Era digital kini dapat dikatakan telah mendobrak cara pandang konvensional menjadi super digital. Perilaku budaya kita menjadi limbung menghadapi perubahan yang begitu cepat ini. Salah satu hal yang bisa kita lakukan adalah mengisi ruang digital dengan apapun yang bisa kita produksi, misalnya dengan pengetahuan-pengetahuan budaya yang penting dan bermanfaat untuk diinformasikan di ruang publik. Dengan memandang teknologi sebagai alat yang bermanfaat, manusia bisa menghasilkan hal positif apapun dengan penggunaannya secara tepat. Ia juga dapat dipandang sebagai media untuk menyampaikan sesuatu, khususnya yang memiliki manfaat dalam dunia pendidikan dan pengetahuan.

Menyikapi hal itu, maka lembaga Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital dalam menggelar webinar dengan tajuk “Tantangan Pendidikan di Era Digital”. Webinar yang digelar pada Jumat (16/7) diikuti oleh puluhan peserta secara daring.

Dalam forum tersebut hadir Ahmad Wahyu Sudrajad (Peneliti dan Dosen UNU Yogyakarta), Puji F Susanti (Kaizen Room), Bambang Pujiyono (Dosen Fisip Universitas Budi Luhur Jakarta), Wulan Furrie, MIKom (Praktisi dan Dosen Manajemen Komunikasi Institut Stiami), Stephanie Cecillia (Influencer) selaku narasumber.

Dalam pemaparannya, Ahmad Wahyu Sudrajad menyampaikan informasi penting bahwa “Teknologi gawai digital dan internet merupakan alat untuk membantu menjalankan pendidikan, khususnya dalam masa pandemi seperti ini. Hal tersebut dapat dilihat dari kegiatan belajar-mengajar saat ini yang menggunakan Zoom, G-Meet, dan e-mail untuk mempermudah berjalannya pendidikan bagi siswa-siswi Indonesia. Walau begitu, pemberian akses internet saja kepada siswa tidak selalu memberikan hasil yang baik, maka dari itu diperlukan literasi teknologi yang tepat. Pembelajaran karakter secara digital dapat meningkatkan pengalaman belajar, menghemat waktu guru, membantu melacak kemajuan siswa, serta memberikan transparansi dalam proses pembelajaran. Adapun tantangan dari penerapan pendidikan digital, yaitu dibutuhkannya waktu dan keseimbangan untuk membangun karakter dalam diri siswa-siswi yang baru diperkenalkan dengan kebiasaan baru ini.”

Para partisipan yang hadir juga dipersilahkan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Nyswatul Khair menyampaikan pertanyaan “Saat ini pendidikan sudah memasuki era revolusi 4.0, di mana salah satu tuntutannya adalah menggunakan teknologi digital di dalam pendidikan. Untuk menggunakan teknologi tersebut, maka seorang pendidik harus melek dan menguasai teknologi. Pertanyaan saya adalah bagaimana cara mensosialisasikan dan menggunakan teknologi kepada pendidik dan peserta didik pada daerah Indonesia yang termasuk daerah 3T?”

Pertanyaan tersebut pun dijawab dengan lugas oleh Ahmad Wahyu Sudrajad, bahwa “Tentunya semua pihak harus mendukung. Pemerintah sudah harus memberikan pelatihan agar bisa mencapai ke daerah-daerah untuk mengoptimalkan tidak hanya guru, teptapi juga para siswa dan orang tua agar dapat menciptakan sekolah yang berbasis literasi digital.”

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Selatan. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat.