepentingan domestik atau rumah tangga tetap menjadi hal yang diutamakan, sehingga kurangnya waktu untuk mendalami mengenai privacy dan safety saat berselancar di internet. Adapun sebuah ‘digital divide’ yang semakin membedakan antara mereka yang punya akses dan tidak punya akses terhadap teknologi dan layanan digital. Perlu diketahui bahwa dengan menjadi cakap digital, maka seseorang akan menjadi berdaya, sehingga penting untuk memberdayakan para perempuan dengan memberikan mereka pemahaman mengenai literasi digital dan juga akses terhadap penggunaan teknologi digital. Selain itu, kita dapat melakukan 5M, yaitu menyaring sebelum sharing, menjadi kritis, menjaga privasi, menjadi pembelajar, menjadi orang baik, dan menjadi orang yang berani melaporkan KBGO.”
Para partisipan yang hadir juga dipersilahkan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Ahmad menyampaikan pertanyaan “Bagaimana caranya laki-laki bisa mendukung dan men-support para perempuan yang sudah terlanjur mengalami KGBO, karena saat ini banyak laki yang bungkam dan diam saja ketika melihat kekerasan di medsos?”
Pertanyaan tersebut pun dijawab dengan lugas oleh Puji F Susanti, bahwa “Memulai itu semua cukup dari orang sekitar. Komunikasikan dengan baik, berikan pengetahuan tentang kesetaraan gender, dan ingatkan bahwa mereka harus sadar apa yang mereka bagikan di internet. Harus diketahui juga bahwa kesetaraan gender bukan hanya untuk melindungi perempuan tetapi juga melindungi laki-laki.”
Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Selatan. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.
Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat.