Smartphone menjadi salah satu medium yang biasa digunakan untuk berselancar di media sosial. Bagi generasi muda di Indonesia, penggunaan media sosial hamper dilakukan sehari-hari. Hal ini dapat berpotensi membuat kecanduan.
Muncul realita bahwa anak muda memakan waktu yang cukup lama untuk scrolling di media sosial setiap harinya. Ini dapat berdampak buruk bila dibiarkan karena dapat mengganggu kegiatan sehari-hari generasi muda, misalnya fokus pada pembelajaran dan masa depan mereka.
Menyikapi hal itu, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital menggelar webinar dengan tajuk “Kecanduan Digital: NO! Kreatif dan Produktif: YES!”. Webinar yang digelar pada Senin, 27 September 2021, diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.
Dalam forum tersebut hadir Tauchid Komara Yuda SSos (Dosen Fisipol Universitas Gadjah Mada dan IAPA), Roza Nabila (Kaizen Room), Fajar Nursahid (Direktur Eksekutif LP3ES Jakarta dan Dosen Ilmu Politik Universitas Bakrie Jakarta), Dr Putu Eka Trisna Dewi SH MH (Dosen Universitas Ngurah Rai dan IAPA), dan Ronald Silitonga (musisi) selaku narasumber.
Dalam pemaparannya Roza Nabila menyampaikan bahwa salah satu dampak dari kecanduan digital adalah terjadinya productivity loss. Ini dapat terjadi karena terlalu sering menggunakan smartphone sehingga individu menjadi kehilangan waktu untuk menjadi produktif. Selain itu, dapat terjadi juga inability to control craving, saat pengguna media digital tidak dapat mengontrol penggunaan smartphone sesuai situasi.
“Bisa juga memicu anxiety and feeling lost yang merupakan perasaan cemas dan kehilangan bila tidak menggunakan smartphone. Terakhir, dapat terjadi withdrawal and escape saat pengguna menjadikan smartphone sebagai pelarian dari situasi yang penuh ketidaknyamanan, misalnya kesepian,” jelasnya.
Ronald Silitonga selaku narasumber Key Opinion Leader juga menyampaikan bahwa sekarang sudah lebih canggih dengan adanya internet. Dahulu menggunakan perpustakaan, sekarang semua referensi di internet, jadi sekarang bisa lebih produktif. Menurutnya, sekarang juga lebih gampang menyalurkan hobi di media sosial.
Poin positifnya sekarang lebih gampang, bisa menggunakan YouTube atau Instagram dan untuk cepat terkenal. Apalagi ditambah TikTok yang sekarang lebih gampang mencari viewers. Intinya kita harus menaruh konten yang positif, karena digital ini tanpa batas dan membuat kita harus hati–hati. Jangan posting hal yang negatif atau tidak penting karena hanya akan merugikan saja.
Salah satu peserta bernama Andika Herlambang menyampaikan, mempunyai usaha di era digital sangat berkaitan erat dengan kualitas SDM. “Usaha apa saja yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kualitas SDM, terutama warga di pedesaan yang sebenarnya berusia produktif tapi masih enggan belajar teknologi (gaptek) sehingga UMKM-nya stagnan konvensional?”
Tauchid Komara Yuda menjawab, banyak yang bisa dilakukan tetapi kita harus fokus terutama ke generasi tua agar lebih bersaing lagi pada ekonomi digital. Contohnya, pemuda desa bisa bantu dan turut serta terlibat dalam sektor digital, dan mengadakan berbagai pelatihan dan lain–lain di bidang literasi digital. Kita juga bisa terapkan budaya yang dapat mendukung orangtua untuk bisa mengetahui literasi digital.
Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Barat. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.
Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat. [*]